Mohon tunggu...
Rizki Subbeh
Rizki Subbeh Mohon Tunggu... Guru - SAYA ADALAH SEORANG GURU

Dekonstruksi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Grup Band Indonesia di Tahun Milenial Telah Usai

3 Juni 2018   23:38 Diperbarui: 4 Juni 2018   09:10 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingar bingar musik Indonesia telah menunjukkan pasang surutnya. Setelah beberapa tahun band papan atas Indonesia selalu menunjukkan taring di layar televisi. Namun, untuk pertama kali di tahun milenial, band papan atas tidak dapat merenggut perhatian penggemarnya. Tentu banyak yang bertanya-tanya. Kemanakah keberadaan mereka?

Banyak band ternama yang tercatat sebagai band papan atas. Dimana mereka selalu memberikan sensasional ketika merilis album berikutnya. Tetapi era milenial tidak demikian. Semuanya pasti ada alasan dan isu-isu yang bisa saja dijadikan landasan kenapa mereka meredup atau mati suri. Sejauh ini tidak ada yang dapat memastikan kenapa dan bagaimana ketenaran band Indonesia kian terkikis.

Kita selalu tahu bagaiman perkembangan dan persaingan band papan atas di Indonesia. Meski terkesan bergantian meluncurkan albumnya, tetapi mereka selalu konsisten dalam merilis singel atau album. Itu semua juga untuk menunjukkan kualitas karya setiap band. Karena secara logika ketika merilis secara bebarengan akan ada benturan dalam menggait hati setiap penikmat musik. Sebab, setiap grub band akan menciptakan karya dengan memikirkan pasar secara umum meski memiliki fans fanatik.

Melihat geografis negara Indonesia, banyak band yang juga memanfaatkan momen tertentu untuk merilis album mereka disela-sela memikirkan album yang bergenre asmara dan sosial. Momen ini biasanya akan dijadikan wadah pemasaran serta trik untuk menaklukkan pecinta musik di tanah air. Jadi tidak heran banyak band yang merilis disetiap momen natal dan ramadhan yang tergolong ke genre musik religi.

Memasuki tahun milenial, band tanah air terkesan melempem. Entah apa yang menjadi penyebabnya. Yang jelas, tahun 2018 (milenial) band Indonesia menimbulkan dua pertanyaan besar yaitu meredup atau mati suri. Ini ditandai dengan awal memasuki tahun 2018 terbilang minim dalam menerbitkan dan mempromosikan albumnya. Meskipun banyak band yang secara garis papan atas masih dibawahnya meluncurkan singel atau album.

Hingga memasuki pertengahan bulan ramdhan, mereka masih belum menunjukkan taring. Tidak sedikitpun menunjukkan tanda-tanda akan merilis album religi. Apalagi semenjak tahun 2018, mereka tidak ada kabar. Banyak kemungkinan yang dapat dijadikan alasan kenapa band papan atas Indonesia tidak unjuk gigi di tahun milenial. Beberapa diantaranya yang bisa saja menjadi alasan terkuat mereka.  

1. Band Menjadi Sasaran Politik Indonesia

Banyak sudah contoh dari politik Indonesia yang mulai menjamah bidang musik tanah air. Memang benar, politik sah-sah saja untuk masuk ke semua bidang. Namun, yang perlu digaris bawahi adalah politik juga dapat merenggut semua batasan bidang yang terlanjur dikuasai. Dan akibatnya akan ada ketidakseimbangan dalam bidang tertentu. 

Pastinya juga akan memberikan efek yang mendalam bagi penikmat bidang tertentu terutama musik. Dimana musik selalu menjadi garis terdepan dalam mengilangkan kepenatan kehidupan yang penuh dengan unsur politik. Dari musik juga kita dapat memberikan ganjaran mengenai satire untuk keadaan politik Indonesia. Maka jangan heran kepercayaan akan luntur jika setiap bidang selalu di renggut oleh politik. Apalagi politik negeri menjadi cover utama dalam pemuasan pribadi.

Keadaan ini juga akan menurunkan semangat grub band untuk membuat karya. Karena rata-rata yang berkecimpung dalam pelelangan politik selalu pentolan grub band (Vokalis). Sedangkan melihat grub band selalu identik dengan suara khas vokalis yang terlanjur mendarah daging di setiap penggemar. 

Meski sudah berulangkali mengatakan ketidakbubaran grub band-nya, mata umum akan menganggap grub band tersebut perlahan akan terkikis dengan sendirinya. Terbukti, kepercayaan itu sudah mulai hilang dan mengakibatkan grub band mati suri.

2. Dangdut Sudah Mulai Menunjukkan Dominasi

Beberapa tahun ini musik dangdut menjadi dominasi layar kaca. Dari audisi hingga beberapa jenis dangdut yang menurut saya dapat menggeser keberadaan grub band Indonesia. Tentu ini juga sebagai ancaman keberadaan grub Band. Meski dalam konteks pekerjaan pasti ada persaingan, pastinya ada rasa takut akan menggeser keberadaan grub band.

Ini sudah dianggap hal biasa namun juga menakutkan. Kenyataannya, munculnya dangdut dan dominasi dangdut Indonesia sudah sukses menggeser keberadaan band papan atas. Al hasil, hampir setiap beberapa bulan sekali ada singel dangdut yang melejit, terlebih dangdut koplo yang digadang-gadang khas kota Banyuwangi selalu merajai di deretan tangga lagu.

Ciri khas ke-koploan dangdut sukses menghipnotis para pecinta musik. Meski dengan bahasa "Using" lagu-lagu banyuwangi selalu menjadi andalan artis dangdut di atas panggung. Ditambah musik koplo memang sangat nyaman di dengarkan, lantunan nadanya selalu memberikan kekaguman sendiri di hati penikmat musik.

3. Hijrah

Banyak grub band yang hijrah dari pemusik menjadi pembisnis dan ada juga pemusik hijrah menjauhi hingar bingar keaktrisan. Itu semua pasti memiliki alasan kuat. Yang pasti ketika pemusik mulai beralih ke bisnis berarti mereka menyadari umur dan ketenarannya dalam bermusik tidak akan lama dan selalu di atas. Maka mereka mulai merintis bisnis yang dapat sewaktu-waktu menggantikan profesi. 

Namun, ada juga yang beranggapan bahwa dunia artis identik dengan hura-hura. Maka tidak sedikit pula mereka ingin menghindarinya hingga melepas kejayaannya. Ini semua untuk menemukan kehidupan yang lebih nyaman, dalam artian terlepas dari jeratan hura-hura (miras, narkotika, wanita, keserakahan harta).

Tiga hal tersebut bukan tidak mungkin akan menjadi landasan utama, kenapa grub band Indonesia terkesan redup atau mati suri. Yang jelas sebagai penikmat musik dan pecinta musik, rakyat Indonesia akan selalu menunggu karya-karya terbaru mereka.

Penulis 

Rizki Subbeh

Lumajang, 03 Juni 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun