Mohon tunggu...
Karunia Wirayanda
Karunia Wirayanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Jakarta

Saya merupakan Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tertarik dengan isu pertahanan, internasional, dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hegemoni Global dalam Konflik Nuklir di Semenanjung Korea dan Implikasinya terhadap Keamanan Internasional

12 September 2024   16:27 Diperbarui: 12 September 2024   16:31 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Juni lalu, Vladimir Putin dan Kim Jong Un menandatangani pakta pertahanan yang mencakup klausul untuk saling membantu apabila salah satu di antara mereka di serang. Pakta perjanjian ini digambarkan sebagai aliansi antara Korea Utara dan Rusia yang mana memicu kekhawatiran internasional. 

Kesepakatan ini diselesaikan pada tanggal 19 Juni 2024 setelah dilakukannya pembicaraan yang cukup lama. Pada tanggal 20 Juni 2024 Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) mengeluarkan teks hasil dari pakta pertahanan kerjasama antara Korea Utara dan Rusia. Pakta ini secara resmi dinamai "Perjanjian tentang Kemitraan Strategis Komprehensif" yang mulai berlaku setelah ratifikasi kecuali salah satu pihak menundanya.


Penandatanganan perjanjian antara Korea Utara dan Rusia pada Juni 2024 telah memicu reaksi keras dari dunia internasional, terutama dari Amerika Serikat dan China. Bagi Amerika Serikat, perjanjian ini dianggap sebagai ancaman serius terhadap stabilitas di Asia Timur, terutama jika mencakup kerja sama militer atau transfer teknologi nuklir.

Amerika Serikat kemungkinan besar akan merespons dengan memperkuat sanksi terhadap kedua negara, meningkatkan latihan militer dengan sekutu seperti Korea Selatan dan Jepang, serta memperluas kehadiran militernya di kawasan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa potensi ancaman dari aliansi ini tidak mengganggu keseimbangan keamanan yang ada.


Disisi lain, kesepakatan ini juga berdampak pada China. China berada dalam posisi yang rumit karena China merupakan sekutu penting bagi Korea Utara serta memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas di kawasan. Hal ini akan berdampak negatif pada kepentingan ekonomi dan keamanan China. 

Oleh karena itu, China mungkin akan mengambil pendekatan yang lebih moderat, berusaha menjaga pengaruhnya atas Pyongyang sambil mendorong diplomasi untuk mencegah eskalasi ketegangan. Namun, aliansi yang semakin kuat antara Korea Utara dan Rusia dapat mengurangi pengaruh China di Semenanjung Korea dan menciptakan ketidaknyamanan, terutama jika Korea Utara terus meningkatkan ancaman nuklirnya.


Pada akhirnya perjanjian ini menambah ketegangan di kawasan dan berpotensi memicu perlombaan senjata, terutama bagi negara-negara tetangga seperti Korea Selatan dan Jepang yang merasa terancam oleh kerjasama militer antara Korea Utara dan Rusia. Aliansi ini juga menimbulkan tantangan bagi upaya diplomasi internasional, karena Dewan Keamanan PBB kemungkinan akan terpecah dalam merespons perkembangan ini. 

Dengan Rusia sebagai anggota tetap Dewan Keamanan, upaya untuk memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara mungkin akan diblokir, sehingga membatasi efektivitas komunitas internasional dalam menangani krisis ini. Perjanjian ini menekankan pentingnya diplomasi multilateral untuk mencegah peningkatan ketegangan dan menjaga keamanan global.


Refleksi Sejarah konflik Semenanjung Korea
Sejak awal, perpecahan Semenanjung Korea telah dicampur tangani oleh kekuatan negara hegemon. Pada 1945 ketika Semenanjung Korea terbebas dari penjajahan Jepang, Kemerdekaan Korea ini tidak membawa persatuan melainkan perpecahan karena didorong oleh persaingan geopolitik antara Uni Soviet dan Amerika Serikat selama Perang Dingin. 

Pada 1948 ketegangan blok Barat dipimpin AS dan blok Timur yang dipimpin Uni Soviet semakin meningkat, sehingga upaya menyatukan Korea melalui negosiasi gagal. Di bagian Utara mendapat dukungan Uni Soviet, Kim Il-sung mendirikan Republik Rakyat Demokratik Korea pada 9 September 1948 yang menganut paham komunis. Di bagian Selatan mendapat dukungan AS dalam membentuk Republik Korea yang berdiri pada 15 Agustus 1948 di bawah kepemimpinan Syngman Rhee, yang menganut sistem pemerintahan demokratis dan kapitalis.


Implikasinya terhadap keamanan Internasional
Perjanjian ini berpotensi meningkatkan kapabilitas nuklir Korea Utara. Sehingga ancaman ini memicu ketegangan tidak hanya di kawasan Asia Timur tetapi juga global. Karena adanya risiko peningkatan akses Korut terhadap teknologi nuklir yang lebih canggih dari Rusia. 

Di sisi lain, perjanjian ini juga dapat melemahkan rezim non-proliferasi nuklir yang selama ini diupayakan melalui Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Akibatnya, upaya internasional untuk mencegah proliferasi nuklir semakin sulit dilakukan, sementara Korea Utara terus memperkuat posisinya sebagai kekuatan nuklir. 

Dampak dari aliansi ini juga dapat memicu perlombaan senjata di kawasan tersebut (Korea Selatan dan Jepang) yang merasa semakin terancam dengan peningkatan kapabilitas nuklir Korut. Ketegangan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Cina juga meningkat, dengan konsekuensi lebih lanjut terhadap stabilitas global. Oleh karena itu, perjanjian ini berpotensi memperburuk ketidakstabilan keamanan internasional, meningkatkan ancaman nuklir, dan merusak upaya global dalam mencegah proliferasi senjata nuklir.


Hegemoni negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China memiliki peran utama dalam menjaga ketegangan di Semenanjung Korea, terutama dalam konflik nuklir yang semakin memperburuk situasi keamanan global. Setiap negara memiliki kepentingan geopolitik dan strategis yang berbeda, sehingga campur tangan mereka dengan tujuan masing-masing justru memperumit konflik dan menghalangi tercapainya perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. 

Perjanjian pertahanan antara Korea Utara dan Rusia yang terbaru hanyalah salah satu contoh bagaimana aliansi antar negara besar terus memicu ketegangan, meningkatkan potensi perlombaan senjata, dan memperburuk keamanan kawasan dan global. Dengan adanya keterlibatan negara hegemon ini, semua upaya perdamaian, baik melalui Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) maupun inisiatif diplomatik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), akan terus menemui jalan buntu. Campur tangan mereka tidak hanya menghalangi resolusi damai tetapi juga memperkuat siklus ketegangan dan ketidakstabilan di Semenanjung Korea.




REFERENSI
Adit, A. (2024, 6 20). 20 Poin Penting Perjanjian Kemitraan Rusia dan Korea Utara Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "20 Poin Penting Perjanjian Kemitraan Rusia dan Korea Utara", Kompas.com. https://www.kompas.com/global/read/2024/06/20/162700270/20-poin-penting-perjanjian-kemitraan-rusia-dan-korea-utara?page=all
Asmolov, K., & Zakharova, L. (2020). Russia's Relations with the DPRK in the 21st Century: Results of the First 20 Years. Vestnik RUDN. International Relations. https://doi.org/10.22363/2313-0660-2020-20-3-585-604.
Ha, D., & Ji, E. (2022). Impact of the Recent South Korean Presidency Change on Security Relationship with North Korea. Journal of Student Research. https://doi.org/10.47611/jsrhs.v11i3.3330.
Irguebaev, A. (1995). The Prospects of a Settlement in Korea and Russia's Approach: Beyond the US-North Korea Nuclear Accord. Korean Journal of Defense Analysis, 7, 305-306. https://doi.org/10.1080/10163279509464532.
Pilat, J. (2008). NATO Nuclear Forces and the New Nuclear Threats. International Journal, 63, 875 - 892. https://doi.org/10.1177/002070200806300405.
VOA Indonesia. (2024, June 24). Jenderal AS: Kesepakatan Pertahanan Rusia-Korea Utara Dapat Timbulkan Perselisihan dengan China. VOA Indonesia. https://www.voaindonesia.com/a/jenderal-as-kesepakatan-pertahanan-rusia-korea-utara-dapat-timbulkan-perselisihan-dengan-china/7667621.html
Lukin, A., & Pugacheva, O. (2020). Korea in the Early 21st Century and Russia's Interests. International Trends / Mezhdunarodnye protsessy. https://doi.org/10.17994/it.2020.18.4.63.6.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun