Lentera siang. sebelum kau beranjak membawa pesan dari jutaan kisah manusia.
aku ingin menjadi orang yang mengukir pada singgasanah lenteraMu.
menuliskan tentang paduan cinta yang berirama. lalu kasih yang bercumbu dalam lingkaran kesucian.
untuk itu, bawakan kisah yang dapat mematahkan pilar-pilar rindu di tengah persilangan waktu.
antara siang, sore, dan malam yang siap membuka lembar baru.
Lentera siang. sebelum membisikan pesan kepada dilema-dilema insan.
ku berharap ada secuil histori dari menit yang menafsirkan kehidupan. Sebab, kita adalah maklumat sayatan ayat keniscayaan.
ijinkan sepenggal jejak yang tertera pada jalan berbunga agar mengharumkan semilir suara keanugrahan.
lalu ciptakan romantika ditengah peregangan otot yang kian membuncah tak berarah.
Lentera Siang. aku percaya kita bukanlah orang yang menyetujui adanya darah.
jika terjadi, berikan sepenggal lisan dalam bibir molekmu.
agar selalu mengerti kehidupan tidak selalu bercerita kesedihan yang membekas atau kesenangan yang tak berujung.
Lentera Tuhan sebuah kemahasuraan dari tinta-tinta kepedihan
Salam
Jember, 10-042018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H