Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Proses Demokrasi Harus Mengedepankan Perdamaian

6 Juli 2018   08:07 Diperbarui: 6 Juli 2018   09:01 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Esensi demokrasi adalah keterlibatan semua pihak untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik. Di Indonesia, demokrasi seringkali disebut dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Apapun yang dihasilkan dalam proses demokrasi, harus memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat. Demokrasi tidak boleh menguntungkan sebagian pihak, tapi merugikan pihak yang lain. Demokrasi harus menguntungkan untuk semua. Karena itulah, setiap pemimpin yang lahir dari proses demokrasi juga harus menjadi pemimpin untuk semua. Dan proses yang terjadi dalam demokrasi, harus tetap mengedepankan perdamaian.

Kenapa perdamaian ini penting? Karena Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam suku, agama dan budaya. Dengan adanya keberagaman ini, tentu juga turut mempengaruhi cara pandang seseorang. Perbedaan cara pandang masing-masing masyarakat dari Aceh hingga Papua ini, harus tetap dihargai sepanjang tidak merusak nilai-nilai yang diatur dalam Pancasila. 

Karena nilai-nilai yang diatur dalam Pancasila adalah, nilai yang lahir dari budaya masyarakat Indonesia. Sayangnya, berbagai macam perbedaan ini terkadang sengaja dipersoalkan oleh sebagian orang, untuk membuat suasana yang damai ini menjadi terganggu. Perbedaan sengaja dimunculkan untuk memicu terjadinya kebencian baru.

Bibit kebencian inilah yang sering digunakan oleh oknum tertentu, dalam proses berdemokrasi di Indonesia. Sentiment SARA kadang juga dimunculkan, untuk memunculkan amarah-amarah baru. Dan amarah ini kemudian dipanasi dengan adanya berita bohong di media sosial. Hal semacam inilah yang kemudian berpotensi melahirkan konflik-konflik baru. Dan jika kita hanya berdiam diri, membiarkan orang-orang yang sengaja merusak kedamaian yang ada, tentu akan sangat disayangkan. Indonesia yang indah ini berpotensi bisa menjadi negara yang dipenuhi kebencian, caci maki, bahkan tindak kekerasan.

Dan jika hal ini terjadi, dikhawatirkan akan didomplengi oleh kelompok-kelompok radikal dan jaringan terorisme, untuk terus menebarkan teror. Apa tujuannya? Untuk menyatakan bahwa sistem demokrasi yang selama ini dijalankan tidak efektif dalam mencegah segala konflik yang terjadi. Biasanya, mereka akan menawarkan kekhilafahan seperti yang dilakukan di negara seperti Iraq dan Syiria, ketika sempat berhasil dikuasai oleh kelompok ISIS. Lalu, apakah kita akan membiarkan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, yang kaya akan sumber daya manusia, dan kaya akan budaya dan adat istiadat ini menjadi negara yang dipenuhi kebencian dan konflik?

Bibit-bibit kebencian tersebut, tak dipungkiri sering diselipkan dalam setiap perhelatan demokrasi, seperti pilkada. Bahkan pileg dan pilpres yang akan digelar pada 2019 mendatang, juga berpotensi diganggu dengan maraknya ujaran kebencian. Pada pilkada serentak kemarin, sebagian daerah juga sempat diganggu dengan maraknya ujaran kebencian ini. 

Black campaign tak jarang juga dilakukan, untuk menjatuhkan elektabilitas paslon. Dan hal itu sempat terjadi di awal tahun 2018 lalu. Akibatnya, salah satu paslon mundur dari perhelatan pilkada. Hal semacam ini diharapkan tidak terjadi dalam pileg atau pilpres mendatang. Karena proses demokrasi, harus tetap mengedepankan perdamaian bukan kebencian. Mari kita songsong pileg dan pilpres mendatang dengan penuh suka cita dan pesan damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun