Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersatu Melawan Ekstremisme

26 Juni 2021   15:06 Diperbarui: 26 Juni 2021   16:13 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid 19 telah membawa banyak pihak untuk bersatu atau paling tidak saling menolong dan menghargai satu sama lain. Kita bisa lihat saat India tengah mengalami krisis karena Covid ini maka banyak negara yang membantunya termasuk Indonesia. Entah itu berupa bantuan oksigen, bantuan vaksin dll.

Covid juga mengubah pandangan banyak orang terhadap dampaknya. Karena Covid 19 bukan sekadar persoalan kesehatan tetapi juga persoalan keamanan, sosial , ekonomi dll. Kita bisa melihat banyak orang yang menjadi miskin karena sebelumnya adalah kelompok rentan miskin. Kita juga melihat banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan sumber matapencaharian pada saat ini. Intinya Covid-19 memang nyata membuat kita menyatukan diri dalam tindakan dan pikiran kita terhadap orang lain.

Sebenarnya ada hal juga sangat penting  untuk disadari bahayanya, yaitu bahaya ekstrimisme. Akar ekstrimesme adalah intoleransi dan radikalisme. Lingkungan dan ujung ekstremisme adalah kekerasan yang didasarkan intoeleransi dan distriminatif itu.

Kesadaran akan bahaya ekstremisme ini harus dimiliki oleh masyarakat global. Ancaman penyebaran ekstremisme tidak memilih korbannya, bisa siapa saja bahkan orang yang tidak dikenal.Kita bisa melihat fenomena ini pada bom bali 1 yang dianggap paling dramatis dalam sejarah Indonesia.

Berbagai lapisan masyarakat bisa terpengaruh dan secara tidak sadar bisa mmengikuti gerakan ekstremisme. Mungkin kita bisa melihat ini di beberapa negara Eropa seperti di Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Begitu juga di Australisa dan beberapa negara Aisa seperti Pakistan , India dan Afganistan termasuk juga Indonesia.

Data menunjukkan bahwa di Indonesia dalam dua puluh tahun terakhir (artinya sejak bom bali 1) warga Indonesia yang sudah terlibat soal ekstremisme, baik menjadi pelaku  maupun simpatisan berjumlah 2 ribu orang. Di Irak dan Suriah didapat data sebenar 1200 orang terlibat soal-soal ekstremisme.

Ini merupakan data yang sangat mengkhawatirkan. Karena lingkungan yang sebelumnya bersifat aman damai seperti Surabaya juga telah terjadi pengeboman rumah-rumah ibadah yang tidak berkemanusiaan.  Ini menujukkan bahwa faham ekstremisme telah tumbuh di lingkungan yang sebelumnya damai. Ia ada di benak anak muda, ada di kepala ibu-ibu, di alam pikiran bapak-bapak yang menudian menularkan ke anak-anak mereka.

Karena itu tidak salahnya menyatukan diri untuk mencegah dan menanggulangi terorisme dan ekstremisme. Seperti halnya Covid 19 yang membuat kita bersatu untuk melawannya, kita juga harus bersatu melawan ekstremisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun