Mohon tunggu...
Karunia Indah Dwi lestari
Karunia Indah Dwi lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030003_uin suka

Its none sense Mahasiswa Universitas Islam negeri sunan Kalijaga_Ilmu komunikasi 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bank Sampah Apel: Lembaga Swasta penuh Kejutan

22 Mei 2023   21:26 Diperbarui: 22 Mei 2023   21:33 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Web site Bank sampah Apel (Dokpri)

Di Zaman sekarang sudah banyak sekali tempat yang telah tercemar oleh banyaknya sampah yang tidak diolah dengan benar, atau memang sulit dihancurkan. 

Dengan adanya teknologi sekarang masyarakat banyak menyepelekan hal-hal kecil seperti sampah. Padahal banyaknya kasus bencana alam seperti banjir, salah satu penyebabnya adalah karena sampah yang menyumbang selokan atau parit sehingga air tidak bisa mengalir dengan benar. 

Maka dari itu, orang-orang yang memiliki kesadaran tinggi mengenai pentingnya menjaga lingkungan untuk tetap bersih, mereka membangun sebuah komunitas guna mengurangi sampah. 

Bank sampah Apel merupakan salah satu dari banyaknya lembaga swasta yang menjadikan sampah sebagai kerajinan dan mereka olah dengan tepat.

Bank sampah Apel terletak di Jl. Cempaka. No.143 b, Gempol, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. lokasinya yang berada di tengah-tengah desa membuatnya lebih mudah mengajak masyarakat sekitar untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah.

Bank sampah memiliki misi yaitu:

  1. Mengajak warga mengelola sampah dengan 3R 

  2. Mengelola sampah terpilah dari warga agar bisa mendapatkan penghasilan tambahan 

  3. Penataan lingkungan dengan himbauan penanaman pohon di setiap halaman.

Misi tersebut yang membuat semangat bank apel untuk lebih memperhatikan lingkungan supaya bisa tetap bersih dan terjaga. Ibu L.Herliyanti selaku ketua komunitas bank sampah Apel memiliki kepribadian yang hangat dan menyenangkan. Motivasi beliau saat mendirikan bank sampah tersebut adalah supaya lingkungan tetap bersih dan hijau.

Bank sampah ini telah berdiri sejak 12 Oktober 2010 hingga sekarang. Bank sampah Apel buka hanya satu kali dalam seminggu dan mengadakan rapat tiga bulan sekali. 

Dalam pengelolaannya, Bank sampah Apel bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk melestarikan lingkungan yang bersih. Bank sampah Apel berfokus pada sampah anorganik, jadi bukan sembarang sampah. 

Sampah tersebut harus sudah kering agar bank sampah juga tetap bersih dan tidak bau. Sampah anorganik tersebut didapatkan dari masyarakat (khususnya di RW 13 perumnas condong catur)yang menjual sampah tersebut kepada bank sampah. 

Sampah yang dijual ditukar dengan uang sesuai dengan beratnya. Bagi yang rutin menjual sampah maka akan menjadi nasabah tetap dengan menabung uang yang mereka dapatkan dari menjual sampah. 

Mereka dapat mengambil uang tabungan minimal satu bulan setelah penyetoran Sampah. Sampah yang sudah dibeli akan dijadikan berbagai macam kerajinan tangan dengan harga jual yang tinggi. 

Salah satu hasil kerajinan tangannya adalah tas dan bunga yang terbuat dari plastik. Selain itu botol yang sudah tidak terpakai akan diisi dengan berbagai sampah plastik hingga penuh dan menjadi keras. 

Beberapa dari botol itu akan disatukan dengan lem akuarium atau lem kaca sehingga bisa dijadikan kursi untuk duduk. Ada juga sebuah hiasan dinding yang terbuat dari kupu-kupu yang telah mati dan dikeringkan lalu diletakkan di sebuah pigura dan ditempelkan di dinding. Hiasan tersebut tampak estetik dan indah.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Karya-karya tersebut akan dijual saat adanya pemeran. Selain mengelola sampah anorganik mereka juga sedikit mengolah sampah organik basah. 

Sampah organik basah mereka olah menjadi Eco Enzyme. Eco Enzyme ini terbuat dari  sisa sayur, kulit pisang, kulit buah-buahan segar kulit bawang dan difermentasikan selama tiga bulan. 

Eco Enzyme ini memiliki fungsi untuk kesehatan, pertanian dan lingkungan. Eco Enzyme ini dilarang dijual. Mereka akan membagikannya secara gratis saat mengadakan kegiatan seminar. Mereka juga memberikan sekitar 500 liter kepada Dinas Lingkungan Hidup. 

Selain diolah sebagai Eco Enzyme sampah organik juga dapat dikomposkan di halaman masing-masing warga. Untuk pengomposannya, terdapat alat yang telah di fasilitas oleh Dinas lingkungan hidup.

Di samping sampah yang diolah ternyata bank sampah ini juga memiliki prestasi baik perorangan atau atas nama lembaga itu sendiri. Mereka juga banyak berpartisipasi dalam kegiatan kebersihan seperti di Green and clean in action 2018. Prestasi-prestasi itu dimenangkan baik di tingkat kelurahan maupun tingkat Nasional.

Ternyata dari sampah ini ada banyak sekali kegunaan yang belum diketahui oleh masyarakat. Bank sampah Apel ini memberikan kita banyak pengetahuan tentang bagaimana mengolah sampah dengan baik dan mendapat keuntungan baik untuk diri sendiri atau lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun