Mohon tunggu...
Kartika Putri
Kartika Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi Universitas Airlangga

Hobi : menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tren Menikah atau Bahagia Sendiri pada Gen Z: Mana yang Lebih Baik?

3 Juni 2024   23:46 Diperbarui: 4 Juni 2024   00:30 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menikah adalah salah satu hal wajar yang dilakukan dua manusia untuk mengikat hubungan satu sama lain. Banyak yang memilih untuk mengikat hubungan mereka ketika umur sudah matang, namun tidak sedikit yang melakukannya sedini mungkin. 

Namun saat ini, terdapat tren pada kalangan gen Z untuk tidak menikah bahkan tidak mempunyai anak. Benarkah menikah membawa dampak buruk, atau bahagia sendiri merupakan tren yang baik untuk diikuti?

Keputusan Menikah atau Tidak di Mata Gen Z

Saat ini, Gen Z telah memasuki kehidupan sosial di masyarakat. Banyak pola pikir yang berbanding 180° dari apa yang dipercayai turun temurun, salah satunya tren tentang pernikahan

Banyak hal yang menghambat manusia, khususnya di Indonesia, untuk menikah: adanya kekerasan dalam rumah tangga, banyaknya kasus perceraian, rentan untuk mengalami perselingkuhan, hingga berujung pada kematian salah satu pasangan.

Hidup bahagia sendiri sekarang menjadi opsi yang mulai dilirik. Meski tidak secara gamblang, banyak orang yang menentang keharusan seorang anak untuk menikah. Tren hidup sendiri tidak bisa lepas dari sisi negatif dari sebuah pernikahan. Selain itu, tak jarang yang memilih untuk belum mau menikah atau tidak menikah sama sekali karena kurangnya kesiapan, baik secara moral maupun material.

Opini tentang Pernikahan Dini

Pernikahan dini merupakan salah satu peristiwa yang sedang diamati oleh Gen Z saat ini. Banyak pro dan kontra apakah pernikahan dini merupakan suatu hal yang baik atau justru membawa malapetaka. Sudah banyak orang, terutama Gen Z, yang sudah melek akan informasi seputar hak yang bisa didapatkan dan kewajiban yang harus dijalankan sehingga banyak hal yang bisa dipelajari mengenai pernikahan dini.

Gen Z banyak yang menyutujui bahwa pernikahan adalah tentang kesiapan dua manusia dalam beradaptasi dan membuat kebiasaan baru. Menikah berarti menyatukan dua keluarga. Kedua mempelai harus siap, baik secara mental, kesehatan, finansial, dan kebutuhan tambahan lainnya yang muncul seiring berjalannya proses dalam berkeluarga.

Menikah bukan hanya bertujuan untuk memuaskan hawa nafsu dan memperbanyak keturunan, namun juga memenuhi secara batin dan material. Pernikahan dini banyak merugikan karena berkaitan dengan ketidaksiapan secara biologis maupun mental dari pasangan calon.

Childfree di Indonesia

Kata-kata “banyak anak, banyak rejeki” sepertinya sudah melekat di masyarakat Indonesia. Anak dianggap tolak ukur keberuntungan bagi suatu keluarga. Namun di jaman sekarang, anggapan tersebut mulai ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia karena sudah tidak relevan dengan keadaan saat ini. Selain itu, opsi untuk tidak mempunyai anak selama pernikahan juga mulai dilirik.

Istilah childfree beken baru-baru ini, salah satunya dipicu oleh seorang influencer Gita Savitri atau lebih dikenal dengan Gitasav tentang keputusannya untuk meakukan chidfree. Istilah tersebut mengacu pada keputusan suami dan istri untuk tidak memiliki anak atau keturunan selama pernikahan. Kedua belah pihak harus mempunyai komitmen untuk tidak mempunyai anak sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Lebih Baik yang Mana?

Keputusan untuk menikah ataupun tidak merupakan keputusan dari diri sendiri. Kita semua memiliki hak untuk memutuskan tidak menikah dan mempunyai kesempatan untuk menikah dengan orang yang kita sayangi, tidak ada yang salah maupun benar. Namun, kita juga harus memikirkan hal lain selain pertimbangan pribadi, misalnya pertimbangan dari orang tua, lingkungan, dan lain sebagainya. Segala keputusan yang kita utarakan dan kita jalankan tidak boleh juga dipergunakan untuk menghasut orang lain demi mendukung kepercayaan yang kita pilih.

Referensi

Aldida, Vania Ika. (2023, Februari). Pernyataan Kontroversial Gita Savitri Soal Childfree yang Bikin Netizen hingga Artis Gemas. Okezone. https://celebrity.okezone.com/read/2023/02/09/33/2762259/pernyataan-kontroversial-gita-savitri-soal-childfree-yang-bikin-netizen-hingga-artis-gemas

Aprianti, Qorry Layla. (2022, Oktober). Nikah Muda di Kalangan Gen Z, Udah Siap atau Cuma Ikutan Tren?. Liputan6. https://www.liputan6.com/citizen6/read/5103579/nikah-muda-di-kalangan-gen-z-udah-siap-atau-cuma-ikutan-tren?page=2

Husada, Trisha. (2023, Februari). ‘Bagaimana kamu bisa berasumsi hidup saya tidak berarti karena saya tidak punya anak?’ – Pengakuan para pasutri yang memutuskan ‘childfree’ di Indonesia. BBC News Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/articles/cpd44eykx5eo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun