Mohon tunggu...
Kaskatella
Kaskatella Mohon Tunggu... Freelancer - freelance

All About Food and lifestyle

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tempe Jadi Viral, Melihat Potensi Kuliner Vegan di Indonesia Bersama IndiHome

6 Mei 2023   10:51 Diperbarui: 6 Mei 2023   10:55 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tak kenal dengan tempe?

Makanan yang dibuat dari fermentasi kedelai ini kini viral.

Hidangan yang dulu kerap dianggap ndeso, malah bersinar terang di kancah internasional.

Warisan Indonesia ini dinobatkan sebagai makanan vegan terenak ke-4 di dunia versi Taste Atlas.

Sajian ini mengalahkan beberapa pesaing yang memiliki nama besar, seperti Spagetti Aglio Olio, Avocado Toast dan sebagainya.

Sebagai orang yang lahir dan besar dengan tempe, tentu saya bangga.

Apalagi melihat para kreator konten vegan yang gemar menggunakan tempe sebagai protein alternatif, membuat nama santapan ini semakin bersinar.

Berbekal sebuah konten di media sosial, dampaknya untuk menaikkan status hero to zero pun sangat drastis.

Semua berkat Internet, tanpanya orang tidak akan tahu bagaimana sebuah makanan yang mungkin terkenal asing bisa jadi trending.

Tak dipungkiri, profesi kreator konten selalu membawa kekuatan untuk menghidupkan sebuah tren.

Dari satu kejadian viral, berubah menjadi ladang cuan yang besar.

Tak heran jika kreator konten sering mempromosikan banyak hal untuk menarik perhatian masyarakat secara daring.

Mulai dari kosmetik, makanan dan sebagainya.

Review mereka selalu diburu dan dicoba, untuk memuaskan rasa penasaran mereka.

Selanjutnya, sebuah keberhasilan konten kreator dan netizen sendiri sangat dipengaruhi oleh kualitas Internet.

Ya sekarang begini saja, bagaimana caranya sebuah ulasan bisa ngehits tanpa bantuan Internet Provider?

Yes, Internet Provider yang tepat bisa membuahkan hasil yang maksimal.

Lalu pertanyaannya, bagaimana ya mendapatkan Internet Provider yang tepat, kecepatan maksimal dan nyaman di hati?

Apalagi jumlah Internet Provider di Indonesia berjumlah 611.

Banyak kan?

Penasaran? Ikuti terus.

Kompas.com
Kompas.com

Apakah Oncom Bisa Jadi The Next Vegan Meat?


Dari segi kuliner dan pariwisata, vegan adalah salah satu hype lifestyle dan erat kaitannya dengan permasalahan lingkungan.

Semenjak pandemi, peran kreator konten terutama vegan untuk mengekspansi dish-nya sangatlah serius.

Mulai dari olahan salad hingga preparation meal, rutin dilakukan.

Jika anda mengenal susu oat, tentu ini adalah langkah mereka demi meraih sustainable living.

Kemudian keberhasilan tempe sebagai makanan terenak lima besar ini membuktikan kalau Indonesia memiliki kesempatan besar untuk bersaing secara internasional.

Sebenarnya, potensi kuliner Indonesia untuk memeriahkan pangsa meatless sangatlah besar.

Beberapa makanan nusantara yang sejak dulu dikenal vegan pun sudah ada.

Misalnya nasi pecel, atau bahkan oncom.

Berbeda dengan dua saudaranya tahu dan tempe, oncom justru kurang mendapatkan sorotan.

Penamaan sebagai makanan kelas bawah dan ndeso kerap menjadi sahabat dari makanan yang berasal dari ampas tahu ini.

Walaupun begitu, berbagai penelitian akan khasiat dari sajian hidden gem.

Dilansir dari Halodoc.com, oncom berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah, menjaga Kesehatan mulut, tulang dan gigi.

Selain itu, hidangan yang berasal dari Banten ini bisa menjadi pengganti protein.

Menurut Tan Shot Yen, Dokter spesialis gizi klinik dikutip dari Merdeka.com, oncom adalah makanan sehat.

Per 100 gr oncom, terdapat protein 13 gr, Kalsium (Ca) : 96 mg, Fosfor (P) : 115 mg, dan Besi (Fe) : 27.0 mg.

Ditambah dengan isu global yang saat ini menimpa, dimana food waste adalah menjadi masalah terpenting untuk mengatasi climate change.

Benar, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara dengan food waste terbanyak di dunia.

Walaupun Indonesia menempati urutan ketiga dalam food waste terbanyak di dunia, namun kita perlu tahu satu hal.

Negeri pertiwi ini sudah lebih dulu menangani food waste melalui oncom.

Dimana para leluhur kita mengolah ampas tersebut dengan baik  dan dijadikan makanan alternatif.

Sejarah Oncom dan Peluang Bertemu 'Kembarannya'

Sejarah mengatakan kalau makanan bernama latin Neurospora sitophila sudah lahir sejak abad ke-17.

Dikutip dari Sonora.co.id dari Fadly Rahman selaku sejarawan kuliner, nama oncom memang tidak diketahui secara jelas.

Tetapi kehadirannya mulai diakui pada abad 19-20 oleh ahli gizi kolonial Belanda.

Mereka mengakui kalau oncom adalah bagian dari kreativitas masyarakat Indonesia.

Oncom sendiri dibagi dua yakni oncom merah dan oncom hitam.

Oncom merah terbuat dari bungkil tahu, atau kedelai yang telah diambil proteinnya dalam pembuatan tahu.

Sedangkan oncom hitam biasanya dibuat dari bungkil kacang tanah yang dicampur dengan ampas singkong.

Oncom hitam biasanya populer di wilayah Priangan seperti Bandung, Tasikmalaya, dan Garut.

Pengolahannya juga bisa dianggap familiar dan cocok dengan lidah westen.


Jika kamu mengenal masakan tumis oncom kemangi, saya rasa sajian ini hampir dengan Chicken Thai Basil.

Mengutip dari website eatingthaifood.com, resep dari Thai Basil Chicken atau dikenal Pad Krao ini memakai ayam sebagai protein utama.

Tetapi jika anda ingin membandingkan antara resep Tumis Kemangi Oncom dengan Pad Krao dari dua link diatas, tentu sangat tipis.

Serupa tetapi tidak sama.

Ya, sama dengan kembar tetapi tidak identik.

Hehe, canda ya.

Pixabay
Pixabay

Berarti ada kesempatan besar untuk para vegan menduplikasi hidangan dari hewani menjadi vegan.

Artinya dupe ini sudah ada lebih dahulu dan kurang dipublikasikan.

Untuk branding-nya, saya rasa Indonesia bisa mengubah nama makanannya lebih fancy dan mudah diucapkan.

Mungkin seperti Indonesian Oncom Basil.

Ga apa-apa ya mirip-mirip dikit, kan Thailand juga sering deket-deket ke perairan Indonesia.

Deket sama 'nerobos' kok podo ya.

Hehe, canda. 

Yang saya amati seperti itu, dan ada beberapa dish yang menurut saya serupa.

Salah satu contoh adalah falafel dan gyro.

Pixabay
Pixabay

Falafel adalah makanan yang terbuat dari chickpea atau fava beans dan digoreng ini adalah hidangan khas Arab.

Banyak yang mengatakan kalau falafel berasal dari Timur Tengah, Mesir, terutama Asia Selatan.

Kudapan ini begitu popular di kalangan meatless, karena makanannya ringan, gurih dan penuh dengan bumbu.

Biasanya disajikan sebagai shawarma. 


Sementara gyro, makanan yang tampilannya hampir sama dengan falafel.

Tetapi makanan asal Yunani ini menggunakan daging sebagai dish utamanya.

