Akhir-akhir ini, publik di Jakarta semakin mengeluhkan betapa parahnya tingkat kemacetan di Jakarta, jika pemerintah tidak segera mencari terobosan strategi kebijakan transportasi masal yang tepat, maka tak lama lagi Jakarta akan menjadi lumpuh.Menurut data dari Departemen Perhubungan, sebanyak 94% jalan arteri di Jakarta telah menampung kendaraan yang melebihi kapasitasnya apalagi saat jam-jam sibuk.Sementara pertumbuhan jalan hanya 0,01 persen pertahun dengan rata-rata setiap harinya terdapat minimal 140 kendaraan baru di jalanan.
Penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010 ini saja sudah mencapai angka 9 juta jiwa. Pada siang hari, jumlah penduduk Jakarta bertambah menjadi 11 juta jiwa karena banyaknya komuter (orang yang tinggal di wilayah Jabodetabek tetapi bekerja di pusat kota Jakarta). Angka tersebut menunjukkan volume perjalanan manusia (person trips) sebesar 18 juta perjalanan perhari, dimana sekitar 60% menggunakan angkutan umum dan sisanya menggunakan kendaraan pribadi. Populasi kendaraan pribadi mencapai sekitar 95% dan kendaraan umum sebesar 5%.
Jika ingin melihat seberapa baik kondisi perekonomian sebuah Negara, lihatlah sarana transportasi umum yang dimiliki oleh Negara tersebut, demikian pendapat sejumlah ahli Makro Ekonomi.Sarana transportasi umum merupakan barometer keberhasilan Pemerintah dalam menggerakan perekonomian negaranya.Publik di Negara yang telah masuk kategori maju tak perlu pusing memikirkan akan menggunakan sarana transportasi umum yang mana jika ingin bepergian.Berbeda dengan Negara berkembang seperti Indonesia, sarana transportasi umum yang baik, aman dan terpercaya masih sebatas wacana warung kopi.
Kita pernah bermimpi akan memiliki sarana transportasi umum berupa kereta api cepat yang dinamakan monorail.Tetapi hingga kini, tiang-tiang beton yang telah dipancangkan dengan sangat kokoh telah diselimuti oleh lumut dan menjadi monumen baru yang patut dikenang karena (lagi lagi) hanya sebatas wacana pengusir sepi saja.Yang lebih memprihatinkan lagi, dahulu ketika Belanda dan Jepang masih menjajah negeri ini, kita memiliki ribuan kilometer rel kereta api diseluruh Indonesia, tetapi entah mengapa setelah 65 tahun merdeka, jumlah jalur kereta api tersebut justru kian menyusut? Ada apa dengan negeri ini?
Mindset Publik Berubah?
Mungkin karena Pemerintah kita yang kurang suka dengan kereta api atau publik di Indonesia yang lebih menyukai sarana transportasi bus dibandingkan dengan kereta api, tetapi yang jelas naik kereta api itu sangatlah menyenangkan, terhindar dari macet dan tepat waktu, apa yang salah dari kita sehingga mindset publik berubah? Itu karena kita tidak memiliki sarana transportasi kereta api yang memadai, sehingga publik enggan untuk menggunakan kereta api sebagai pilihannya.Kereta api yang kita miliki saat ini sangat buruk kondisinya, apalagi banyak pejabatnya yang seharusnya mengurusi perkeretaapian saat ini tersangkut kasus korupsi, semakin skeptislah publik melihat fasilitas transportasi kereta api.
Jika pemerintah peduli terhadap beratnya beban publik untuk bertahan hidup saat ini, ada baiknya jika pemerintah mulai menata dengan lebih serius fasilitas transportasi umum bagi publik, tingginya biaya transportasi masyarakat khususnya di wilayah DKI Jakarta merupakan tanggung jawab pemerintah yang harus dipenuhi.Kereta api merupakan pilihan yang paling tepat dan masuk akal untuk memperbaiki pola berpikir masyarakat mengenai moda transportasi umum yang terpercaya, cepat, aman dan terjangkau.
MRT - Harapan Baru Bagi Publik
Sesuai dengan Kebijakan Transportasi Makro yang tertuang dalam Perda No.12/2003 antara lain dimaksudkan untuk mengalihkan moda transportasi yang sebagian besar menggunakan sepeda motor dan mobil pribadi kepada bus atau kereta api yang memiliki daya tampung lebih besar.Proyek pembangunan moda transportasi kereta api monorail yang rencananya dibuat pada tahun 2006 itu awalnya adalah merupakan proyek investasi swasta murni dengan dana sebesar US$ 650 juta. Beberapa investor dariAsia khususnya China sudah menyanggupi untuk bergabung dalam konsorsium pembiayaan proyek tersebut. Peran Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat dalam hal ini hanyalah sebatas fasilitator saja, dikarenakan seluruh pembiayaan pembangunannya secara penuh ditanggung oleh pihak konsorsium.
Setelah proyek monorail ini gagal, rasanya publik semakin skeptis terhadap kepedulian pemerintah terhadap persoalan transportasi masal, ditengah kondisi pesimistis yang menyergap ranah publik, tiba-tiba muncul harapan baru didunia perkeretaapian kita, dialah MRT (Mass Rapid Transit) kereta api cepat yang mudah-mudahan akan segera hadir ditengah maraknya perluasan jalan tol untuk kepentingan transportasi publik.Menurut logika sederhana saja, jika pemerintah menambah ruas jalan tol, apakah itu justru tidak menambah persoalan? Selain akan menambah beban masyarakat (sepanjang sejarah jalan tol di Indonesia tidak ada yang gratis),juga akan menambah kemacetan karena masyarakat akan semakin banyak yang memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan angkutan umum.
Dalam beberapa pertemuan dengan media, Gubernur DKI Jakarta Bang Foke pun telah berjanji akan sungguh sungguh memperbaiki sarana transportasi masal khususnya di wilayah DKI Jakarta, apalagi jika kita telusuri bersama bahwa bus Trans Jakarta yang semula diharapkan dapat meng-encourage publik untuk menggunakan kendaraan umum, ternyata tidak membawa pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemacetan di Jakarta.Apalagi sekarang disinyalir sering terjadi pelecehan seksual terhadap penumpang perempuan, semakin menambah keengganan publik untuk menggunakan bus Trans Jakarta.
Saat ini MRT masih dalam proses penyelesaian basic design, butuh sekitar lima sampai enam tahun untuk pekerjaan konstruksinya yang akan dimulai awal tahun 2011, semoga itikad baik pemerintah ini dapat membawa kemaslahatan bagi publik, mengurangi tingkat kemacetan dan mengurangi beban berkendara bagi masyarakat.Selama lima sampai enam tahun, warga Jakarta mungkin akan mengalami masa masa “kurang nyaman” karena pekerjaan konstruksi tentunya sangat penuh dengan lalu lalang mobil pengangkut barang, debu dan hal-hal yang tidak nyaman lainnya.Tetapi jika kedepannya kita akan memiliki sarana transportasi kereta api cepat yang nyaman, cepat, aman dan terjangkau, tentunya semua hal yang tidak nyaman itu akan tergantikan dan satu persatu persoalan kemacetan di Jakarta akan teratasi.
Jika MRT sudah dapat digunakan oleh publik di Jakarta, tentunya wilayah lain di Indonesia khususnya di kota-kota besar dapat mengikuti pola kebijakan transportasi masal Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang terbukti dapat mengurai benang kusut persoalan kemacetan, tetapi kondisi itu masih lima atau enam tahun lagi.. sungguh masih begitu lama publik di Jakarta menanti datangnya kereta api cepat.Naik kereta api tut tut tuuut... siapa hendak turuuut…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H