Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jaminan Pemerintah?

18 Oktober 2023   11:32 Diperbarui: 23 November 2023   07:12 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Bursa pemilihan calon dan wakil presiden belakangan ini sungguh menganggu kenyamanan hidup masyarakat Indonesia. 

Keputusan Makhamah Konstitusi terhadap peraturan usia peserta yang mendadak di bulan Oktober ini, seakan ingin mengatakan ada masalah sangat besar tidak kasat mata di dalam kehidupan berbangsa.

KEGADUHAN

"Jangan bikin gaduh," jawab presiden Joko Widodo setiap ditanya mengenai keikutsertaan Beliau di pemilihan presiden beberapa waktu lampau.

Tetapi, sekarang rumor tentang anak presiden yang akan dipersunting mantan menantu presiden menimbulkan kegaduhan

Kegaduhan yang dapat menghilangkan jaminan pemerintah atas keberlangsungan hidup sosial yang aman, nyaman dan tertib masyarakat ini. 

PERAN MASYARAKAT

Menengok ke masa lampau, masa para leluhur berjuang keras bertempur melawan bangsa asing demi mempertahankan kedaulatan bangsa supaya hidup merdeka menjadi manusia berbahagia seutuhnya adalah warisan tak benda yang tidak bisa dihilangkan dari kehidupan bermasyarakat. 

Sebelum negara Indonesia merdeka, para pemuda berkumpul sehingga melahirkan sumpah pemuda. Lalu, lahir Pancasila tidak lama setelah negara ini merdeka.

Pemerintahan pun terbentuk dan Pancasila merupakan bukti nyata bahwa manusia yang saat itu bekerja di pemerintahan memiliki rasa kepedulian tinggi dan berjiwa melayani dalam bekerja untuk memanusiakan dan meningkatan derajat hidup seluruh manusia yang lahir dan besar di negara Indonesia.

Kemudian, masyarakat dengan berpeluh keringat bekerja keras demi membiayai hidup sendiri dan negara dengan membayar pajak.

Berjalan waktu dengan meluasnya hubungan persahabatan dan dagang antar negara dan atas nama kemajuan negara, ternyata membuat kehidupan bermasyarakat menjadi pecah karena sifat serakah. 

Sejarah mencatat banyak peristiwa kemanusiaan dan keuangan yang memerihkan hati yang tidak tuntas diselesaikan pemerintah. 

Uang pajak yang dibayar masyarakat dari peluh keringat bekerja dalam sekejap dapat mengubah hidup menjadi penuh kucuran airmata dan darah.

Mereka yang bekerja di pemerintahan seperti bukan manusia yang memiliki kepedulian tinggi dan berjiwa melayani seluruh masyarakat supaya dapat hidup nyaman dan bahagia di negara ini. 

KESENANGAN

Mungkin pedoman kerja pembuat kegaduhan adalah asal Bapak atau Ibu senang. Kegiatan bekerja yang di awal bertujuan melayani semua lapisan masyarakat menjadi mengerucut demi kesenangan atasan. 

Masyarakat dibiarkan menjadi penanggung derita perbuatan mereka. 

DAUD DAN GOLIAT

Goliat atau Jalut (Ibrani: גָּלְיָת, Golyat, Golyāṯ, Arab جالوت, Ǧālūt (istilah Al-Qur'an), جليات Ǧulyāt (istilah Kristen), Inggris Goliath) (meninggal ~ 1010 SM) adalah seorang prajurit Filistin, terkenal karena pertempurannya dengan Daud muda. Nama Goliat disebut dalam kitab Perjanjian Lama dan Al-Qur'an. (Kutipan dari Wikipedia)

Di satu sisi, Daud adalah seorang gembala dan memiliki perawakan kecil serta tidak memiliki latar belakang militer dipandang tidak mungkin dapat mengalahkan Goliat yang merupakan seorang pendekar dari barisan tentara bangsa Filistin.

Daud yang perawakan kecil saat menantang Goliat hanya membawa ketapel dan batu tanpa memakai baju perang. Penampilannya tentu diremehkan Goliat dan sekutu. 

Tetapi, sejarah mencatat bahwa tembakan batu Daud berhasil mematikan Goliat.

Kisah itu seperti sedang terjadi di Indonesia saat ini di bursa pemilihan calon presiden dan wakil. 

Kegaduhan yang terjadi saat ini mungkin akibat efek samping dari budi pekerti yang dibius supaya tidur lelap sehingga membebaskan budi lain untuk berbuat gaduh demi kesenangan Bapak atau Ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun