Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rindu Bis Surat

21 Februari 2021   15:50 Diperbarui: 22 Februari 2021   08:43 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendadak rindu bis surat si kotak besi berwarna oranye.

Sungguh sangat disayangkan bis surat secara perlahan dihilangkan dari bumi pertiwi sejak tahun 2013. 

Menghilangnya bisa jadi pertanda bahwa rakyat Indonesia tidak gemar menulis dan berkirim surat secara fisik. 

Padahal, dahulu di masa surat elektronik belum menjamur dan mudah digunakan, keberadaan kotak besi oranye ini sangat mudah ditemukan dari pada kantor pos.

Saya saat kecil hingga remaja salah satu pengguna setia karena selalu diminta tolong mama untuk masuki surat yang dia tulis untuk sanak saudara di pelosok, ke dalam bis surat.

Stok perangko dan amplop setiap bulan diperbaharui. Terkadang mama hanya memasuki kertas surat ke amplop lalu lem. Urusan tempel perangko dan tulis alamat diserahkan ke saya. Setiap mau memasukkan amplop ke dalamnya, tulisan kotak hitam pengingat untuk cek alamat dan kode pos tertulis dengan benar, selalu saya baca dan cocokkan isi tulisan di amplop.

Melihat Pak pos datang mengambil isinya dan memastikan tidak ada yang tertinggal adalah waktu yang ditunggu-tunggu.

Sungguh masa yang menyenangkan. Apalagi saat menerima balasan di rumah yang dibawa Pak pos. 

Hingga kini pun mendapat kiriman surat secara fisik dari sahabat dan keluarga tetap lebih menyenangkan daripada surat elektonik.

Sekarang saat ingin kirim kartu ulang tahun untuk teman yang berada di benua lain, terasa sekali sungguh sulit karena kantor pos berada jauh dari rumah. Sedangkan dia dulu berdiri hanya 500 meter.

Ternyata ada hal yang tidak rela dihilangkan dari kehidupan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun