Indonesia dikenal dengan kemajemukannya yang memiliki berbagai tradisi dan budaya beragam. Gambaran kehidupan masyarakat Indonesia yang masih kental dengan budaya dan tradisi hingga kini masih dipertahankan oleh masyarakat desa.Â
Identitas budaya masyarakat yang berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, dan aturan khusus yang diberlakukan oleh suatu kebudayaan masyarakat merupakan kearifan lokal Indonesia yang harus dilestarikan sehingga tidak termakan oleh perubahan jaman. Â
Banyak dari masyarakat Jawa yang hingga kini masih terus mempertahankan budaya asli kaum pribumi yaitu susah seneng sing penting kumpul (dalam keadaan susah maupun bahagia hal yang terpenting adalah tetap berkumpul).
Semboyan tersebut menginternalisasi masyarakat Jawa --khususnya masyarakat pedesaan- untuk senantiasa mengunjungi sanak saudara, kerabat, dan keluarga dalam suatu urusan tertentu atau sekedar menunaikan temu.Â
Masyarakat Jawa meyakini bahwa buah dari kearifan adalah kebahagiaan dan kemuliaan dalam hidup.
Salah satunya adalah budaya membesuk orang sakit yang sampai kini dipertahankan oleh warga desa Tamanrejo, Kecamatan Limbangan,Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.Â
Menjenguk orang sakit merupakan salah satu tumpuan yang dapat digunakan untuk mendukung dalam hidup bersosial.Â
Disamping aktivitas warga desa yang padat, jika ada salah satu warga atau tetangganya yang sedang sakit pasti akan menyempatkan hadir untuk membesuk sebagai bentuk perhatian dan dukungan disaat mereka sedang bersedih.Â
Sudah sejak sekian lama budaya menjenguk yang dimiliki masyarakat Indonesia ini menjadi sesuatu yang sudah mendarah daging.Â
Bahkan, bisa dibilang budaya menjenguk ini sudah menjadi suatu kearifan lokal bagi masyarakat Indonesia terutama di daerah-daerah pedesaan di pulau Jawa.Â
Biasanya jika ada warga dari salah satu desa yang sakit, orang-orang di daerah tersebut biasanya langsung berbondong-bondong untuk pergi menjenguk. Berbeda dengan di daerah perkotaan, budaya tersebut sudah mulai tergerus dan sudah tidak banyak lagi dilakukan.
Membesuk orang sakit ini sebagai implementasi hablum minan nas dengan mendoakan keselamatan saudara kita dalam keadaan apapun. Masyarakat desa percaya bahwa keberkahan dan keselamatan akan membersamainya di dunia dan akhirat.Â
Selain sudah diterangkan dalam al Qur'an sebagai bentuk hablumminanas, menjenguk orang sakit juga sebagai bentuk ibadah ghairu mahdhah yang dianjurkan bagi umat muslim. Seperti yang telah dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW ketika salah satu sahabat sedang sakit.
Dalam hasil studi Althaf Husein Muzakky tentang tradisi tilik pada masyarakat Jawa dalam sorotan living hadis, mengungkapkan bahwa kunjungan terhadap orang sakit dan dirawat di rumah sakit dilakukan secara bersama-sama oleh para tetangga terhadap warga mereka yang jatuh sakit.Â
Sesampainya di lokasi rumah sakit para tetangga dan orang yang ikut tilik lara kemudian bersama-sama memberikan dukungan moral agar cepat sembuh atau hanya sekadar datang saling mendoakan.
Lalu, dengan bacaan surat al-Ftiah secara serentak mengharap kesembuhan orang yang sakit tersebut, atau berkunjung hanya berbincang tipis sambil memberikan uang untuk membantu meringankan biaya rumah sakit.
Sama halnya yang diceritakan dalam film "tilik" arahan sutradara Wahyu Agung Prasetyo dalam naungan rumah produksi Ravacana Films, budaya Tilik yang dilakukan ibu-ibu -masyarakat pedesaan di Jawa- sebagai bentuk toleransi serta rasa kebersamaan antar warga melalui sikap teposliro (tenggang rasa).Â
Dalam film tersebut diceritakan, walaupun warga yang akan dijenguk tidak bisa ditemui namun ibu-ibu yang lain tidak kecewa.Â
Mereka tetap senang karena bisa turut serta saja sudah cukup, naik kendaraan apa saja tidak masalah, yang terpenting dapat sampai di lokasi dan mengetahui bahwa kabar yang akan dijenguk baik-baik saja.
Hal yang demikian itu akan sering kita temui di desa Tamanrejo ini. Saat ada warga yang sakit, para tetangga dan warga sekitar akan berduyung-duyung pada sore hari untuk menjenguk tetangga yang baru pulang dari rumah sakit.Â
Dengan iuran sukarela, warga akan mengajak tetangga bergantian menjenguk tetangganya yang sakit. Kabar tetangga yang sakit ini akan menyebar dari mulut ke mulut ataupun melalui kentongan yang dipukul berkali-kali sebagai penanda ada yang sakit.
Di desa Tamanrejo sendiri budaya menjenguk tetangga sakit atau saudara sakit merupakan suatu kewajiban yang tidak tertulis. Sekiranya ada salah satu warga sakit maka satu kampung bisa datang berduyung-duyung ke rumah sakit secara bergiliran.Â
Bahkan ada yang dikoordinir terkait dengan waktu, kendaraan dan iuran yang akan disedekahkan. Rasa keinginan untuk menjenguk sudah terpatri dalam diri masing-masing warga, tidak perlu disuruh-suruh.Â
Bahkan salah satu warga desa Tamanrejo mengungkapkan bahwa jika salah satu tetangga tidak keluar rumah hanya sekedar masuk angin dua hari saja, maka warga dan tetangga datang untuk membesuk.
Budaya menjenguk orang sakit bahkan wajib dilakukan saat momen suro. Perayaan tahun baru Hijriyah 1 Muharram ini dijadikan sebagai momentum untuk mendapatkan pahala. Selain menyantuni anak yatim, amalan yang rutin dilakukan adalah membesuk orang sakit.Â
Bahkan, menurut salah satu istri ketua Rukun Tetangga di desa Tamanrejo, saat bulan suro tersebut jika tidak ada yang sakit di kampungnya maka akan mencari warga yang sakit di kampung tetangga untuk dijenguk.
Situasi ini memperjelas bahwa sangat mudah mengajak warga Tamanrejo meluangkan waktunya untuk ikut serta bersama warga lainnya menjenguk warga yang sakit, karena bisa saja suatu saat mereka bergantian sakit. Rasa simpati dan empati pun menumbuhkan kerukunan di dalam masyarakat.Â
Bagi mereka, sanksi sosial dapat terjadi secara tidak langsung bagi warga yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan sehingga menjadi kontrol sosial yang sifatnya otomatis.Â
Manfaat membesuk bagi orang yang sakit dapat menumbuhkan semangat untuk lekas pulih sehingga dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan warga. Sementara bagi yang menjenguk, dapat menambah karunia dan rasa syukur kesehatan dari Tuhan.Â
Dengan menjenguk orang sakit, sangat jelas memperlihatkan solidaritas sosial dan sikap kolektif. Membesuk orang sakit merupakan warisan asli budaya Jawa yang mengangkat pola keseharian masyarakat Indonesia pada umumnya.Â
Inti dari budaya ini yaitu saling menguatkan satu sama lainnya dan merekatkan kembali silaturahmi yang kadang sudah renggang oleh kata dan suara.
Jurnal Simbolika, 7 (2) Oktober 2021 Issn 2442-9198 (Print) Issn 2442-9996, Http://Ojs.Uma.Ac.Id/Index.Php/Simbolika, Kearifan Lokal Budaya Jawa Dalam Film "Tilik" Local Wisdom Of Javanese Culture In The Film "Tilik", Ilma Saakinah Tamsil
Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Volume 23 Nomor 1, April 2021, Https://Jurnal.Ar-Raniry.Ac.Id/Index.Php/Substantia, Tradisi Tilik Pada Masyarakat Jawa Dalam Sorotan Living Hadis, Althaf Husein Muzakky
Wawancara dengan warga desa Tamanrejo, 28 Juli 2022 (16:00)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H