Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pintu Depan 13

19 April 2022   17:41 Diperbarui: 19 April 2022   17:44 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku tahu hari ini Kang Xi Ka ada kuliah hingga jam 19:00. Masih ada waktu 2 jam untuk mempersiapkan kejutan untuknya.

Sesampai di asrama, aku bergegas jalan ke ruang makan untuk menemui Shidd dan Shotaro yang sedang menungguku. Sungguh mudah menemukan Shidd di antara mereka yang sedang duduk menunduk sibuk makan. 

"Hei!" Aku menepuk punggung Shidd yang duduk di tempat kemarin. Shotaro duduk di depannya. "Bintang! Sini duduk," kata Shidd sambil mengeluarkan bangku. "Ini pesananmu." Sekantung plastik hitam digeser dari kakinya ke arah kakiku.

Tadi pagi buta saat makan bersama berdua di ruang ini, aku ada minta tolong Shidd untuk belanja ke pasar keperluan masak mie goreng panjang umur dan ayam goreng.

Shidd sering belanja ke pasar sehingga memiliki toko langganan. 

"Tadi muka Shotaro pucat bukan main saat lihat cara mematikan ayam!" cerita Shidd sambil tertawa. "Digorok leher atau hidup-hidup dimasuki air panas?" tanyaku penasaran. "Bintang!? Di negara kamu juga ada jual ayam hidup untuk dipotong langsung depan mata pembeli!?" Shotaro bertanya ke aku dengan histeris.

"Indonesia pasti tidak beda dengan Bangladesh. Pasti ada tukang ayam potong hidup," jawab Shidd dengan tertawa. "Kendaraan roda tiga seperti tuktuk di Thailand dan yang berbentuk moncong pesawat juga pasti ada di Indonesia, 'kan?" tanya Shidd dengan tersenyum.

Kendaraan yang dimaksud Shidd adalah becak dan helicak. Aku mengangguk dengan tertawa.

"Ayo, masak! Shotaro masih minat makan ayam goreng?" tanyaku mengodanya. "Masih! Meski tadi perut enek lihat cara matii tapi, tidak terpengaruh ke selera makan," jawab Shotaro dengan tertawa geli. "Tenang Bintang, ayam ini sudah disembahyangi dia sepanjang jalan," sambung Shidd juga dengan tertawa geli.

Aku tertawa melihat tingkah mereka berdua. Membayangkan saat mereka pergi belanja tadi sudah sangat seru. Apalagi, kalau tadi ikut belanja langsung pasti sepanjang jalan sangat seru penuh gelak tawa.

Shidd membawa plastik hitam belanjaannya. "Bintang, isi plastik merah itu apa?" tanya Shidd sambil melihat ke arah plastik di pangkuanku.

"Ini selusin bakpao isi kacang merah berbentuk buah persik merah dan sebutir telur rebus merah bonus beli bakpao," jawabku dengan tertawa. Aku menceritakan tadi diantar pak Mark ke toko kue tradisional terbuat dari kayu yang sudah tua di daerah Dongcheng.

"Ceritanya nanti saja. Lebih baik kita sekarang cepat masak sebelum kompor dipakai orang lain," kata Shotaro sambil berdiri membawa peralatan masak milik Shidd.

Asrama memiliki peraturan tentang peralatan makan. Piring, mangkuk, sendok garpu dan gelas hanya boleh dipakai dalam ruang makan selama jam makan. Shidd karena sering masak makanan sendiri jadi punya panci, piring, mangkuk serta sendok garpu sendiri. Demi ulang tahun Kang Xi Ka, semua itu dipinjami ke aku.

"Aku bahagia sekali meski tidak ada logo halal tapi, aku yakin semua ini halal," kata Shidd dengan mata berbinar bahagia. Aku dan Shotaro tertawa bareng mendengar perkataannya.

"Tadi kita kebingungan cari tepung panir. Entah di sini disebut apa. Sudah jelaskan tepung ada perintilan roti digulung ke adonan buat goreng... yang ada dikasih tepung khusus buat roti," cerita Shotaro. "Terus gimana akhirnya kalian bisa dapat tepung panir ini?" tanyaku sambil melumuri daging ayam ke tepung panir.

"Aku bilang tepung tempura. Beruntung si penjual tahu tempura dan akhirnya dikeluari berbagai macam tepung untuk lapisan tempura," lanjut Shotaro dengan tertawa.

"Sungguh penuh perjuangan sekali kalian berdua ini. Terima kasih banyak sudah mau aku repoti," kataku dengan sepenuh hati. "Ah! Santai saja. Ini gunanya teman," kata Shidd dengan tersenyum.

Satu jam habis untuk memasak. Semua makanan disimpan di kamar mereka. Kami bergegas mandi dan tukar baju. 

Sekitar jam 19:20, Kang Xi Ka pulang. Berhubung jam makan sudah mau selesai, biasanya aku atau dia yang ada di asrama pasti mengambil dan menyimpan jatah kami di kamar.

"Kang Xi Ka, cepat mandi. Setelah mandi, kita makan di luar," pintaku. Kang Xi Ka tanpa banyak tanya menuruti permintaanku.

"Memang kita mau makan di mana?" Pertanyaan Kang Xi Ka mengagetkanku yang sedang asyik duduk membaca di kursi. "Bintang, rapi sekali. Emang mau ke mana?" tanyanya lagi.

"Kamu cepat ganti baju yang bagusan. Jangan banyak tanya karena aku sudah sangat lapar," jawabku.

Kang Xi Ka menuruti permintaanku dengan wajah terheran-heran. Setelah dia siap, aku menarik tangannya mengajak pergi ke taman belakang.

"Shidd!" Panggilku. 

"Selamat ulang tahun Kang Xi Ka," serunya dan Shotaro dengan membawa karton bertuliskan 'SELAMAT ULANG TAHUN, KANG XI KA' yang ditulis warna-warni lengkap dengan aneka gambar buatan tangan mereka.

Kang Xi Ka yang terkejut spontan menangis. Aku jadi ikut menangis karena terharu melihat tingkah kedua pria yang menyenangkan ini.

Di balik badan mereka, di atas kursi taman ada hasil masakanku serta kue ulang tahun dan telur rebus merah. Semua ditaruh dengan sangat artistik dan menarik di mata.

"Ayo, foto dulu!" seru Shotaro sambil mengambil kamera di saku. Berempat kami foto di belakang kursi dengan berbagai ekspresi. 

"Selanjutnya Kang Xi Ka foto sendiri pegang kue. Nanti api lilin dinyalai setelah siap difoto," kata Shotaro. Dia sibuk menjadi koreografer acara foto kami.

Selesai foto aneka gaya, tiba waktu makan.

"Mie dan ayam goreng ini enak sekali," puji Shidd diikuti Shotaro dan Kang Xi Ka. "Sayang minuman kita cuma teh. Aku lupa beli soda," kata Shidd diikuti gelak tawa kami berempat.

Malam ini langit cerah penuh bintang. Kami berempat duduk beralas koran di atas rumput. 

"Bintang, kamu harus sering masak untukku," pinta Shidd. "Ok! Ngomong-ngomong ulang tahun kalian berdua kapan? Aku di November jadi tidak bisa dirayai seperti ini," kataku lirih.

"Aku 21 Juni," jawab Shidd. "Aku 7 Agustus," jawab Shotaro. "Seminggu sebelum ulang tahun kalian pasti nanti akan kutanyai mau makan apa," kataku. "Nanti gantian aku dan Kang Xi Ka yang belanja ke pasar".

Kang Xi Ka tertawa geli mendengar cerita mereka saat belanja ke pasar. Kami saling bertukar cerita tentang kuliah, keluarga dan masa depan. Shotaro berasal dari Yokohama. Kota yang sama dengan paman.

"Pamanku mengelola toko ramen di China Town, Yokohama," seruku. Ketika kusebut nama toko paman, ternyata Shotaro tahu dan sekeluarga sering makan ke sana.

"Dari rumahku ke China Town hanya berjarak sekitar 30 menit jalan kaki. Nanti saat pulang akan kucari pamanmu untuk ajak foto bareng. Kamu kalau ke Yokohama tolong kabari aku. Nanti aku ajak jalan-jalan," katanya.

"Dunia sungguh kecil ternyata kalian berdua ada kesamaan di Jepang," kata Shidd sambil mengunyah ayam goreng. Aku dan Shotaro tertawa mendengar perkataanya.

Pembicaraan kami berganti ke rencana liburan musim panas.

-bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun