Baca berita, artikel, comment, meme di media saat ini sudah luar biasa parahnya, pikiran jernih sudah tidak dipakai lagi, isu SARA selalu dibawa, isi kebun binatang bertebaran, kata-kata kotor seperti hal biasa, plintiran akan fakta sudah biasa, opini dikemas layaknya berita sebagai sebuah fakta.
Bahkan bilamana Aturan tentang Ujaran kebencian diberlakukan dengan sepenuhnya niscaya Indonesia harus membangun 10.000 penjara baru, karena penjara lama tidak muat.
Kalau dulu kesannya mayoritas adalah penindas sekarang tidak lagi, tidak sedikit mayoritas yang kena bully, kalau dulu salah satu etnis seperti jadi bahan diskriminasi, sekarang tidak lagi, serangan membabi buta sudah dilakukan oleh kedua belah pihak, mayoritas maupun minoritas, mayoritas tidak bisa lagi melindungi minoritas, minoritas tidak bisa lagi menghargai mayoritas.
Saya prihatin dengan kondisi ini, takut kejadian sampit, kejadian poso, pembasmian etnis di rwanda, pembasmian etnis di bosnia dan kejadian pembasmian etnis china di jakarta tahun 1998 terulang lagi. Â Saya ngeri membayangkannya. Â Akankah gempa-gempa kecil ini berahir dengan "Meletus".
Ngeri-ngeri tidak sedap membayangkannya, tapi kadang saya gedek-segedeknya terhadap kebodohan orang-orang tersebut, sempat terfikir apakah memang sebaiknya meletus saja sekalian biar pada dapat pelajaran, dan setelah meletus bisa dibangun ulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H