Dari berbagai masukan, kami memilih menyelenggarakan pameran kopi. Pameran yang mengangkat komoditas kopi ini sebenarnya bukanlah hal yang unik. Telah banyak pameran digelar menampilkan kopi. Hanya saja, dalam format kami, ingin menumbuhkan awareness dan kebanggaan generasi muda Indonesia terhadap komodtas kopi ini. Kopi Indonesia masuk dalam jajaran penting kopi dengan kualitas terbaik dan terenak di dunia, setelah Brazil, Kolumbia, Kostarika. Biji kopi Indonesia dinilai khas. Kopi Sumatera dan Jawa termasuk favorit pecinta kopi dunia. Dan, untuk kopi luwak, disebut-sebut sebagai kopi termahal di dunia. Weiss...
Hanya saja, ada pemandangan yang cukup ironis yang di tengah masyarakat kita, yaitu makin masifnya lifestyle soft drink, khususnya di kalangan generasi muda. Budaya minum kopi justru banyak menempati kafe-kafe elit. Warung-warung kopi kurang begitu diminati generasi muda. Makanya, dalam event yang kami ajukan ini, kami mengangkat tema ‘fun with coffee”. Semua orang bisa fun menikmati kopi. International Indonesia Coffee Show, kami menamakan event tersebut. Dan, direncanakan berkonsep modifikasi antara Bussiness to Bussiness (B2B) dan Bussiness to Customer (B2C). Pembagiannya dua hari untuk pameran dan konferensi untuk kalangan pebisnis, dan dua hari berikutnya untuk umum dan keluarga Indonesia.
Ditantang membuat event dalam tempo singkat, rupanya memicu adrenalin tersendiri. Alhasil, ide-ide kreatif bermunculan deras Ada yang membuat event backpacker dan flashpacker, beauty, event ojek online, herbal dan sebagainya. Meski kelompok kami belum menjadi yang terbaik, tetapi kami sudah merasa senang diapresiasi dan diberikan masukan membangun tentang bagaimana membuat event dan merealisasikannya.
Pada hari ketiga, kami diajak tour ke JIEXPO Kemayoran dan Jakarta Convention Centre. Dua venue terkemuka dengan standar internasional. Satu letaknya di pusat kota, satu lagi agak dipinggir. Tetapi dengan kemudahan akses transportasi, keduanya berhasil eksis memajukan industri event di Jakarta dengan keunggulan dan keunikan masing-masing. Bahkan meski sudah berdiri ICE di BSD Tangerang, ajaibnya tidak mempengaruhi bisnis venue mereka. JIEXPO malah mengalami kenaikan jumlah event sebesar 30 persen dibanding tahun-tahun sebelumnya. JIEXPO pun menambah sejumlah fasilitas venue untuk memenuhi kebutuhan ruangan yang terus meningkat. Jalur transportasi umum, busway kini sudah merambahi kawasan JIEXO.
Ya, kue MICE memang makin renyah. MICE tumbuh, mengikuti industrinya. Namun, MICE bisa menjadi stimulan yang menggerakkan perekonomi dikala melesu. Dunia event tak akan meredup kendati ekonomi sedang menurun. Justru, di saat itulah, brand harus tetap eksis berpromosi. Asosiasi dan lembaga harus terus melakukan branding dengan meningkatkan citra dan performa melalui kegiatan brand activation untuk mendorong pertumbuhan. Begitu roda MICE memutarkan sektor-sektor terkait.
Dibanding Indocomtech 2014, memang ada koreksi penurunan dari sisi jumlah pengunjung dan transaksi. Tahun 2014, pengunjung mencapai angka 235.000 orang dengan nilai transaksi sekitar Rp640 miliar. Meski begitu, pameran Indocomtech yang diselenggarakan oleh Yayasan Apkomindo tergolong berhasil merebut perhatian ratusan ribu pengunjung dan menjadi parameter cerahnya industri komputer dan gajet tahun-tahun mendatang.
Prospek MICE cerah seiring dengan kemajuan industrinya. MICE juga menjadi andalan bangkitnya perekonomian Indonesia, sebagai alternatif dari sektor nonmigas. Optimisme ini harus terus dibangun, bahwasanya dengan MICE, Indonesia bisa berjaya. Standarisasi usaha bisnis MICE harus terus dilakukan, termasuk pula sertifkasi tenaga profesi MICE. Pekerjaan rumah pengembangan industri MICE masih bertumpuk. Dan, worskhop asistensi promosi pengembangan MICE ini hanya sebagian kecil upaya untuk menyinergikan gerak langkah generasi baru MICE dengan industrinya.
*) Sumber Gambar: Dok. Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H