Film ini berhasil menyadarkan kita bahwa setiap anak istimewa. Setiap anak memiliki bakatnya masing-masing yang tak bisa dipukul rata. Terkadang sebagai orang tua kita hanya berpikir bahwa keberhasilan anak hanya dilihat dari akademiknya saja.Â
Bakat melukis, olahraga, menari, teater, dan sebagainya dianggap tak berguna karena kelak dimasa depan tak bisa menghasilkan pundi-pundi uang.Â
Seperti biasa, sifat membanding-bandingkan memang tak bisa lepas dari orang tua Indonesia. Bahkan membandingkan dengan saudara kandung sendiri. Hal ini justru memicu kecemburuan saudara. Sehingga menjadikan interaksi antar saudara menjadi tidak baik.
Selain itu orang tua kadang tidak bisa menerima kenyataan jika anaknya "berkebutuhan khusus". Berkebutuhan khusus disini tak hanya perkara difabel, autism, dan sebagainya.Â
Dyslexia juga merupakan kebutuhan khusus. Orang tua akan denial dengan kenyataan yang ada. Mereka akan berusaha meyakinkan diri bahwa tak ada yang salah dengan anaknya.Â
Bahkan merasa tersinggung bila ada orang lain yang merasa bahwa anak tersebut berbeda. Hingga anaknya tumbuh besar, mereka baru menyadari bahwa semuanya sudah sangat terlambat.
Apakah tidak lebih baik kita berdamai dengan keadaan saja? Kita cari penyebab dan cara mengatasinya. Ubah mindset kita yang mengatakan bahwa keberhasilan anak itu hanya dilihat dari akademiknya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H