Mohon tunggu...
Thony hasanuddin
Thony hasanuddin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Hamba menghamba

Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemanfaatan Medsos Demi Kelanjutan Pembelajaran dan Dakwah Pesantren Kala Pandemi

1 Juni 2020   14:33 Diperbarui: 1 Juni 2020   14:23 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Sudah dua bulan berjalan, Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang Jawa Timur memulangkan santrinya terhitung sejak 24/03/2020. Kebijakan ini diputuskan oleh majlis pimpinan ponpes demi memutus rantai penyebaran covid-19.

Dilansir dari kabarjombang.com, salah satu Pengasuh Pesantren, M Zulfikar As'ad menyebutkan bahwa kegiatan belajar dan mengajar dialihkan ke rumah masing-masing.

Untuk menyiasati hal tersebut, pihak ponpes kemudian melaksanakan kegiatan pembelajaran daring. Terlihat dari akun instagram @pondoknjoso yang setiap harinya melakukan pengajian kitab kuning lewat siaran langsung, akun resmi ponpes  juga membagikan ulang hasil siaran langsungnya agar dapat diputar ulang oleh para santri maupun alumni yang tidak sempat menyaksikan pengajian sebelumnya.

Pengajian kitab kuning ini dipaparkan langsung oleh pimpinan ponpes seperti, KH.Cholil Dahlan, dan KH.Afifuddin Dimyathi. Nampak juga berbagai tausiyah islami yang disebut "secangkir ilmu" disampaikan oleh para pengasuh ponpes lainnya seperti, KH.M Zaimuddin, KH.M Hamid Bisri, KH. A Tamim Romly dan lainnya dengan tujuan berlanjutnya kegiatan pembelajaran bagi santri sekaligus syi'ar islam bagi masyarakat luas.

Disisi lain, masing-masing asrama juga melakukan hal yang serupa. Saya kemudian menghubungi Afkar selaku ketua asrama saat ini yang juga adik kelas saya ketika masih menempuh pendidikan di PonPes Darul Ulum, lebih tepatnya di Asrama Sulaiman-Bilqis yang diasuh oleh Gus Syarif Hidayatullah atau biasa disapa (gus sentot).

Saya ingin mengetahui kegiatan apa saja yang sudah mereka lakukan selama kebijakan pemulangan santri ini berlangsung.

Nampaknya, pihak pengurus asrama memberikan tugas kepada santri untuk membuat vidio tausiyah online bertema islami dengan materi bebas, kemudian vidio tersebut diunggah di media sosial resmi asrama. Media sosial yang digunakan yaitu instagram (@asrama13sulaimanbilqis) dan kanal youtube (sulaimanbilqis13).

Santri diberikan kewenangan untuk mengerjakan tugas ini secara individual maupun kelompok perkamar, tujuannya agar tidak memberatkan santri mengingat ada tugas lain yang diberikan pihak sekolah formal. "yang melaksanakan kegiatan tausiyah adalah semua santri asrama dan bersifat boleh kelompok dan boleh individual" ujar Afkar.

Para santri diberi jadwal oleh pihak pengurus untuk menyetor vidio tausiyah terhitung sejak 1 Mei hingga 18 Mei. Bila tidak menyetorkan tugas tersebut, santri yang tidak menyetor akan diberi sanksi langsung dari pihak pengasuh asrama saat kembali menempuh pendidikan langsung di pesantren.

Selain itu, pihak pembina sekaligus pengajar asrama atau yang biasa disebut ustadz juga menyiasati kegiatan pembelajaran daring ini dengan melakukan pengajian kitab kuning melalui siaran langsung akun instagram resmi asrama.

Kegiatan ini berlangsung setiap hari setelah sholat tarawih, selama bulan puasa. Kitab yang dikaji adalah Ta'limul Muta'alim, kitab tentang adab dan akhlak mengingat ajaran ponpes yang sangat menjunjung tinggi penerapan akhlakul karimah pada diri santri.

Tidak lupa, rekaman vidio pengajian online ini juga diunggah pada kanal youtube resmi asrama. Tujuannya agar para santri dapat mengkaji ulang dan menyaksikan ulang bagi yang belum sempat. Sehingga para santri dapat tetap mendapatkan ilmu selama di rumah meski tidak bertatap muka.

"Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengisi waktu luang santri, dengan melalui tausiyah online ini santri dapat  menambah kereativitas dan menambah ilmu pengetahuan, sedangkan ngaji online bertujuan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menambah materi diniyah pondok yang tertinggal akibat pandemi covid-19. Jadi jelas tujuannya agar melatih santri untuk berdakwah disaat bermasyarakat nanti dan juga sebagai media pembelajaran saat situasi pandemi ini" tutup Afkar.

Dapat dilihat dari kegiatan diatas, media sosial berperan penting bagi dakwah islam saat situasi pandemi ini. Pada prinsipnya dakwah merupakan aktivitas mengubah sasaran dakwah agar mengikuti dan menjalankan ajaran Islam. Ajakan ini dilakukan dengan mendekati sasaran sesuai dengan karakteristik mereka dan kecenderungan mereka.

Ketika kita menggunakan suatu media, maka jenis media dan karakter komunitas pengguna media perlu difahami, sebab perbedaan kultur pengguna mempengaruhi kekuatan efek penggunaan media sosial (McGarth, 2009).

Maka dari itu, adapun tata cara berdakwah melali media sosial agar sesuai sasaran dan prinsip berdakwah.Paling tidak terdapat dua hal yang bisa menjadi dasar prinsip pembentukan. 

Pertama, gunakan kekuatan sosial (komunitas sosial, kredibilitas atau sumber kekuatan lainnya) untuk mendapatkan penerimaan materi pesan dan yang kedua memberi dorongan untuk berubah dengan persuasi yang cukup menggerakkan motivasi namun tidak memberi tekanan psikologis.

Kedua hal tersebut diimplementasikan dalam dua bentuk prinsip dakwah via media sosial.
Pertama, materi perlu disampaikan dengan merujuk pada sumber nash asli (ayat dalam Al Quran dengan menyebut surat dan ayatnya dan haditsdengan menyebut rawi hadits beserta nomor urut dari kitab kumpulan hadits tersebut). Materi disampaikan secara lugas dan tidak terlalu bantak memasukkan opini da'i.

Pengembangan materi dilakukan dalam bentuk mengkaitkan ayat atau hadits dengan fenomena di sekitar sasaran dakwah. Bagi sasaran dakwah dengan tipe elaborasi tinggi, hal ini bisa cukup diterima dikarenakan da'i menyampaikan dengan lebih sedikit menyertakan pertimbangan logika nalar penyampai pesan.

Hal tersebut dapat menghindari terjadinya keraguan sasaran dakwah tipe ini dikarenakan materi yang disampaikan terhindar dari kerentanan untuk didebat atau ditentang. (Musthofa : Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol. 16, No. 1, 2016)

Bagi sasaran dakwah dengan tipe ekaborasi rendah, kehadiran materi pesan yang disampaikan dengan mengungkap sumber asli secara elngkap cukup dapat memberi informasi bahwa materi yang disampaiakn cukup kredibel.

Dikarenakan penerimaan pesan dan penyerapannnya tergantung pada kunci persuasi, maka sumber informasi yang berkualitas dapat membantu memberikan dukungan agar materi dapat diterima sasaran dakwah tipe elaborasi rendah ini.
 
Kedua, cukup dorong sasaran dengan motivasi untuk berbuat. Artinya memberi dorongan untuk berubah pada sasaran dakwah cukup dengan persuasi yang bisa menggerakkan motivasi namun tidak memberi tekanan psikologis pada sasaran dakwah.

Secara teoritis, makin kuat tekanan yang mendorong seseorang untuk berbuat yang bertentang dengan sikap awalnya (di luar batas yang dibutuhkan untuk menimbulkan dorongan berperilaku) maka akan makin sedikitlah perubahan yang terjadi.

Realisasi untuk prinsip yang kedua ini dapat dilakukan dalam dua bentuk aktivitas da'i:
 
1. Memberi kebebasan padasasaran dakwah untuk menentukan sendiri kemauan untuk berubah. Artinya kunci penentu perubahan ada pada diri sasaran itu sendiri dan bukan padapihak yang mendorong berubah (terdapat freedom of choice).

Da'I cukup berposisi sebagai pendorong dan melanjutkan dengan menjadi konsultan untuk pengamalan atas dorongan perubahan itu. Sasaran dakwah yang menentukan sendiri bagaimana ia berubah dan menetapkn perilakunya.

2. Target perubahan harus sesuai dengan kemampuan sasaran dakwah. Da'I tidak perlu mengungkapkan perilaku-periaku ideal yang kemungkinan terlalu jauh dan sulit untuk dilakukan sasaran dakwah.

Apabila hal ini diungkapkan maka akan berkaibat pada keputus-asaan sasaran dakwah dikarenakan perilaku yang hendak dicapai sulit atau terlalu berat untuk direalisasikan.

Efek buruk yang terjadi adalah sasaran dakwah mengundurkan diri dari kemauan untuk berubah dikarenakan merasa tidak mampu melakukan perilaku yang dituntutkan oleh agama.

Kemudian adapun hal yang harus sangat diperhatikan dalam berdakwah di media sosial. Memberi faidah ilmu atau nasehat singkat melalui jejaring sosial adalah amal mulia, salah satu bentuk taqarrub ilallah yang berpahala insya Allah.

Namun ada yang perlu diperhatikan terkait dengan perbuatan ini menganai adab berdakwah, diantaranya adalah beberapa hal berikut:

1. Niat. Ini penting, bahkan lebih penting dari amal shaleh itu sendiri. Yahya bin Abi Katsir berkata, "Pelajarilah tentang niat, karena ia lebih penting dari amal." (Jami Al Ulum wal Hikam, hal 18).

Maka, hendaknya dilakukan dengan ikhlas; ber-mujahadah (bersungguh-sungguh) melawan niat riya, pamer, ingin dipuji, atau dapat jempol banyak dan lain-lain. Mengapa harus ber-mujahadah? Karena mengikhlaskan niat itu tidak mudah.

Sufyan Atsauri berkata, "Tidak ada sesuatu yang paling sulit aku hadapi selain niatku, karena ia senantiasa berbolak-balik." (Idem). Jangan sampai, niat mulia menebar ilmu berubah menjadi pamer ilmu. Nas`lullahal 'afwa wal 'aafiyah.

2. Memastikan bahwa pesan, ilmu atau nasehat itu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah; terdapat dalil yang mendukungnya dari Al Qur'an, Sunnah dan perkataan para sahabat. Standar ilmiah bisa dirangkum dengan ungkapan: "shahih secara riwayat dan benar secara istinbath". 

Terkadang, seseorang menukil dalil dari Al Qur'an atau hadis, tapi cara pendalilannya, tafsirnya, atau pemahamannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah syar'i. Oleh karena itu, ini juga harus diwaspadai. Akan lebih selamat jika kita memakai pendalilan atau tafsir para ulama yang kredibel dalam memahami dalil-dalil syar'i.

3. Menjaga amanah ilmiah. Hendaknya selalu berusaha mencantumkan sumber dari mana ilmu atau faidah itu kita dapatkan.

Hal ini agar kita tidak termasuk orang-orang yang mendapat ancaman hadits, "Orang yang mengaku-ngaku memiliki (al mutasybbi') dengan sesuatu yang tidak dimilikinya, maka ia seperti orang yang memakai dua pakaian kedustaan." (HR Bukhari Muslim).

4. Hendaknya tidak menuliskan sesuatu yang bersinggungan dengan syubhat dan masalah ilmiah yang memiliki tingkat kesulitan diluar kapasitas kita. Sehingga kemudian tidak memunculkan debat kusir yang tidak bermanfaat.

5. Menjaga akhlak mulia. Walaupun dalam bentuk tulisan, hendaknya tetap memperhatikan sopan santun dan etika; tidak mengandung celaan, kata-kata kasar dan bermuatan menjatuhkan kehormatan orang lain.

6. Mempertimbangkan maslahat dan mafsadat serta tepat sasaran.

7. Tidak mudah berfatwa, karena fatwa memiliki kehormatan yang tidak boleh dilakukan sembarang orang. Sehingga dikatakan, "Orang yang paling berani berfatwa, adalah orang yang paling sedikit ilmunya".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun