Saya sangat menyukai kartun The Simpsons. Anda yang pernah menonton kartun ini pasti tahu bahwa ada saja tindakan konyol dari tiap anggota keluarga yang membuat sesama anggota keluarga hingga non keluarga merasa malu, kesal, marah, dan bahagia. Walau begitu The Simpsons selalu dapat menemukan jalan keluar bersama dan kembali belajar untuk hidup rukun.
Lalu apakah anda setelah setiap hari hampir 24 jam tanpa putus hidup bersama dalam satu atap dalam 10 bulan terakhir ini, menyadari betapa indah rahmat Tuhan yang disalurkan lewat keluarga?
Rumah yang semula ibarat tempat singgah untuk tidur dan berteduh setelah ditinggal kerja seharian; mendadak berubah harus diperhatikan ekstra.Â
Awal 3 bulan pertama terus berada di rumah  pasti terasa sangat menyesakkan karena perbedaan pekerjaan dan pengetahuan serta cara komunikasi.
Ibu yang sehari-hari kerja masak, cuci gosok baju, serta bersih rumah merasa ternganggu dengan kehadiran suami dan anak yang sibuk kerja dengan laptop dan gawai.Â
Pekerjaan rumah tangga terutama masak semakin berat dirasa ibu. Mau tidak mau setiap penghuni harus merelakan sebagian waktu untu berbagi tugas cuci piring, cuci gosok baju, bersihi taman, belanja bahan masak serta keperluan rumah secara daring laku sapu, pel, dan buat kue. Tak lupa mengurus hewan peliharaan seperti kucing, anjing serta ikan.Â
Tetapi, seperti yang saya tulis di atas bahwa 3 bulan pertama  pasti terasa menyesakkan. Walau sudah ada pembagian tugas tetap tekanan pekerjaan kantor membatasi gerak untuk melakukan tugas rumah itu.
Rasa kesal karena rumah tidak rapi membuat satu persatu saling menegur hingga marah. Tak jarang masalah sepele seperti memo rapat kantor yang hilang terbuang karena dikira kertas bekas lalu kertas dan tinta printer yang mendadak habis... menjadi sumber kemarahan tambahan.Â
Penghuni rumah di keluarga saya sudah dewasa semua tetapi beberapa tetangga adalah keluarga muda dengan 1 sampai 4 anak usia SD. Hampir tiap hari terdengar teriakan ibu dan bapak menyuruh fokus belajar atau stop bertengkar. Teman saya yang beda kota pernah sampai telepon minta bantuan saya untuk bantu mengajari anaknya karena tidak tahu cara mengajari.
Kami keluarga inti setelah 5 bulan bekerja, belajar, dan ibadah dilakukan dalam rumah berhasil adaptasi dengan kebiasaan baru.Â
Semua dapat mengontrol emosi dan belajar memahami. Masakan dan cemilan buatan rumah mulai berbentuk dan terasa seperti restoran. Meskipun ada kenaikan biaya gas dan air tapi secara keseluruhan pengeluaran rumah tangga secara bulanan menjadi lebih murah.Â
Bapak ahli pertukangan yang bisa betuli alat elektronik yang rusak. Kakak dan saya makin ahli memasak dan jadi rajin eksperimen menu baru.Â
Hati yang bahagia adalah obat. Obat yang ampuh mengatasi ketegangan hidup selama pandemi ini.
Pandemi belum berakhir. Apakah anda di tahun 2021 siap "kembali belajar" di luar rumah?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H