Dipadukan dengan berbagai rempah seperti lada hitam, cumin, oregano dan sebagainya.

Berbeda dengan falafel, gyro dimasak melalui grill.

Sehingga ada aroma smoky-nya.

Intinya adalah setiap negara pasti punya hidangan yang memiliki kesamaan, hanya penamaan saja yang berbeda.

Terlebih Thailand dan Indonesia, masih berada di satu Kawasan yang sama yakni ASEAN.

Cuman Thailand lebih sukses melebarkan potensi kulinernya, berbagai penghargaan Michelin pun menghiasinya.

Mulai dari street food hingga five star.

Sehingga menurut saya, untuk rebranding pun tidak sesusah itu.

Jika oncom bisa booming, maka berbagai hidangan lain bisa mengikuti.

Salah satunya seperti Nasi Tutug Oncom yang sudah melegenda di Jawa Barat.

Kemudian ada Laksa Bogor yang juga bisa dibuat vegan dan sebagainya.

Nah bagaimana paparan data saya? Apakah anda suka?

Eitss, saya sedang berkonten ria loh.

Menggunakan opini dan fakta, ya syukur-syukur bisa dibaca secara luas.

Loh, kok saya jadi guyon?

Bercanda loh ya.

Ya memang tugas seorang Blogger seperti ini.

Mengulik sisi lain dari suatu berita, membuatnya semakin menarik.

Sebenarnya saya salut dengan para blogger yang terus menciptakan karya-karya yang luar biasa.

Saya senang begitu membacanya.

Nah, kembali ke topik.

Untuk membuat artikel ini, saya menggunakan IndiHome loh.

Salah satu provider internet yang canggih mengantarkan sinyal dengan lancar dan Sentosa.

Kalau saja providernya tidak kenceng, saya rasa saya akan kesulitan untuk membuatnya.

Bayangkan saja, membuat artikel segini banyak, terus internetnya lemot.

Yah, padam jaya sudah.

Bagi yang belum tahu, IndiHome adalah layanan triple play milik PT Telkom Indonesia (Telkom) Tbk.

Mereka terus berupaya menyediakan produk dan layanan yang berkualitas bagi pelanggannya.

Jadi puas sekali memakainya, apalagi persebaran providernya menjangkau seluruh Indonesia.

Saat ini, pelanggan IndiHome sudah mencapai 10,2 juta.

Terutama ketika pandemi, penggunaan internet semakin ekspansif dan bisa dikatakan menjadi kebutuhan primer.

Semua aktivitas saat ini, ditentukan oleh sinyal wireless ini.

Jadi sangat rasional sekali, kalau profesi kreator konten adalah profesi masa depan.

Bermodal cyberspace, pekerjaan ini bisa dikerjakan dimanapun dan kapanpun.

 

Kualitas IndiHome juga semakin dikembangkan loh.

Mereka tidak mau pelanggannya kesulitan sinyal dan sering buffy.

Menurut SWA.co.id, di akhir tahun 2023, jaringan IndiHome diprediksi  menjangkau 97 persen seluruh nasional.

Jika dipresentasikan, tersebar lebih dari 415 titik kota/kabupaten seluruh Indonesia.

Apalagi paketnya sekarang sudah di-bundling dengan beberapa layanan streaming seperti Netflix dan Disney Hotstar.

Gimana? Enak ga tuh?

Kemudahan internet bisa membuka peluang, membesarkan kuliner nusantara. 

IndiHome bisa menjadi wadah, untuk mengembangkan potensi kreator konten untuk menjadi top views. 

Untuk anda yang ingin berlangganan, anda bisa mengakses ke website IndiHome Indonesia.

Bagaimana? Apakah anda tertarik untuk menjadi bagian dari 10,2 juta pelanggan IndiHome se-Indonesia?

Selamat Berkontan Ria, sobi Kompasianer...

See you :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun