KESIMPULAN
Hal-hal yang tampaknya sederhana di atas, ternyata terbukti mampu membuat Kuba terbebas dari masalah ketergantungan pangan pihak luar. Justru warga Kuba kini bisa memproduksi kebutuhan pangannya secara mandiri di tingkat lokal. Keamanan pangan cukup tinggi karena tersedia langsung di setiap wilayah warga. Hampir lebih dari 60% produk pertanian bisa diproduksi mandiri dan masih segar saat dikonsumsi masyarakat sehingga mengurangi biaya penyimpanan di tingkat distributor. Biaya transportasi pun bisa ditekan sehingga harga bahan makanan tidak melonjak. Selain itu, warga kian terbiasa atas diversifikasi makanan, mengikuti musim tanam yang ada.Â
MoU INDONESIA DAN KUBA TAHUN 2015
Luar biasanya, Kuba juga meninggalkan ketergantungan energi bahan bakar yang tadinya menderita gara-gara embargo Amerika Serikat dan negara Barat. Meskipun dalam skala besar dan industri, pertanian Kuba bisa dikatakan belum berkembang pesat dibanding negara-negara maju di Eropa Barat dan Amerika Serikat, namun dia mampu memenuhi kebutuhan pangan tanpa rakyat harus menderita menunggu bantuan bahan makanan. Keberhasilan Kuba diakui oleh dunia internasional dan bahkan pada tahun 2015, tercatat Indonesia berupaya menjalin kerjasama dengan Kuba untuk menerapkan pembelajaran keberhasilan itu. Indonesia melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Hari Priyono dan Duta Besar Kuba untuk Indonesia, Enna Viant, menandatangani MoU (Memorandum of Understanding; Nota Kesepahaman). Sebagaimana yang dilansir dari laman Kompas tertanggal 20 Maret 2015, MoU tersebut mencakup rencana kerjasama kedua negara yang meliputi pertukaran informasi dan dokumen ilmiah teknis bidang pertanian, penelitian bersama, promosi pertanian dan pemasaran komoditas pertanian antar pihak swasta Indonesia dan Kuba, serta transfer teknologi, termasuk pelatihan, seminar, dan lokakarya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H