Mohon tunggu...
Nikki Khoirunnisa
Nikki Khoirunnisa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Jatuh...lalu bangkit lagi...terus mencoba, jangan biarkan sakit itu menghentikan langkah kecil kita...\r\nitulah yang dinamakan proses...\r\nsebelum berlari, pasti ada proses panjang yang menyertai... :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Untuk Seorang Hamba Rabb-ku

2 Juni 2016   06:42 Diperbarui: 2 Juni 2016   07:54 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa kamu membacanya? Sekalipun kau membacanya, aku tak pernah tahu bagaimana kau menanggapinya. Maafkan aku, kenangan masa lalu itu masih terlalu tebal untuk dikikis dan dilupakan. Sekalipun kau selalu meyakinkanku bahwa kau tak akan seprti itu, sekalipun kau terus bilang padaku bahwa aku tak akan menemukan hal baru jika terus berkutat dengan masa lalu.

Aku tersenyum mengenang perdebatan kita tempo hari. Entah dari mana mulainya, yang aku ingat untuk pertama kalinya malam itu kau membuatku menangis. Entah karena takut melukaimu, atau karna aku takut kesan buruk menghantuiku, bahkan rasa takut kehilanganmu berbaur menjadi satu. Yang membuatku sesak dan mengucurkan cairan bening dari mataku. Ya Allah... andai aku mengenalMu jauh lebih baik dan mencintaiMu lebih baik, mungkin aku tak akan mengalami sakit yang ini.

Aku menghilangkan egoku, dengan keraguan yang teramat kuat aku menuliskan pesan hatiku untukmu. Berkata bahwa aku tak ada niatan untuk melukai hati siapa pun, terutama kamu. Maafkan jika masa laluku harus aku kenalkan jua padamu. Karna sesungguhnya jika kau ingin mengenalku lebih baik, maka kau perlu waktu lama dan lebih bersabar.

Entah apa yang menggerakkan hatimu untuk membalas lagi pesanku. Aku benar-benar tak berpikir kau akan membalasnya. Aku pikir kau sudah menyerah untuk memahamiku. Karena aku bukanlah orang yang mudah untuk dipahami. Katamu aku plin-plan. Dari ujung manakah aku juga tak memahaminya. Biarlah, aku akan tetap tersenyum mendengar celotehanmu tentangku. Suatu saat nanti kau akan memahami diriku yang sebenarnya tapi entah kapan.

****

Ya Allah, aku hanya ingin mencintaiMu. Aku hanya ingin dekat denganMu. Mencintai dan dekat dengan hambaMu ku yakini adalah akibat dari sebab aku mencintai dan dekat denganMu. Benar begitu kan? Jangan ciptakan keraguan yang besar dalam diriku. Jangan ciptakan dinding pembatas sehingga aku mencintai hambaMu berlebihan.

Aku menata ini sudah sejak lama. Jauh sebelum aku mengenalmu. Jauh sebelum aku mengenal seperti apa sakit karena mencintai seorang hamba. Tapi Allah mengizinkan aku mengetahui sakit itu. Allah mengizinkan aku menikmati indahnya terluka dan menyadari bahwa hanya cintaNya lah yang tak akan membuat seorang hamba terluka. Iya, aku kembali menyadari, dulu aku terlalu mencintai hamba. Aku mengesampingkan dan melupakan bahwa hamba itu milik Rabb-ku.

Kau tau, kamu adalah laki-laki yang berhasil mengetuk pintu yang sudah ku kunci rapat dan saat ini aku sedang mengamatimu dari balik pintu itu sebelum aku membuka dan mempersilakan kamu memasuki ruang tamuku yang sederhana ini. Tunjukkan, jangan hanya berdiri saja dibalik pintu itu. Kau tak akan sulit memahamiku ketika kau sudah duduk diruang tamu sederhanaku. Mungkin aku hanya bisa menyuguhimu secangkir teh manis dan kue basah buatan rumahan yang tak kalah nikmat dari yang ditawarkan oleh penjual dirumah makan mewah didepan rumah.

Datanglah dengan anggun, meskipun aku tak seanggun yang kau lihat namun, hatiku lebih halus dibandingkan lapisan awan. Jika saja kau memahamiku lebih jauh, kau akan tau betapa sederhananya tulisan ini dibandingkan perasaanku sesungguhnya. Bukan aku tak percaya harapan dan tak mempercayaimu. Lukaku masih basah dan belum bisa kau sentuh dengan tangan lembutmu itu. Izinkan aku dan sang waktu menyembuhkannya dulu. Jika Rabb-ku sudah mengizinkan, kau bisa saja duduk disinggasana hati yang sederhana ini.

***

Rasanya hari berganti begitu cepat, lambat laun aku bisa sedikit memahami warnamu. Dan warna itu berbeda dengan yang aku miliki. Jika dibayangkan pada sebuah cat, dua warna disatukan akan menciptakan warna baru yang lain. Bisa jadi lebih indah atau sebaliknya. Tergantung pengaduk cat dan seberapa banyak cat yang ia tuang. Haruskah salah satu lebih dominan, atau dituang sama ratakah? Aku tidak tahu, aku belum bisa membayangkan hasil paduannya. Terkadang beberapa warna yang dipadukan harus ada yang lebih dominan untuk menemukan warna indah. Namun, ada juga warna yang dicampur sama rata untuk sebuah warna indah yang baru. Begitu pula kamu dan aku. Tapi, kita sama-sama belum memahami dengan jelas warna apa saja yang kita punya. Masih tertutup ego dan keraguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun