Tanda merupakan gabungan dari petanda atau makna dengan penanda atau bentuk, dimana sistem pertama adalah penanda bagi sistem kedua, dan dalam hal ini yang menjadi objek sandaran adalah bahasa sedangkan ideologi merupakan penanda dari sistem kedua (Fatimah, 2020). Menurut Hendro (2020) simbol dapat didefinisikan sebagai objek, peristiwa, bunyi, ataupun sebuah bentuk tertulis yang diberikan makna oleh manusia terkait pikiran, gagasan dan juga emosinya. Simbol dan tanda akan selalu dijumpai pada lingkungan manapun, karena dengan adanya simbol ataupun sebuah tanda maka dapat memberikan pengertian maupun informasi kepada orang yang melihatnya tanpa perlu menginformasikannya secara langsung atau verbal.
Ekosistem sekolah meliputi guru sebagai pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua, serta pemangku kepentingan lainnya yang masing-masingnya memiliki peran tersendiri (Khaidarmansyah & Rusdi. 2018). Proses belajar merupakan interaksi yang terjadi antara pengajar dan yang belajar dimana dari proses tersebut akan diperoleh hasil berupa tujuan pembelajaran atau yang disebut dengan hasil belajar (Herawati, 2018). Antara ekosistem sekolah dengan proses belajar tentunya memiliki hubungan yang erat karena dalam proses belajar pelakunya adalah anggota dari ekosistem sekolah dan tempat dilaksanakannya proses belajar ini adalah lingkungan sekolah.
Pada ekosistem sekolah dan juga proses belajar akan banyak ditemukan tanda dan juga simbol yang dimiliki oleh lingkungan sekolah tersebut. Jika dikaitkan dengan identitas bangsa maka pada umumnya simbol dan tanda dilingkungan sekolah dapat berupa banyak hal seperti bendera negara, lagu kebangsaan, logo pancasila, gambar tokoh pahlawan dan lain-lain. Fungsi dari penggunaan simbol dan tanda tersebut dalam lingkungan sekolah salah satunya sebagai identitas dari individu maupun sebuah kelompok yang dapat mengambarkan identitas melalui kejadian dan cerita historis yang diturunkan dari generasi ke generasi (Lintang, 2022).
Dalam kehidupan bernegara, penting untuk menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang harus diterapkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Salah satu cara untuk mengamalkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila adalah melalui pendidikan di sekolah. Hal ini bertujuan agar masyarakat memiliki etika dan berkarakter unggul yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Sebagai identitas bangsa, Pancasila dapat dilihat dari tanda dan ciri khas yang melekat pada masyarakat (Susanto, 2016).
Melalui penerapan dan pengimplementasian nilai-nilai Pancasila, peserta didik dapat memiliki karakter profil pelajar Pancasila. Peserta didik bisa mengembangkan karakter profil pelajar Pancasila dengan terus belajar memperoleh ilmu pengetahuan serta pengamalan nilai-nilai Pancasila secara kompeten dan dalam hal perilaku (Irawati et al., 2022). Agar terbentuknya karakter generasi muda yang positif, perlu dilakukan pembinaan pendidikan karakter. Membiasakan perilaku seperti mandiri, sopan, santun, kreatif, tangkas, rajin bekerja, dan bertanggung jawab pada diri sendiri maupun pada lingkungan sekitar merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan ini, seperti yang diungkapkan oleh Nurgiansah (2021). Profil pelajar Pancasila ada enam yaitu berkebinnekaan global, berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, gotong royong, dan kreatif (Sulistyati et al., 2021). Pendidikan tentang Pancasila dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan penting karena dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya peserta didik. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, peserta didik dapat menginternalisasikan dan mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk memberikan pemahaman yang baik tentang Pancasila agar dapat menguatkan profil pelajar Pancasila.
Ekosistem sekolah dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan adalah pengalaman saya ketika saya melaksanakan PPL di SD Muhamaddiyah Nitikan  yang semuanya beragama muslim. Walaupun mereka semua beragaman muslin disana tetap menerapkan nilai-nilai Pancasila. Mereka tidak membeda-bedakan antara teman satu dengan teman yang lain, karena mereka semua memiliki hak dan kewajiban untuk memperoleh ilmu pendidikan yang sama. Di SD Muhamaddiyah Nitikan terdapat beberapa tanda dan juga simbol yang berkaitan dengan identitas bangsa Indonesia baik berupa simbol yang terlihat secara nyata atau memiliki visualisasi, maupun berupa penghayatan nilai-nilai melalui perilaku dan juga tindakan yang khususnya simbol dan tanda yang terkait dengan identitas bangsa Indonesia berupa Pancasila dan kebhinekaan. Simbol dan tanda terkait penghayatan nilai-nilai kebhinekaan berupa penggunaan Bahasa Indonesia di lingkungan sekolah. Peran penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pembelajaran merupakan bagian dari upaya menjaga dan meningkatkan identitas nasional.  Kemudian toleransi terhadap perbedaan, serta tidak ada diskriminasi dari pihak sekolah maupun sesama peserta didik. Dalam hal ini sekolah tidak membeda-bedakan siswa yang dapat mendaftar masuk sekolah, tidak ada aturan khusus yang melarang suku,ras, atau etnik atau bahkan agama tertentu untuk mendaftar di SD Muhamaddiyah Nitikan. Adapun simbol dan tanda yang berkaitan dengan penghayatan nilai-nilai Pancasila dapat berupa bendera Indonesia, simbol Pancasila, gambar Garuda, gambar Presiden dan Wakil Presiden, serta poster kata-kata motivasi. Tanda dan simbol dari penerapan nilai kebhinekaan lainnya yang dapat diamati pada lingkungan sekolah adalah tidak ada diskriminasi pada lingkungan sekolah baik dari pihak sekolah sendiri maupun dari sesama peserta didik. Seluruh siswa memiliki hak yang sama dalam penggunaan fasilitas yang disediakan sekolah. Pada proses pembelajaran, perlakuan guru tidak mendiskriminasi pihak tertentu pembelajaran dilakukan dengan cara yang sama antar kelasnya.
Dalam upaya menguatkan profil pelajar Pancasila di SD Muhamaddiyah Nitikan, melalui penghayatan nilai-nilai Pancasila, terutama pada sila pertama. Salah satu contoh konkrit dari penghayatan nilai tersebut adalah adanya kegiatan tadarus Al-Qur'an, menjalankan sholat dhuha berjamaah setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai , hal ini bertujuan untuk mengajarkan spiritual pada peserta didik guna mengingatkan pada sang pencipta yang mana merupakan implementasi sila pertama. Di SD Muhamaddiyah Nitikan, peserta didik selalu memulai dan mengakhiri proses belajar dengan berdoa. Hal ini adalah kebiasaan positif yang menanamkan nilai-nilai religius dalam diri peserta didik. Selain itu, nilai toleransi sangat dijunjung tinggi di SD Muhammadddiyah Nitikan, di mana peserta didik tidak memilih-milih teman yang berbeda latar belakangnya. Sekolah memberikan dukungan untuk menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama Pancasila dengan cara memfasilitasi penyediaan air bersih untuk peserta didik yang beragama Islam agar dapat melaksanakan sholat dhuha dan zuhur dengan nyaman di masjid yang berada di lingkungan sekolah. SD Muhamaddiyah Nitikan telah berhasil menerapkan nilai nilai Pancasila pada sila pertama dengan sangat baik, seperti yang terlihat dari aktivitas dan kegiatan peserta didik di lingkungan sekolah. Hal ini tercapai berkat dukungan penuh dari pihak sekolah, termasuk kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan staf. Salah satu contoh nyata dari dukungan tersebut adalah program yang dibuat oleh kepala sekolah dan wakilnya untuk melakukan tadarus Al-Quran  setiap jam ke nol. Guru juga turut serta memfasilitasi peserta didik dalam pembacaan Al-Quran, kemudian guru memberikan izin kepada peserta didik bagi yang mau melaksanakan kegiatan sholat zuhur secara bersama di masjid. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai Pancasila pada sila pertama serta dukungan dari pihak sekolah membantu peserta didik menguatkan karakter profil pelajar Pancasila pada dimensi beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta memiliki akhlak mulia.
SD Muhamaddiyah Nitikan menerapkan nilai-nilai Pancasila melalui kebijakan yang diimplementasikan dalam budaya 5S, yaitu senyum, sapa, salam, sopan, dan santun. Budaya ini dapat diamati setiap pagi ketika peserta didik memasuki lingkungan sekolah, di mana mereka memberikan salam dan bersapaan dengan guru ketika bertemu. Pada saat bertemu di jalan, perpustakaan maupun di ruang guru peserta didik juga senyum dan menyapa guru. Adanya budaya ini membuat peserta didik terbiasa menanamkan karakter berbudi pekerti, menghormati guru, dan mentaati peraturan tata tertib sekolah. Pada saat pembelajaran dikelas peserta didik mendapatkan pengajaran dan perlakuan yang sama dari guru sesuai dengan haknya dan juga menjalankan kewajibannya sebagai peserta didik SD Muhamaddiyah Nitikan. Kemudian penghayatan pada sila kedua ditunjukkan dengan adanya penggalangan dana untuk membantu negara tetangga (Palestina). Penerapan nilai-nilai Pancasila sila kedua yang terdapat di SD Muhamaddiyah Nitikan menguatkan profil pelajar Pancasila dimensi berakhlak mulia.
Pada sila ketiga yakni "Persatuan Indonesia", penghayatan nilai-nilai Pancasila di SD Muhamaddiyah Nitikan ditunjukkan dengan dilaksanakannya kegiatan wajib pramuka, selanjutnya dalam pembelajaran seni peserta didik diajarkan praktik tari daerah, mengenalkan  batik yang bertujuan mengenalkan budaya di indonesia. Selain itu, adanya kegiatan gotong royong dalam membersihkan ruang kelas maupun lingkungan sekolah agar terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman. Pada saat kegiatan kelompok peserta didik bekerja sama tanpa adanya diskriminasi karena perbedaan. Berdasarkan hal tersebut, nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ketiga terdapat penguatan terhadap profil pelajar Pancasila yaitu dimensi bergotong royong dan berkebhinekaan global.
Berdasarkan sila keempat Pancasila yaitu "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan", Di SD Muhamaddiyah Nitikan ditunjukan dengan setiap ada kegiatan selalu menerapkan musyawarah guna mengambil keputusan yang disepakati bersama, seperti pemilihan ketua kelas dan perangkat kelas. Pembelajaran dikelas juga tidak membatasi peserta didik dalam menyampaikan pendapat misalnya pada saat berdiskusi kelompok. Peserta didik juga tidak dibatasi dalam berkreativitas, misalnya pada saat praktik pembuatan batik dengan daun/ eco print. Selain itu, peserta didik juga diberikan kebebasan oleh pihak sekolah untuk mengembangkan potensi dirinya melalui ekstrakurikuler yang ada disekolah sesuai dengan minat dan bakatnya. Penerapan nilai-nilai Pancasila pada sila keempat membantu penguatan profil pelajar Pancasila peserta didik yaitu dimensi kreatif.