Â
Ada yang menarik pada penangkapan Mochamad Subchi Azal Tsanu (MSAT) alias  Gus Bechi yang merupakan anak dari pemilik satu pondok pesantren terkenal di Jombang karena kasus pencabulan santriwati. Aparat terlihat kesulitan dalam menangkap anak kyai berpengaruh itu karena masyarakat yang dekat dengan pihak Bechi dan merasa Bechi tidak bersalah berusaha menghalang-halangi aparat untuk menangkap yang bersangkutan.
Tak heran jika ada pengendara motor yang menabrak barikade aparat di depan pondok pesantren itu, lalu ada simpatisan yang menyiram Kasat Reskrim Polres Jombang menggunakan air panas. Tak cukup sampai di situ, para simpatisannya juga menyenggol kendaraan petusan dan dengan sengaja menghalangi aparat dengan menggunakan kekerasan. Tindakan dari para simpatisan ini yang juga akhirnya membuat mereka ditangkap.
Gus Bechi yang mengaku berada di dalam pondok pesantren merasa tidak bersalah dengan segala tindakan itu terlebih dengan tuduhan beberapa korban yang melaporkan dirinya sehingga polisi bertindak seperti itu. Dia mengatakan bahwa dia tidak melakukan upaya radikal atau teroris, kenapa masih dikejar-kejar seperti seorang penjahat -- begitu kurang lebih yang bisa ditangkap dari video yang beredar soal respon Bechi tersebut.
Begitu juga dengan respon yang diberikan oleh ustadsz Abdul Somad (UAS) dan pengikutnya Ketika dia ditolak oleh pemerintah Singapura karena ditengarai membawa pengaruh radikal kepada masyarakat Singapura yang pluralis. Baru-baru ini pemerintah Siangapura menahan seorang pemuda yang terinspirasi soal bom bunuh diri yang pernah ada dalam ceramah UAS soal Israel Palestina.
Ini adalah bukti bahwa ada (dan mungkin banyak) kaum ulama atau berpengetahuan tinggi dalam agama,. yang salah meletakkan peran mereka dalam masyarakat. Kesalahan ini bisa karena rasa percaya diri dan ego yang berlebihan terhadap ilmu agamanya sehingga meremehkan pihak lain bahkan negara.
Sikap ini kemudian berimbas pada para pengikutnya. Dengan menggunakan kacamata kuda alias fanatisme yang berlebihan. Sisi buruknya, sikap ini semua seringkali  mengatasnamakan agama.
Jika tidak menomorsatukan ego, Gus Bechi bisa menyerahkan diri secara baik-baik tanpa harus dikepung oleh aparat polisi untuk bertanggungjawab atas hal buruk yang dilakukannya. Sebagai anak ulama atau pendiri pesantren, Â ucapan dan sikap baik adalah hal yang harus dilakukan. Bukannya menyuruh para pengikutnya untuk menghalang-halangi tugas polisi.
Begitu juga dengan UAS. Seharusnya sadar bahwa dia juga hidup di negara dan bangsa Indonesia yang lebih pluralis dibanding Singapura sehingga jika dia berceramah dengan tone intoleransi bahkan politik identitas di negara sendiri, maka akan ditolak juga di negara lain. Karena pada hakekatnya intoleransi adalah pangkal dari radikalisme bahkan terorisme.
Marilah dalam rangka Idul Adha ini,  kita berkurban ; neletakkan ego kita  dan ikhlas  sepenuhnya pada Allah SWT. Jangan menggunakan ajaran agama alih-alih untuk menyebarkan ajaran atau sikap yang disukainya sendiri.