Sejak saya kecil pertunjukan topeng monyet ini sudah ada, ritualnya waktu itu menceritakan Sarimin pergi ke pasar, kemudian monyet mengambil payung dan keranjang plastik, kemudian naik sepeda. seiring berjalannya waktu, ada tambahan ular , musiknyapun tambah ramai. Keberadaan topeng monyet dulu tidak sama dengan sekarang. Dulu hanya ada di pasar, kalau keliling perumahan belum tentu sebulan sekali. Dulu kita beranggapan kegiatan ini adalah hal yang biasa saja , salah satu usaha manusia untuk mendapatkan uang untuk hidup.Sekarang ? Sepanjang jalan dengan jarak dua meter monyet berkeliaran di mana mana dengan memakai topeng dan naik sepeda. Sekilas melihatnya melihatnya memang lucu, tetapi di balik kelucuan itu ada jeritan memilukan dari monyet itu.
Artikel di majalah  Readers Digest Indonesia, edisi Juni 2013 yang berjudul " Wahai Manusia! Dengarkan Jeritanku " mengulas bagaimana kejamnya manusia dalam mendidik monyet untuk bisa menjadi monyet yang sering kita lihat di jalan jalan itu. Ternyata prosesnya panjang dan penuh siksaan, kekejaman dan bahkan dengan teknik pelaparan atau hewan dibuat lapar, baru diberi makan kalau melakukan sesuatu seperti kemauan manusia yang melatihnya.
Disamping berbagai proses penyiksaan itu, ternyata terdapat fakta fakta yang diungkap oleh Benvika, ketua Jakarta Animal Aid Network ( www.jakartaanimlaid.com ) berikut ini faktanya :
1. Monyet ekor panjang adalah satwa liar , bukan satwa peliharaan. Sekalipun belum termasuk hewan yang dilindungi, seharusnya tetap disertai sertifikasi atau berasal dari penangkaran. Kalau diambiul dari alam, itu tetap ilegal, padahal kebanyakan monyet untuk topeng monyet berasal dari alam.
2.Monyet diketahui adalah hewan pendedam, sehingga sdangat rentan menyerang manusia, Banyak sekali terjadi penyerangan monyet kepada manusia yang terdata. namun lebih banyak lagi yang tidak tyerdata. Dan kalau itu terjadi, pasti monyet yang disalahkan. Padahal mereka bereaksi terhadap aksi manusia.
3.Monyet dapat menukarkan penyakit hewan ke manusia, dan sebaliknya, alisa xoonosis. faktanya dari 36 ekor monyet yang disita JAAN sepanjang 2010 - 2012 dari pengamen topeng monyet, 22 persen terjangkit TBC dan hepatitis, dan 100 persen cacingan. bayangkan kalau anda atau anak anda melakukan kontak fisik dengan monyet saat menonton pertunjukan topeng monyet.
Itulah beberapa fakta yang saya kutip dari majalah Readers Digest Indonesia, edisi Juni 2013, dan memang kita harus mulai mengatakan "tidak" kepada topeng monyet. bagaimanapun mereka adalah hewan yang berhak untuk hidup sejahtera di alamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H