Saat aku dan Kang Xi Ka sedang asyik mengobrol mendadak Shidd dan Shotaro datang ke meja kami dan ikut nimbrung ngobrol.
"Bintang! Selamat untuk presiden barumu!" kata Shidd dan Shotaro bergantian sambil menjabat tanganku. Kang Xi Ka tertawa melihat tingkah mereka.
"Presiden kamu sekarang, B.J Habibie itu dulu wakil presiden, 'kan?" tanya Shotaro. Aku sambil mengunyah makanan mengangguk pelan.
 "Presiden kamu sekarang ini orang hebat! Sayang proyek pesawat milik negara kalian ditutup. Kalau masih ada, aku mau setelah lulus melamar kerja ke sana," lanjut Shotaro dengan wajah serius.Â
Aku tidak pernah menyangka Shotaro bisa tahu mengenai industri pesawat terbang Indonesia yang telah ditutup tanpa alasan yang jelas.Â
"Aku sejak kecil suka pesawat karena itu kuliah teknik mesin supaya bisa buat pesawat sendiri. Aku tahu di Amerika dan Eropa ada industri pesawat tetapi, aku tidak tertarik bekerja di sana. Aku lebih suka Asia," katanya dengan tertawa.
 "Mimpiku itu ada 2. Bikin pesawat dan mesin alat kesehatan. Ayahku dokter spesialis kanker. Saat dia usia 7 tahun, ibunya di usia 32 tahun meninggal terkena kanker hati. Pengalaman ditinggal ibu selamanya di usia muda itu memacu ayah jadi dokter. Ayah tidak pernah memaksaku jadi dokter karena tahu aku sangat suka pesawat." Shotaro berhenti sebentar.Â
"Saat dia tahu aku hanya tertarik bikin pesawat dan tidak berminat jadi dokter, ayah bilang ingin dibuati alat deteksi dini kanker dan penyakit infeksi menular. Menurutnya ke depan dengan perubahan pola hidup dan iklim maka bisa dipastikan akan semakin banyak penderita kanker serta muncul penyakit infeksi menular yang baru," lanjutnya dengan suara bergetar.
Kami bertiga hanya bisa diam mendengar ceritanya.Â
Ehem!! Tiba-tiba, Shidd bersuara memecah keheningan. "Aku yakin kamu pasti bisa mengapai impianmi, Shotaro!" serunya dengan menepuk-nepuk pundak Shotaro.Â
"Iya! Aku yakin pasti kamu bisa mewujudkan impianmu, Â Shotaro!" sambungku lalu, diikuti Kang Xi Ka.
"Oh, iya! Hampir aku lupa! Foto saat Kang Xi Ka ulang tahun sudah selesai dicetak DX. Ini fotonya untuk kalian berdua," kata Shotaro sambil menyodorkan 2 buah amplop tebal.Â
Kang Xi Ka dan aku sungguh berasa bahagia karena tidak menyangka hasil semua foto sangat bagus dan dicetak DX dengan gratis.
Satu minggu sebelum hari ulang tahun Shidd, sesuai janji aku mendatanginya saat sarapan untuk menanyai makanan yang ingin dia makan di hari ulang tahun. Hari ulang tahun dia jatuh di hari Minggu.
"Hai, Shidd!" sapaku bersama Kang Xi Ka.
 "Tumben sendiri. Shotaro mana?" tanya Kang Xi Ka.Â
"Shotaro masih tidur. Dia males bangun makan," jawab Shidd. "Kalian sudah sarapan?" tanyanya.
 "Sudah! Kami selalu paling cepat dalam urusan mengisi perut walau hari libur," jawabku dengan tersenyum.  Shidd tertawa mendengar jawabanku.Â
"Eh, Shidd, maaf menganggu. Kita datang mau tanya makanan yang ingin kamu makan minggu depan waktu ulang tahun," tanyaku.
"Hooh! Kamu ingat saja janjimu." Shidd berhenti makan dan tersenyum. "Saat ulang tahun di Bangladesh ada tradisi makan kheer," lanjutnya.
"Kheer!?" tanyaku dan Kang Xi Ka, serempak.
"Kheer itu puding beras. Nanti aku tulisi resepnya. Atau kalau tidak besok kita ke perpustakaan untuk cari resep dan fotonya di internet," katanya.
Aku lebih menyukai ide pergi ke perpustakaan untuk lihat resep dan foto di internet daripada ditulis tangan.
Aku dan Shidd mengatur jadwal ketemuan di perpustakaan besok hari.
Ternyata ada beberapa bahan yang tidak kuketahui. Shidd menyarankan untuk pergi belanja bersama hari Sabtu di pasar dan toko langganan dia.
Hari Sabtu pagi setelah sarapan, berlima dengan DX kami belanja keperluan ulang tahun Shidd. Sejak perayaan ulang tahun Kang Xi Ka, DX jadi akrab dengan kami. Sehari sebelumnya, aku mengumpulkan uang dari DX, Shotaro dan Kang Xi Ka untuk patungan beli keperluan ulang tahun Shidd.
Shidd ingin makan Kheer dan Sabzi (campuran beberapa sayuran yaitu: wortel, kol, terong, kembang kol atau sayuran apa pun yang dimiliki ), dicampur dengan bubuk cabai, bawang merah, bawang putih, jinten dan pasta cabai). Dia tidak terlalu ingin makan daging. Shotaro bernafas sangat lega ketika tahu tidak akan pergi beli ayam potong di pasar.
Setelah diskusi berlima, kami memutuskan masak mie goreng panjang umur mengunakan udang dan kerang supaya meriah. Kali ini kami tidak lupa beli soda.
DX membawa kamera milik Shotaro karena miliknya terlalu besar dan bagus untuk dibawa ke pasar. DX sibuk mengabadikan kegiatan belanja kami.
Pesta ulang tahun dijadwalkan diadakan besok jam 12:00 saat makan siang di taman belakang asrama seperti waktu itu.Â
Pagi jam 9:00, aku dan Kang Xi Ka dibantu Shotaro mulai masak. DX sibuk mempersiapkan properti foto, dekorasi tempat pesta dan beli kue ulang tahun di toko yang aku datangi saat beli kue untuk Kang Xi Ka. DX sebelum pergi ke toko kue, meminta kami tanda tangan dan tulis pesan di karton ucapan selamat ulang tahun.
Shidd kami minta untuk santai sendiri hingga jam makan siang mulai.
"SELAMAT ULANG TAHUN SHIDD!!" ucap kami berempat serempak sambil memegang karton ucapan saat Shidd datang ke taman.Â
Shidd menangis terharu.Â
"Ayo, foto berlima!" pinta DX lalu, sibuk mengarahkan gaya kami semua.
Saat jam makan mulai, aku meminta Shidd untuk berdoa dan membuat permintaan ke Tuhan.Â
"Ayo, makan!" ajak Shidd setelah selesai berdoa.
"Ini cangkir kenapa ada banyak?" tanya Shotaro bingung ketika mau mengambil minum.Â
"Orang Tiongkok punya kebiasaan minum teh. Cangkir itu untuk dipakai untuk minum teh dan soda. Aku lebih suka minum teh daripada soda," jawab DX dengan tersipu malu. Kami pun sontak tertawa melihat tingkahnya.
"Kalian hebat! Sabzi ini lezat sekali dan cocok dimakan dengan mie goreng seafood ini," puji Shidd. "Nanti, kalian harus cobai kheer. Aku yakin rasanya pasti juga lezat dan kalian pasti suka. Kheer makanan wajib orang Bangladesh saat ulang tahun," lanjutnya.
Piring isi kheer supaya tetap dingin ditaruh di atas baskom penuh es batu.
"Ah! Yang hebat itu Bintang! Dia sebelum campur bahan pasti dicicipi dulu. Setelah tercampur juga dicicip sedikit-sedikit," kata Kang Xi Ka.
"Iya, Bintang ini bisa kita manfaatkan cari uang dengan keahlian memasak dia. Nanti libur musim panas, kita bisa jualan makanan tawari penghuni asrama buat jadi oleh-oleh pulang kampung," usul Shotaro mengodaku. Mendengar itu semua langsung tertawa riuh.
"Ngomong-ngomong, libur musim panas nanti ada hari ulang tahun Shotaro, lho!" balasku. Semua kembali tertawa riuh.
Tak terasa waktu akan sangat cepat berlalu. Tiga minggu setelah libur musim panas usai, kami bertiga harus kembali ke negara masing-masing.
Aku yang sekarang masih punya waktu 2 bulan untuk bersama mereka.
-bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H