Sekitar dua decade lalu, di televisi muncul berbagai ulama. Dari sekian ulama itu, ada yang memiliki dasar pemahaman agama yang kuat, ada yang tidak. Tapi mereka jadi amat terkenal (dan kaya)
Dari tahun ke tahun, acara-acara mereka dikemas dengan menarik. Ada yang dikemas seperti pengajian eksklusif, dengan naras umber ulama tertentu itu, pembahas dan para tamu undangan. Para tamu undangan itu kemudian menjadi pihak yang melontarkan banyak pertanyaan. Acara-acara itu terbukti meraup banyak sekali pengiklan; artinya pemirsanya jangan dianggap remeh.
Lalu tahun berganti, acara televisi itu kemudian bergeser ke kanal youtube. Ini jauh lebih gampang diakses karena bisa dibuka di mana saja dan kapan saja. Rata-rata para ulama itu punya channel seperti ini dengan kemasan yang tak jauh berbeda dengan televisi, meski ada modifikasi sana sini. Tak pelak, mereka juga meraup viewers yang banyak.
Seperti yang saya ungkap diatas, diantara ulama ini ada yang membahas dengan dasar keilmuwan yang kuat. Quraish Shihab misalnya. Selain di media mainstream dia juga sering tampil di kanal milik anaknya dan punya nama acaa khusus yang membahas soal agama Islam; Shihab & Shihab.Â
Quraish Shihab adalah seorang guru besar ilmu tafsir yang cukup disegani oleh banyak pihak karena kepakarannya dalam ilmu Islam dan pandangan moderatnya yang membuatnya dihormati banyak pihak.
Namun ada juga ulama yang punya ilmu agama kuat namun punya pandangan yang sempit. Soal hijrah misalnya seringkali memberi penjelasan yang kurang tepat kepada audiencenya. Akibatnya audience yang rata-rata adalah kaum muda yang kurang berpengalaman, menelan begitu saja apa yang diajarkan ustadz itu.
Kadang mereka mengajarkan konsep Al Wala' wal Bara'; satu konsep tentang loyalitas dan komitmen kesetiaan bersahabat dengan sesama muslim. Konsep itu juga mengajarkan cara-cara melepaskan diri dari ikatan non muslim , atau malah membencinya. Sehingga audience (umat) didorong untuk hanya mau bergaul pada teman sekeyakinan saja dan menjauhkan diri pada orang yang berbeda keyakinan.
Trend ini tidak bisa dipungkiri; Â ajaran dengan dasar yang salah seperti ini berkembang tanpa kendali. Pengajian dan kajian-kajian agama di youtube tanpa pakar dengan dasar ilmu yang dalam, memperparahnya.
Kini kita melihat banyak sekali kaum muda yang menjadi loyal pada orang-orang seintern agama dan mengabaikan pada orang yang berbeda. Loyalitas yang salah ini nyaris mirip dengan kacamata kuda.
Inilah yang harus kita perbaiki bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H