Mohon tunggu...
Karyantri Dewi
Karyantri Dewi Mohon Tunggu... -

Relawan LSM, peminat isu-isu sosial, budaya, kesehatan dan kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komunikasi: Pelajaran dari Secuil Pengalaman

15 Juli 2010   05:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:51 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski teman-teman penghuni rumah rehabilitasi tersebut mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan wajar, saya bisa merasakan ketidaknyamanan yang muncul di antara mereka. Saya hampir tak bisa berkata-kata karena merasa bersalah. Suasana terasa kaku dan berjarak. Sisa waktu sharing tersebut jadi terasa lama.

Pengalaman-pengalaman tersebut mengajarkan saya beberapa hal. Pertama, keberhasilan suatu komunikasi yang ditandai dengan timbulnya kesenangan, kenyamanan, kesamaan persepsi dan hubungan, tidak semata-mata ditentukan oleh pesan atau informasi yang dipertukarkan. Komunikasi yang berhasil ditentukan juga oleh bagaimana pesan itu disampaikan. Hal ini menuntut pengetahuan dan pemahaman terhadap audiens/mitra komunikasi, dan setting/suasana/konteks yang melatarbelakangi proses pertukaran informasi. Dalam contoh sesi komunikasi dengan PPS, belakangan saya baru memahami bahwa musik dangdut, apalagi campur sari tidak cocok diputar untuk menstimulasi partisipasi. House music lebih cocok bagi mereka. Jenis musik dangdut dan campur sari tersebut mengingatkan para PPS tentang asal-asul dan kampung halaman mereka, sehingga membuat mereka rendah diri. Ini menciptakan kesenjangan antara fasilitator dengan peserta, yang mengakibatkan peserta cenderung menarik diri.

Diskusi di kuar kelas dengan teman-teman waria dan gay menyingkap bahwa meski secara umum tampak ceria dan terbuka, dalam kelompok ini banyak orang yang ‘hidup di dua dunia’. Beberapa gay dan waria peserta pelatihan tersebut belum membuka statusnya kepada keluarga dan lingkungan terdekat mereka. Oleh karena itu, mereka merasa terancam ketika saya banyak melibatkan mereka dalam peragaan, testimoni, dan tanya jawab. “It’s just too much!”

Dalam kasus sharing di rumah rehabilitasi, yang absen adalah empati. Berbeda dengan faktor-faktor sebelumnya (penguasaan pesan, audiens, dan cara), empati bukan sekedar keterampilan teknis. Ia lebih merupakan kualitas intrinsik yang perlu dipupuk dan diasah. Karena komunikasi merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, kita cenderung menggunakannya untuk memuaskan diri sendiri, dan mengabaikan kebutuhan orang lain. Kita cenderung menggunakan standar, nilai, dan pandangan kita sendiri untuk menilai masalah orang lain. Ini menunjukkan tiadanya empati. Tanpa empati, alih-alih komunikasi berjalan mulus, justru rasa tidak nyamanlah yang akan muncul. Akibat yang paling fatal adalah putusnya hubungan.

Secuil pengalaman itu juga mengajari saya bahwa komunikasi melibatkan seluruh indera dan anggota tubuh kita. Setiap saat, kita mesti peka dan siap membaca berbagai isyarat. Ini karena pesan tidak melulu disampaikan lewat kata-kata.

Setiap proses komunikasi yang melibatkan individu-individu adalah unik. Tak ada satu situasi yang identik dengan yang lain. Oleh karena itu, sebaik apapun kita mempersiapkan diri, kita harus mengantisipasi perubahan dan siap melakukan penyesuaian. Ini tidak mungkin berhasil jika kita lebih banyak berbicara dan lupa untuk mendengar.

Meski tidak mudah, memberikan kesempatan pada audiens / mitra komunikasi untuk memberikan umpan balik dapat memperkecil kesenjangan, mengatasi hambatan, dan menghasilkan komunikasi yang efektif. Dengan demikian, prinsip yang juga penting dalam komunikasi adalah belajar untuk mendengar dan mendengar untuk belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun