"Waah! Kalau begitu kamu harus foto kita saat minum teh ini untuk kenangan," saran ayah lalu pergi naik ke kamar untuk ambil kamera.
Teh bunga kering yang berwarna coklat dan harum itu saat diseduh berubah menjadi bunga peony yang segar berwarna pink. Aroma wangi semakin harum semerbak beriringan dengan kelopak bunga yang berurutan terbuka.
Cekrek! Cekrek! Aku mengabadikan dari berbagai sudut, bunga yang sedang berusaha mekar. Lalu, cekrek! Wajah tersenyum bahagia alamiah eyang, ibu, dan ayah terabadikan dalam roll kamera.
"Rasa teh ini luar biasa istimewa," komentar eyang dengan tersenyum lebar diikuti ayah dan ibu yang berkomentar sama.
Aku, Bulan, dan kak Milah bergegas tuang teh ke gelas masing-masing untuk mencicipi rasanya.
Rasa air teh yang ringan dan lembut menguyur permukaan lidahku. Saat itu rasa manis yang halus muncul lalu lewat seketika mengalir ke dalam tenggorokan.
"Rasa teh ini sungguh luar biasa," puji eyang lagi.
Untuk sesaat kami semua terdiam meresapi dalam-dalam sensasi kenikmatan yang timbul dari teh bunga ini.
Di waktu yang berlainan di Shanghai, teh bunga peony warna kuning bermekaran. Lalu,di Harbin, teh bunga peony warna oranye bermekaran. Kemudian, di Bangladesh, teh bunga peony warna ungu bermekaran dan di Jepang, teh bunga peony warna merah bermekaran.
Kami berlima saling bertukar foto di surat elektronik. Foto yang berisi wajah cerah bersinar bahagia para orang tua serta kakek dan nenek saat sedang minum teh bunga peony ini.
Kami yakin pak Xie dari atas sana pasti juga ikut tersenyum bahagia saat teh bunga peony pemberiannya diminum mereka yang diselimuti rasa bahagia.