Mohon tunggu...
Kartika Catur Pelita
Kartika Catur Pelita Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis 700-an cerpen. 150 cerpen dimuat 70-an media, di antaranya: Suara Merdeka, Suara Pembaruan, Nova, Kartini, Republika, Bangka Pos, Solopos, Media Indonesia, Kompas, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi. Cerpen terpilih di antologi cerpen JOGLO 11 dan 12(Taman Budaya Jawa Tengah, 2011, 2012), antologi 15 Cerpen Inspiratif 2011, 'Membunuh Impian" Annida Online, antologi puisi "Sebatang Rusuk" (Samudra), antologi puisi dwibahasa "Flows into tehe Sink into the Gutter", 126 Penyair(Shell). Buku solo: novel Perjaka, kumcer Balada Orang-Orang Tercinta, Perempuan yang Ngidam Buah Nangka, novel Karimunjawa Love Story. Founder komunitas Akademi Menulis Jepara(AMJ).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cerpen Fandrik Ahmad Dimuat Ganda di Nova dan Kompas

26 Juli 2015   19:00 Diperbarui: 27 Juli 2015   13:20 2380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah baca cerpen 'Lelaki Ketujuh' yang dimuat KOMPAS hari ini, Minggu, 26 Juli 2015? Cerpen 'Lelaki Ketujuh' karya Fandrik Ahmad  tersebut ternyata sudah pernah dimuat di tabloid NOVA edisi Lebaran, 6 Juli 2015. Untuk yang sudah  membaca cerpen tersebut mungkin  berpikir mengapa satu cerpen yang sama bisa dimuat di media berbeda? Apakah sebuah cerpen  boleh dimuat di media berbeda? Pada saat ini memang belum ada regulasi/ aturan yang mensyaratkan jika sebuah karya sastra(cerpen)tidak boleh dimuat di media secara ulang. Padahal hampir setiap media mencantumkan tata cara pengiriman naskah, salah satunya dalah  naskah cerpen belum pernah dimuat atau dipublikasikan.

Tentu banyak faktor mengapa sebuah cerpen bisa dimuat ganda. Faktor ketidaktahuan redaktur jika cerpen tersebut pernah/sudah dimuat media lain. Faktor penulis yang tidak sabar menunggu tulisan  dimuat. Jujur profesi penulis seolah  harus   berperan sebagai canayang. Menebak, mengirim, menunggu. Ya, kesabaran, ketabahan, adalah modal utama seorang penulis, selain etika.

Mencermati kasus 'Lelaki Ketujuh' yang dimuat ganda, ini bukan hal yang pertama untuk  penulisnya. Jauh tempo tahun,  cerpen Fandrik Ahmad berjudul "Shalat" pernah dimuat di Nova, Republika, dan Sumut Pos. Cerpen "Segara' dimuat di Nova, kemudian  tayang lagi di Minggu Pagi(KR grup). Cerpen 'Surat dari Jules  Costrad' dimuat di Horison, pun kemudian dimuat di Padang Ekspres.

Pada tahun 2014, cerpen Fandrik Ahmad, "Solilukui Kemboja" juga menghebohkan. Cerpen 'Solilukui Kemboja' dimuat di NOVA dan REPUBLIKA pada saat bersamaan(30 November 2014), seminggu sebelumnya dimuat di KEDAULATAN RAKYAT(23 November 2014). Pada awal tahun 2015, cerpen "Solilukui Kemboja" juga dimuat di TRIBUN JABAR. Memecahkan rekor, satu cerpen dimuat di 4 media!

Cerpen yang bagus, menarik, mumpuni adalah cerpen yang memesona redaktur media(koran, majalah, tabloid) untuk memuatnya. Tentu lebih dibutuhkan  etika yang  memesona! Bagai[caption caption="Lelaki Ketujuh cerpen Fandrik Ahmad di Kompas"][/caption]mana menurut Anda, wahai pembaca?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun