Mohon tunggu...
Maya Kartikasari
Maya Kartikasari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Semua berawal dari catatan buku harian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibadah Nuansa Maluku di Gereja Kristen Indonesia Nederland Regio Rijswijk-Den Haag

2 Oktober 2018   09:09 Diperbarui: 3 Oktober 2018   15:54 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pdt. Deibby Janssens Sahertian

Mari bersama-sama hidup, melayani Tuhan dan bertumbuh di dalam rumah kita bersama,

Gereja Kristen Indonesia Nederland.

Pdt. Deibby Janssens Sahertian
Pdt. Deibby Janssens Sahertian
"Piring Natsar" Simbol Altar Allah Sudah didirikan, "Tampa Garang" simbol Berkat Allah Sudah disiapkan, "Kakehang" Simbol Sakral Tanah Tumpah Darah sudah dipasang dan "Kain Gandong" dibentangkan, Simbol-Simbol sakral budaya Maluku diberikan tempat terhormat dan digunakan untuk tujuan Mulia, untuk mengikat perbedaan menjadi persaudaraan dan menjadikan gereja dan jemaat dari berbagai budaya menjadi "Satu Mata Rumah" yaitu GKIN.

Sebagai orang Ambon yang menjadi bagian dari Gereja Kristen Indonesia di Nederland, adalah kehormatan tersendiri karena di berikan kesempatan untuk membawa budaya Maluku menjadi bagian dalam tradisi religius GKIN. Terimakasih GKIN. (Pdt. Deibby Janssens Sahertian).

Gereja Sebagai Penjaga Budaya

Ditengah arus globalisasi, disaat zaman bergerak dengan begitu cepatnya, arus deras menggerus segala sesuatu bahkan yang dianggap sudah ketinggalan zaman dalam hal ini konteksnya adalah budaya bangsa.

 Inkulturasi budaya yang dibawa Gereja dari turun temurun dan dari sejak ratusan tahun patutlah menjadi hal yang terus diapresiasi, menjadi warisan sekaligus  identitas dan jati diri anak cucu di mana pun mereka berada kelak, mengenal asal-usulnya, agar mereka tak lupa juga kepada para leluhur sekaligus sebagai ungkapan rasa penghormatan tertinggi dan ucapan syukur bahwa hari ini ada. 

Sebagai salah satu tugas Gerejalah tetap menjaga budaya terkhusus budaya Indonesia, dimanapun Gereja itu berada dengan komunitas Indonesianya, jika dirasakan kembali sesuai dengan isi tema"Lawamena Haulala, Toma Maju Jang Undur" dan firman Tuhan siang itu, menjaga budaya dengan melestarikan adalah juga perjuangan bersama agar tak tergerus oleh arus zaman. Maju terus pantang mundur!.

(Foto dokumentasi oleh: Anton Kusumadjaja)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun