Mohon tunggu...
Kartini
Kartini Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Mahasiswa Pascasarjana

Tenaga Kesehatan Bidang Epidemiolog yang sedang memperdalam ilmu melalui tugas belajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Produk Kemasan Saset: Solusi Irit, Daur Ulang Sulit

26 September 2024   06:41 Diperbarui: 26 September 2024   06:41 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Unilever on X app

Kemasan Saset di Kehidupan Sehari-Hari

Siapa yang tidak mengenal produk kemasan saset? barang yang sering kita jumpai didalam kehidupan sehari-hari, dianggap murah, praktis dan tidak menyita banyak tempat. produk kemasan saset mencakup berbagai kebutuhan pokok mulai dari sabun, sampo, deterjen,  kopi instan, kecap dan lain-lain. Banyaknya masyarakat yang menggunakan produk berkemasan saset sebagai solusi untuk irit karena harganya yang sesuai dengan kondisi keuangan masyarakat di negara berkembang. Berbagai produk rentengan atau berkemasan saset sudah mewarnai bangsa pasar Asia dan sudah menjadi identitas dari toko serba ada seperti warung, pedagang kaki lima, dan pedagang asongan  di Indonesia yang terhitung sejak tahun 80-an. kemudahan akses mendapatkan produk kemasan saset membuat masyarakat nyaman untuk membeli produk tersebut. Berdasarkan data dari Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) tahun 2023 menunjukan bahwa dari 25.733 sampah plastik kemasan saset lebih mendominasi dibanding sampah plastic lainnya dan data dari Sungai Watch Impact Report Tahun 2023, 6% atau sekitar 91.667 limbah yang terjaring di sungai Bali dan Banyuwangi merupakan sampah saset.

sumber : kibrispdr website gambar
sumber : kibrispdr website gambar

Penggunaan Sampah Saset dikaitkan dengan Perekonomian Masyarakat 

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2024 59.11% penduduk Indonesia yang bekerja disektor informal, mereka mendapatkan penghasilan secara harian atau mingguan tanpa ada kepastian pendapatan, bahkan sekitar 27 juta penduduk Indonesia memiliki pendapatan kurang dari 20.000 rupiah  perhari, penduduk yang bekerja di sektor informal tidak memiliki kepastian pendapatan sehingga tidak memiliki keleluasaan untuk membeli produk dalam ukuran besar, mereka sangat bergantung pada produk yang dijual eceran seperti kemasan saset, hal ini menjadi salah satu alasan kemasan saset sulit untuk dihilangkan begitu saja.

Pada awalnya produk kemasa saset merupakan solusi terbaik yang ditawarkan untuk memanfaatkan meningkatnya permintaan di berbagai negara-negara berkembang, produk saset dipasarkan sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan konsumen berpenghasilan rendah namun kemudian berubah menjadi krisis lingkungan yang meluas.

Kemasan Saset SULIT Untuk di Daur Ulang :

Ukuran sampah saset yang identik dengan ukuran kecil, bukan berarti lebih cepat dan dapat terurai di alam dengan mudah, faktanya bahwa kemasan saset terdiri dari 3 sampai 4 lapisan plastik atau campuran kertas dan logam yang sulit dan bahkan hampir tidak bisa untuk didaur ulang,  kemasan saset ini termasuk dalam plastic multilayer yang memiliki dampak secara fisik maupun kimia yang berbahanya untuk lingkungan. Menurut ikatan pemulung Indonesia, sampah saset tidak memiliki nilai harga yang layak sehingga banyak pemulung yang enggan untuk mengelola sampah saset,  karena tidak adanya nilai pasar dan tidak adanya pilihan pengolahan yang aman secara komersial, pilihan pembuangan menjadi terbatas. Badan-badan kota setempat terpaksa mengubur atau membakarnya, sehingga melepaskan polutan beracun ke udara dan tanah. Berbagai upaya dilakukan oleh para produsen terbesar belum menunjukan solusi terbaik dalam menangani sampah saset ini, berdasarkan laporan Chemical Recycling of Sachet Waste: A Failed Experiment proses CreaSolv menghasilkan residu sebanyak 40-60% dan residu yang dihasilkan akan dikirim ke insinerator , proses pembakaran di insinerator dapat memicu kanker dan berbagai penyakit lainnya. Teknologi daur ulang yang di tawarkan sebagai solusi oleh para produsen pencemar terbesar tidak dapat menyelesaikan krisis pencemaran sampah plastik atau saset ini. 

Solusi yang ditawarkan pemerintah :

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.75/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 Tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah Oleh Produsen, produsen diminta untuk upsize kemasan produk, artinya aka nada jumlah isi minimal kemasan produk, untuk kemasan saset minimal isinya 50 ml, ketika ada kebijakan isi minimal kemasan saset ini maka pemerintah mengharapkan mampu menurunkan 30% jumlah sampah saset hingga 1 Januari 2030,dengan hal ini makan jumlah kemasan saset yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Solusi untuk produsen : Jika perusahaan memberi nilai ekonomi terhadap nilai saset maka  para pemulung dan pemilah sampah dari rumah tangga hingga mengepul pada umumnya akan menyesuaikan, mereka akan memasukkannya kedalam sampah yang dapat di daur ulang dan bernilai ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun