Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tantangan Mewujudkan Perdamaian untuk Kesejahteraan Bersama

24 Desember 2015   19:25 Diperbarui: 24 Desember 2015   19:25 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terorisme adalah salah satu tantangan terbesar dalam upaya merawat perdamaian di era modern saat ini. Terorisme juga menjadi masalah besar bagi keamanan dunia karena dampak eksistensinya yang merugikan banyak pihak tanpa pandang bulu. Lebih dari itu, terorisme juga mendustai agama, dalam hal ini Islam, karena mengaku-ngaku mengatasnamakan agama panutan Rasulullah SAW itu di dalam setiap aksinya. Bahkan sesumbar menyebut Islam sebagai alasan untuk mendirikan khilafah global versi mereka yang egois. Oleh sebab itu, sangat penting mengajak banyak pihak dari beragam lintas kepentingan di seluruh dunia untuk bekerja sama melawan ancaman eksistensi terorisme.

Perdamaian adalah hal utama dalam kehidupan manusia. Perdamaian adalah sumber kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Mengapa begitu? Karena melalui perdamaian lah, manusia dapat saling bahu membahu menciptakan kehidupan harmonis yang bermanfaat bagi banyak orang. Melalui perdamaian pula akan mampu mendorong terciptanya sikap saling menghormati dan bertoleransi. Namun yang lebih penting adalah melalui perdamaian, manusia akan terhindarkan dari kekerasan akibat bentukan sikap positif yang ditempa darinya. Oleh karena itu, agenda perdamaian amatlah penting untuk didukung secara bersama dengan tulus oleh kita semua. Seluruh pemerintah di dunia bukan semata-mata berkoar tentang perdamaian untuk retorika belaka, namun sebagai upaya untuk meraih cita-cita perdamaian bagi kesejahteraan para rakyat. Sederhananya, pemerintah berupaya memberiaan fasilitas kehidupan yang layak, termasuk kondisi damai, supaya rakyat dapat hidup tenang dan tidak diliputi rasa khawatir akan serangan kekerasan yang merugikan mereka.

Tentunya untuk mencapai damai, diperlukan situasi keamanan yang kondusif. Dalam hal ini, pemerintah berkewajiban untuk menjamin keamanan rakyatnya dari bahaya ancaman terorisme. Bentuk keamanan yang diberikan pun bermacam-macam, termasuk di dalamnya mengenai pendekatan militer dan intelijen guna membekuk dengan tegas pelaku teror. Tidak ada salahnya melakukan dua pendekatan tersebut, namun alangkah baiknya jika dikombinasikan dengan pendekatan yang lebih lembut sebagai tameng pencegahan terorisme. Hal ini dikarenakan pendekatan yang keras kerap kali menimbulkan serangan balasan dari terorisme yang bahkan berisiko lebih fatal. Selain itu, pendekatan kekerasan juga kurang mengakomodir partisipasi rakyat dalam menjaga keamanan bersama dari bahaya ancaman terorisme. Sebaliknya, jika memasukkan kombinasi pendekatan lembut dalam upaya penanggulangan terorisme, maka dimungkinkan adanya potensi peningkatan partisipasi rakyat dalam melawan terorisme, sehingga terciptanya kesatuan pertahanan yang lebih kuat. Pemerintah dan rakyat pun dapat berjalan satu visi yang mampu menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa sebagai senjata paling ampuh untuk melawan perpecahan yang disebabkan oleh terorisme.

Memasukkan pendekatan lunak sebagai kombinasi dalam upaya penanggulangan terorisme juga berpotensi memberikan jalan yang tepat dalam membersihkan nama baik Islam, agama yang kerap kali diidentikan dengan terorisme. Dua pendekatan utama yang dibutuhkan dalam upaya melepaskan kaitan Islam dan terorisme adalah pendekatan agama dan budaya. Pendekatan agama adalah upaya pemulihan nama baik Islam yang dilakukan oleh pemuka agama dengan supervisi dari pemerintah yang diwakilkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Hal yang dituju dari pendekatan agaman adalah untuk memberikan sosialisasi pemaparan yang benar mengenai Islam dan semangat damai yang diusungnya. Melalui pendekatan agama juga perlu dilakukan penekanan bahwa terorisme tidak memiliki agama, sehingga pengatasnamaan Islam di balik aksi teror adalah pelecehan agama yang berat.

Adapun mengenai pendekatan budaya, BNPT menghadirkan Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) sebagai wadah bagi masyarakat di akar rumput untuk menghimpun semangat persatuan dalam membentengi dari ancaman terorisme. FKPT dibentuk atas dasar inspirasi dari falsafah yang dipakai oleh bangsa ini untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yakni Pancasila. Hadirnya forum ini dimaksudkan untuk menyalurkan informasi serta panduan yang tepat dalam mencegah terorisme. Lebih dari itu, melalui FKPT juga diharapkan masyarakat mampu melibatkan diri dalam sumbang saran serta aksi mengawal persatuan bangsa demi terjaganya kondisi damai, sehingga terhindarkan dari ancaman bahaya terorisme. Karena bagimanapun juga, terorisme membutuhkan potensi perpecahan untuk melanggengkan aksinya, sehingga jika kita solid, justru terorisme akan kehilangan tajinya. Mari bersama perkuat partisipasi pencegahan terorisme untuk Indonesia yang damai dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun