Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi Z dan Alpha: Teknologi, Privasi, dan Sosial yang Tak Lagi Sama

26 Januari 2025   13:01 Diperbarui: 26 Januari 2025   13:01 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: ecentral.my)

Jika Generasi Baby Boomer tumbuh dengan radio dan TV hitam-putih, Generasi Z dan Alpha lahir di tengah tablet, smartphone, dan algoritma media sosial yang tahu lebih banyak tentang mereka daripada orang tua mereka sendiri. Teknologi bukan lagi pelengkap hidup, melainkan oksigen, tidak bisa hidup tanpanya. Tapi, apa yang terjadi pada tatanan sosial kita saat teknologi mulai mendikte setiap aspek kehidupan?

Bayangkan, seorang anak berusia lima tahun menangis di mal karena tidak diberikan waktu tambahan bermain di aplikasi gim favoritnya. Siapa yang bersalah? Anak itu, orang tuanya, atau algoritma yang dirancang untuk membuat gim lebih candu daripada permen? Revolusi teknologi ini melahirkan generasi yang terhubung secara global, tetapi sering kali terisolasi secara emosional.

Saat Dunia Nyata Berpindah ke Layar

Dunia nyata bagi Generasi Z dan Alpha bukanlah taman bermain atau lapangan sepak bola, melainkan layar berukuran 6 hingga 10 inci. Dari sekolah daring hingga media sosial, interaksi mereka lebih sering terjadi dalam bentuk pixel daripada tatap muka.

Sebagai contoh, survei oleh Common Sense Media mengungkapkan bahwa rata-rata remaja di Amerika menghabiskan sekitar 7,5 jam per hari di depan layar, tidak termasuk waktu untuk belajar daring. Di Indonesia, angkanya mungkin tidak jauh berbeda. Ini adalah generasi yang lebih paham tentang tren TikTok terbaru daripada sejarah perjuangan bangsa. Ironis? Sangat.

Namun, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan teknologi. Pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi teknologi secara masif. Sekolah, pekerjaan, bahkan acara keluarga kini dilakukan secara virtual. Masalahnya, interaksi digital ini sering kali tidak mampu menggantikan keintiman interaksi langsung.

Teknologi dan Privasi: Sebuah Paradoks

Bicara tentang teknologi di era Gen Z dan Alpha, tidak lengkap tanpa membahas privasi, atau lebih tepatnya, ketiadaan privasi. Generasi ini hidup di era di mana data pribadi adalah komoditas paling berharga.

Bayangkan seorang remaja yang dengan santainya membagikan lokasi, minat, bahkan kebiasaan tidur mereka melalui media sosial. Mereka mungkin berpikir ini hal biasa, tetapi di balik layar, data ini dimanfaatkan oleh perusahaan teknologi untuk menargetkan iklan, membangun profil psikologis, atau bahkan memengaruhi preferensi politik.

Privasi telah menjadi barang langka. Dan yang lebih mengkhawatirkan, banyak dari mereka yang bahkan tidak menyadari apa yang telah hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun