Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maulid dan Perenungan Kita

21 September 2024   14:01 Diperbarui: 21 September 2024   14:04 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Islam dianggap agama atau keyakinan yang progresif. Pada masa perkembangan mula-mula, memang banyak tantangan yang berkatagori tantangan fisik. Peperangan antar suku, keyakinan, sampai wilayah. Ini melibatkan pertumpahan darah dan pengorbanan yang cukup besar.  Kekerasan yang menyertai perkembangan agama ini hanya 2 % dari semuan ayat dan hadits.

Karena progresifitasnya, Islam kini berkembang sangat pesat, dan menjadi agama ke dua yang banyak dianut setelah Kristen di dunia. Tidak saja meliputi jazirah arab, namun merambah ke Asia, Eropa, Australia, bahkan Amerika dan Afrika.

Namun, meski Islam berkembang pesat, tantangannya bergeser ke beberapa hal yang menyangkut tafsir dan soal citra. Seringkali Islam ditafsirkan sebagai agama yang akrab dengan kekerasan. Hal ini tak lepas dari beberapa kejadian seperti kelompok-kelompok garis keras yang menghancurkan menara kembar di New York tahun 2001. Kemudian diikuti oleh beberapa kejadian kekerasan lain baik di Indonesia, dan beberapa negara lain seperti di Eropa, New Zeland dll. Ini tak lepas dari penghilangan konteks dalam menafsirkan ayat dan Hadits. Padahal seperti yang saya sampaikan di atas, konteks perang dan kekerasan hanya 2% dari seluruh ayat dan hadits.

Belum lagi kelompok-kelompok radikal  yang memakai glorifikasi kekhilafahan yang telah runtuh pada abad 20 yaitu Otsmanis di Turki. Glorifikasi kekhilafahan ini sangat nyata dilakukan oleh pihak tertentu pada saat ISIS melawan pemerintahan resmi Suriah. Secara terang-terangan ISIS atau lebihndikenal sebagai Islamic State (IS) melakukan propaganda ke selutuh dunia soal impian kekhilafahan. Banyak sekali umat muslim yang terjebak pada proganda itu, dan berangkat ke ke Suriha. Kini mereka harus menjadi tawanan politik karena keterlibatannya dengan ISIS melawan Suriah.

Peringatan dan perayaan Maulid Nabi ini adalah momentum untuk kembali memahami sisi kemanusiaan dalam diri Nabi Muhammad yang sering diabaikan oleh kelompok radikal. Mereka seringkali terpaku pada kewajiban dakwah sehingga terjebak pada ortodoksi yang muaranya berlawanan dengan tujuan dakwah dari Nabi Muhammad.

Penghormatan kepada Nabi Muhammad tidak boleh disempitkan hanya dalam satu kasus tertentu dengan menghilangkan konteksnya. Sebagai Rasul, Muhammad adalah pedoman hidup orang Islam. Sebagai manusia, Muhammad adalah rahmat bagi seluruh makhluk semesta alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun