Mohon tunggu...
Nikki Khoirunnisa
Nikki Khoirunnisa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Jatuh...lalu bangkit lagi...terus mencoba, jangan biarkan sakit itu menghentikan langkah kecil kita...\r\nitulah yang dinamakan proses...\r\nsebelum berlari, pasti ada proses panjang yang menyertai... :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamu… Aku Ingin Rasa Itu karena Allah

16 Maret 2014   15:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gemercik air yang mengalir riang memenuhi kali kecil disamping rumahku. Ku buka jendela cakrawalaku, ku sambut jingga tersenyum di ujung langit timur. Kurasakan basahnya embun pagi yang gugur pada bumi. Kunikmati musik alam yang bernyanyi merdu. Disini hening, disini tak bising seperti suasana kota yang penuh kemacetan dan polusi yang membuat dadaku sering sesak.

Seperti itu pula rasanya saat cinta menyentuhku. Ada kesejukan dalam hatiku, ada rasa nyaman dijiwaku. Meskipun sesekali ada rasa sesak yang menghampiri, tapi sekali lagi aku akan berucap cinta adalah keindahan. Terutama saat aku mengenalmu. Mungkin terlalu dalam kata-kata itu disandarkan. Aku belum mengenalmu jauh, hanya tau sebatas nama dan sekelibat pribadimu yang membuatku tertegun tak bisa bersuara saat aku dekat denganmu. Aku selalu melihatmu, tapi aku tak pernah tahu bagaimana kau melihatku atau bahkan kau tak melihatku?

Pagi ini lamunanku terbang jauh, entah akan sejauh apa? Apakah aku bisa kembali dan menyadari itu hanya khayalan saja? Tapi aku berharap itu bukanlah sebuah khayalan semata. Aku ingin bersamamu. Bisa kita bertemu diujung jalan ini? Dan menemukan jalan lain untuk bersama? Aku tersenyum pilu. Apakah ini khayalan yang akan membuatku sakit lagi? Aku berharap tidak. Aku benar-benar ingin ujung kisah ini manis. Semanis khayalanku. Dan semanis baris do’aku pada Tuhan untuk memberikanmu padaku.

****

Ini hari yang aku tunggu. Dari dua semester lalu aku ingin sekali masuk dan bergabung dengan anggota paduan suara. Aku juga nggak tau apa yang membuatku tertarik dengan dunia itu. Tapi aku punya tujuan disini. Aku harus sadar kalau suaraku ini nggak bagus-bagus amat. Tapi orang-orang bilang, bisa kok kalau kita mau berusaha. Itu alasan awalku dan alasan yang paling menguatkan niatku adalah aku ingin berdiri sebagai anggota paduan suara saat wisuda kakak tercintaku. Aku ingin melihatnya menitikkan air mata bangga atas kelulusannya. Dan aku ingin menjadi adik yang memberikan motivasi dengan lantunan lagu. Apakah terlalu buruk impianku yang satu ini? Entahlah, aku tak akan memikirkan komen negative yang orang bilang. Aku akan memberinya senyuman jika itu sampai terjadi.

Dengan kawan kamarku aku berjalan mencari stand pendaftaran. Kakiku melangkah seperti menggebu-gebu. Nampak seperti orang yang sedang jatuh cinta. Semangat bukan main. Aku tersenyum dan kami tak menemukan dimana stand paduan suara berada. Katanya, katanya, katanya, daaann alhasil katanya itu tidak kami temukan. Mungkin tak hari ini, esok kami akan mencarinya lagi. Pasti dapat dan pasti aku masuk. Optimis sekali.

Senja ini menggambarkan betapa indahnya sosok yang Tuhan ciptakan dilangit barat. Jingga selalu ada bersamanya. Selalu ada untuk mengindahkan senja dan fajar. Selalu mengingatkan bahwa waktu akan terus berputar dan membawa suatu perubahan yang entah seperti apa perubahan itu bentuknya.

Aku menopang dagu menatap langit jinggaku. Aku menuang renungan yang seperti tak ada ujungnya. Aku menyadari apa yang sudah terjadi hari ini. Entahlah, aku tak bisa menyebutnya indah. Aku tak bisa menyebutnya sesuatu yang bisa membuatku tersenyum. Masih diam, masih dalam renungan panjang yang tak kutemukan sebelah mana ujungnya. Ku ambil HP di sebelah kakiku. Menulis sebait kata dan mengirimkan pada seseorang yang ada disana. Haha… siapa dia? Dia seseorang yang mengisi hatiku saat ini.

Waktu tak berhenti disini, selalu berputar tanpa henti. Tak ada kata lelah untuk sang waktu. Yang sang waktu tahu adalah memutar jarum menit dan menit akan mengubah jarum jam, tik tok tik tok tik tok. Lalu tak ada waktu yang bisa terulang kembali. Begitu pula yang terjadi disini. Aku sudah menjadi anggota paduan suara seperti yang aku inginkan. Latihan, latihan, latihan. Hari-hariku berlalu dengan kesibukan. Sepertinya ada yang terabaikan. Atau hanya dia saja yang tak mengerti keadaanku. Hah, aku merasa mulai lelah dengan keadaan ini. Aku tak menuntut apa pun, aku hanya ingin dia mengerti. Aku menjadi es cair hari itu. tak ingin membeku dengan egoku. Dan aku mengalah.

Semua nampak baik-baik saja. Itu mataku yang melihat. Memang kadang mata akan buta karna cinta. Ya Allah, mau sampai kapan buta ini? Aku tersenyum mengenang hal itu. dan hari semakin berlalu. Seperti ada puncak dari apa yang harus aku dan dia jalani. Diklat outdoor paduan suara. Lumayanlah, sembari diklat aku bisa mengendurkan rasa lelah ditubuhku. Khayalku sudah berlari kemana-mana. Sampai aku tak bisa mengendalikannya. Apa seperti ini cinta? Aku takut. Aku takut aku mencintai hamba lebih dari aku mencintai Penciptaku. Pasti Allah akan menghukumku. Aku tali hatiku. Aku ingin mentautkannya pada Penciptaku dan berharap apa pun yang aku lakukan mendapat sentuhan ridho-Nya.

Tapi semua tak berjalan begitu. Allah punya sesuatu yang lebih indah untukku. Memalingkan dia dariku. Dia mengkhianati kepercayaan yang sudah kuberi padanya. Ada yang lain, padahal aku tak pernah sedikitpun berpikir dia akan seperti itu. Sakit memang, sakit sekali. Tapi akan lebih sakit jika Allah mengambil nikmatNya dariku. Jadi sakit yang kurasa saat ini ku anggap nikmat. Nikmat untukku yang sudah melupakanNya karena mencintai hamba yang seharusnya tak mendapatkan cinta tulusku. Yang berhak atas cinta itu adalah Maha Cinta, yang menciptakanku.

Semua berlalu dan aku tak ingin mengingat hal itu. larut dalam kesedihan bukanlah Muti yang ku kenal. Aku bukanlah orang yang seperti itu. Jatuh, secepat yang ku bisa aku akan berdiri lagi. Jatuh bukanlah satu hal yang asing. Tapi aku tak akan melakukannya berulang-ulang. Hanya aku akan mencoba hal baru terus menerus sampai aku tahu apa yang sebenarnya hatiku ingini. Tentunya aku tak ingin melupakan Pemberi cinta pada hidupku. Hanya dengan Cinta itulah aku akn menjadi insan yang lebih baik lagi.

****

Aku suka semboyanmu, aku suka pribadimu, aku suka raut wajahmu, aku suka matamu, aku suka hidungmu, aku suka senyummu, aku suka suaramu, aku suka semangatmu, aku suka ketegaranmu, aku suka diam melihatmu, aku suka memperhatikan apa yang kamu lakukan dihadapanku, lalu aku berharap rasa suka itu karena Allah. Aku ingin dekat denganmu karena Allah. Jika ada jalan dan kesempatan, aku ingin menyayangimu karena Allah. Aku ingin bersamamu karena Allah. Aku ingin rasa ini diridhoi Allah. Karena hanya Allah lah yang bisa memberikan kamu padaku. Bismillah ^_^ ….

Aku tak pernah tahu sejak kapan perasaan itu hadir disini. Aku tak pernah menyadari jika perasaan ini ternyata bukanlah kekaguman semata. Kau sudah masuk dalam baris do’aku. Kau sudah hadir dimimpiku. Kau selalu ada dalam khayalku. Semua berawal dari akhir desember itu. tepat hari terakhir dibulan desember. Ada apakah? Aku pikir itu hari yang sangat-sangat biasa saja. Tak ada yang berkesan. Tak ada yang istimewa. Yang ku tahu itu hari pertama aku menyapamu. Ya, aku yang menyapamu duluan. Mungkin alasanku menyapamu karna aku ingin akrab dengan anggota lama paduan suara. Bukan hanya kamu tapi semua anggota lama. Bagiku anggota paduan suara adalah keluargaku. Jadi tak salah jika aku ingin dekat dengan kalian semua. Tapi mungkin aku salah memahamimu. Ada yang lain disini. Ada getaran. Yang awalnya kecil sekarang sudah membesar. Bagaimana bisa berbicara denganmu, melihatmu saja aku terdiam. Mulutku terkunci rapat, rapat sekali. Tak ada harapan kau tahu apa yang aku rasa. Yang aku ingin Allah memberikanmu padaku.

Rasa itu tumbuh sampai saat ini. Apakah berlebihan? Aku tak ingin itu terjadi. Aku tetap akan diam dan membiarkan rasa itu hanya aku yang tahu. Aku takut Tuhan akan menghukumku lagi. Yang kutahu, kamu adalah milik Allah. Dan jika aku menginginkanmu, padaNya lah aku meminta. Jika kamu bukan untukku, semoga ada yang jauh lebih baik darimu yang sudah disiapkan untukku. Tapi, bolehkah aku tetap dekat denganmu? Sebagai kakakku?

Pagi ini nampaknya khayal itu melayang kelangit dan menjadi sebait do’a untuk Penciptaku. Kau percaya jika ini cinta?? Aku belum. Aku belum percaya kalau ini cinta. karena aku tak tahu akhir kisah ini akan membawaku kemana. Sudahlah, saat ini aku hanya bisa mengagumimu dalam diam. Aku tak berharap kau tau dan menyambut tangan yang sudah aku ulurkan. Aku hanya ingin semua itu berjalan dengan waktu yang diridhoi Tuhanku. Sebesar apapun rintangan, sejauh apapun jarak, sehebat apapun ujian kalau, garis itu mempersatukan kita. Pasti kita akan bertemu. Entah itu kapan? Entah dalam keadaan yang seperti apa pun. Aku percaya, Allah lebih tahu jodoh yang terbaik untukku, untukmu juga. Tetaplah menjadi bintang. Tak begitu terang, tapi kau sangat indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun