Mohon tunggu...
Karunia Indah Dwi lestari
Karunia Indah Dwi lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030003_uin suka

Its none sense Mahasiswa Universitas Islam negeri sunan Kalijaga_Ilmu komunikasi 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bank Sampah Apel: Lembaga Swasta penuh Kejutan

22 Mei 2023   21:26 Diperbarui: 22 Mei 2023   21:33 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Web site Bank sampah Apel (Dokpri)

Dalam pengelolaannya, Bank sampah Apel bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk melestarikan lingkungan yang bersih. Bank sampah Apel berfokus pada sampah anorganik, jadi bukan sembarang sampah. 

Sampah tersebut harus sudah kering agar bank sampah juga tetap bersih dan tidak bau. Sampah anorganik tersebut didapatkan dari masyarakat (khususnya di RW 13 perumnas condong catur)yang menjual sampah tersebut kepada bank sampah. 

Sampah yang dijual ditukar dengan uang sesuai dengan beratnya. Bagi yang rutin menjual sampah maka akan menjadi nasabah tetap dengan menabung uang yang mereka dapatkan dari menjual sampah. 

Mereka dapat mengambil uang tabungan minimal satu bulan setelah penyetoran Sampah. Sampah yang sudah dibeli akan dijadikan berbagai macam kerajinan tangan dengan harga jual yang tinggi. 

Salah satu hasil kerajinan tangannya adalah tas dan bunga yang terbuat dari plastik. Selain itu botol yang sudah tidak terpakai akan diisi dengan berbagai sampah plastik hingga penuh dan menjadi keras. 

Beberapa dari botol itu akan disatukan dengan lem akuarium atau lem kaca sehingga bisa dijadikan kursi untuk duduk. Ada juga sebuah hiasan dinding yang terbuat dari kupu-kupu yang telah mati dan dikeringkan lalu diletakkan di sebuah pigura dan ditempelkan di dinding. Hiasan tersebut tampak estetik dan indah.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Karya-karya tersebut akan dijual saat adanya pemeran. Selain mengelola sampah anorganik mereka juga sedikit mengolah sampah organik basah. 

Sampah organik basah mereka olah menjadi Eco Enzyme. Eco Enzyme ini terbuat dari  sisa sayur, kulit pisang, kulit buah-buahan segar kulit bawang dan difermentasikan selama tiga bulan. 

Eco Enzyme ini memiliki fungsi untuk kesehatan, pertanian dan lingkungan. Eco Enzyme ini dilarang dijual. Mereka akan membagikannya secara gratis saat mengadakan kegiatan seminar. Mereka juga memberikan sekitar 500 liter kepada Dinas Lingkungan Hidup. 

Selain diolah sebagai Eco Enzyme sampah organik juga dapat dikomposkan di halaman masing-masing warga. Untuk pengomposannya, terdapat alat yang telah di fasilitas oleh Dinas lingkungan hidup.

Di samping sampah yang diolah ternyata bank sampah ini juga memiliki prestasi baik perorangan atau atas nama lembaga itu sendiri. Mereka juga banyak berpartisipasi dalam kegiatan kebersihan seperti di Green and clean in action 2018. Prestasi-prestasi itu dimenangkan baik di tingkat kelurahan maupun tingkat Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun