Mohon tunggu...
Kartika Supriyani
Kartika Supriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Your ideal wife

I'm a potato writer :) just enjoy.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Taare Zameen Par, Film yang Menampar Orang Tua

1 Agustus 2021   10:41 Diperbarui: 1 Agustus 2021   10:43 6104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tribuneindia.com

Siapa yang tak suka menonton film? Namun mungkin dari kecil kita hanya terbiasa menonton film barat atau India, karena memang sering ditayangkan ditelevisi. Salah satu film India yang sangat bagus dan menginspirasi adalah Taare Zameen Par. Film yang tayang pada 2007 ini, menjadi box office hanya dalam waktu 3 hari penayangannya. Film ini disutradarai, diproduseri bahkan diperankan sendiri oleh Aamir Khan. Naskah nya ditulis oleh Amole Gupte. Berkat alur cerita dan akting para aktor yang apik, film ini berhasil menyabet berbagai penghargaan dan mendapat 2,1 juta dolar AS.

 

sumber: tribuneindia.com
sumber: tribuneindia.com

Taare Zameen Par berkisah tentang Ishaan Nandkishore Awasthi atau Ishaan (Darsheel Safary) adalah seorang anak laki-laki berusia 8 tahun yang dianggap bodoh dan tidak dapat mengikuti pelajaran disekolah. 

Karena dia merasa semua mata pelajarannya sulit dan itu menjadikannya diremehkan dan tidak disukai oleh guru dan teman sekelasnya. Namun dibalik itu semua ia memiliki imajinasi, kreativitas, dan bakatnya seni lukis yang sangat bagus. 

Tapi sering diabaikan atau tidak diperhatikan oleh orang tuanya. Ayahnya, Nandkishore Awasthi (Vipin Sharma) adalah seorang eksekutif sukses yang mengharapkan anak-anaknya untuk berprestasi dalam bidang akademik dan ibunya, Maya Awasthi (Tisca Chopra), adalah seorang ibu rumah tangga yang frustrasi dengan ketidakmampuannya untuk mendidik Ishaan. 

Kakak laki-laki Ishaan, Yohan Nandkishore Awasthi (Sachet Engineer) adalah murid teladan dan atlet yang sangat berprestasi sehingga sering menjadi bahan pembanding oleh orang tya Ishaan.Banyak lika-liku berlalu disekolah, hingga suatu hari terjadi insiden yang menjadikan Ishaan harus dipindahkan kesekolah lain. 

Akhirnya Ishaan dipindahkan ke sekolah asrama yang sangat jauh dari rumahnya. Karena berada dilingkungan baru dan terbiasa dimanja oleh keluarganya menjadikan Ishaan sangat depresi dan frustasi. 

Hal ini membuat Ishaan berpikir hendak bunuh diri namun digagalkan oleh temannya.Suatu hari datanglah seorang guru baru, Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan), yang memiliki metode pengajaran yang menyenangkan dan berbeda dengan guru lain. 

Melihat Ishaan yang sangat murung menjadikan Nikumbh tertarik padanya. Dia mempelajari pola Ishaan. Sehingga dia menyimpulkan bahwa Ishaan menderita Dyslexia atau kesulitan dalam belajar huruf dan angka.

sumber: tribuneindia.com
sumber: tribuneindia.com

Film ini berhasil menyadarkan kita bahwa setiap anak istimewa. Setiap anak memiliki bakatnya masing-masing yang tak bisa dipukul rata. Terkadang sebagai orang tua kita hanya berpikir bahwa keberhasilan anak hanya dilihat dari akademiknya saja. 

Bakat melukis, olahraga, menari, teater, dan sebagainya dianggap tak berguna karena kelak dimasa depan tak bisa menghasilkan pundi-pundi uang. 

Seperti biasa, sifat membanding-bandingkan memang tak bisa lepas dari orang tua Indonesia. Bahkan membandingkan dengan saudara kandung sendiri. Hal ini justru memicu kecemburuan saudara. Sehingga menjadikan interaksi antar saudara menjadi tidak baik.

sumber: tribuneindia.com
sumber: tribuneindia.com

Selain itu orang tua kadang tidak bisa menerima kenyataan jika anaknya "berkebutuhan khusus". Berkebutuhan khusus disini tak hanya perkara difabel, autism, dan sebagainya. 

Dyslexia juga merupakan kebutuhan khusus. Orang tua akan denial dengan kenyataan yang ada. Mereka akan berusaha meyakinkan diri bahwa tak ada yang salah dengan anaknya. 

Bahkan merasa tersinggung bila ada orang lain yang merasa bahwa anak tersebut berbeda. Hingga anaknya tumbuh besar, mereka baru menyadari bahwa semuanya sudah sangat terlambat.

Apakah tidak lebih baik kita berdamai dengan keadaan saja? Kita cari penyebab dan cara mengatasinya. Ubah mindset kita yang mengatakan bahwa keberhasilan anak itu hanya dilihat dari akademiknya saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun