Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mewaspadai Masifnya Internet Hoax

6 Januari 2017   06:46 Diperbarui: 6 Januari 2017   07:14 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hoax - Hoax-Slayer || http://mantasticpursuits.com/

Jika kita mendengar kata hoaxsebagai warga negara Indonesia, maka kita harus memberikan perhatian kepada terorisme dan konflik. Sepanjang tahun 2016, kita telah melihat bagaimana hoax bekerja mengaduk-ngaduk perasaan kita sebagai anggota masyarakat.

Ketika bom meledak di Cakrawala Building, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Januari 2016, menyebar pesan berantai yang mengatakan akan ada ledakan lanjutan di beberapa tempat di Jakarta seperti di Cikini, Kuningan, Slipi, dan beberapa kantor kedutaan. Pesan ini membuat sejumlah orang yang menerimanya mengalami ketakutan.

Tak ada ledakan selain yang terjadi di Sarinah. Kabar itu adalah hoax alias berita palsu. Namun, kepalsuannya telah berhasil membuat ketakutan sebagian orang. Dalam situasi itu, kita hendaknya melihat hoax dalam kepentingannya dengan kabar yang diberitakannya. Ancaman ledakan di sejumlah tempat jelas diarahkan untuk berhubungan langsung dengan ledakan yang terjadi di Jalan MH Thamrin.

Tentu saja reaksi ketakutan setelah menerima pesan seperti itu adalah reaksi yang wajar. Karena dengan menjadi takut, kita menjadi waspada. Yang lebih baik dihindarkan adalah ketakutan itu menghantui kita pada hari-hari berikutnya.

Namun, perlu diketahui hoax akan sangat gampang diuji oleh waktu. Di hari-hari berikutnya, hoax ancaman ledakan tersebut ternyata palsu. Dan ketakutan kita terhadap hoax pun lenyap begitu saja.

Dengan melihat hoax melalui cara ini, isu yang berjalan dalam insiden di Jalan MH Thamrin, akan luntur dengan sendirinya. Misalnya saja kita menjadi tahu bahwa ketakutan yang diakibatkan hoax tersebut dilakukan untuk melakukan teror yang menewaskan manusia.

Hoax juga bukan istilah agama. Kata ini adalah sebuah slang yang muncul karena kita berkenalan dengan produk masyarakat Barat bernama internet. Dan di masa Nabi Muhammad SAW tak ada internet. Namun, jika kita harus menelusuri jauh ke dalam Al Quran untuk mempertimbangkan hoax sebagai perusak perdamaian, itu bisa dilihat dalam istilah “fitnah” pada Surah Al Baqarah ayat 217:

Fitnah itu besar (dahsyat) dari melakukan pembunuhan.

Ayat ini, seperti menjadi “ide” dalam usaha kita untuk mengendalikan hoax. Jika kita percaya bahwa kepalsuan dan fitnah telah dikutuk oleh Al Quran sebagai sesuatu yang lebih kejam dari pembunuhan, maka hoax yang menjadi jalan untuk menyebarkan kepalsuan itu lebih kejam pula dari pembunuhan.

Meski demikian, akidah yang tersimpan di dalam dada harus mempersiapkan diri untuk menghadapi sifat hoax yang sangat duniawi. Yakni, sesuatu yang sangat meminta rasio dan akal sehat. Hoax mengharuskan kita menggunakan pikiran secara damai dan tenang. Sementara yang diinginkan dalam kepalsuan hoax itu adalah mengacaukan ketenangan pikiran kita.

Dalam kedamaian pikiran itu, akan muncul semacam sikap tidak terlarut ke dalam perasaan. Dalam kondisi demikian, meski hoax muncul dalam kondisi kritis, kedamaian pikiran itu membuat kita untuk melihat, berhati-hati, namun tidak terbawa emosi. Lakukan cross-check dan biarkan waktu menunjukkan kepalsuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun