Pernahkah Anda merasa seperti sedang tenggelam dalam lautan informasi, tetapi tetap haus akan makna? Itulah ironi zaman kita: informasi melimpah ruah, tetapi pemahaman mendalam menjadi barang langka.Â
Di era digital ini, kita hidup di bawah hujan deras data yang tak pernah reda, dari notifikasi WhatsApp, Thread, hingga Twitter yang tak kunjung habis. Saking banyaknya informasi, terkadang kita tidak tahu harus percaya pada apa, membaca yang mana, atau, lebih penting, mengapa kita harus peduli.
Sebentar, mari kita berhenti sejenak dan bertanya: Apa sebenarnya yang sedang terjadi?
Hidup di Era Overinformation
Era ini adalah era di mana semua orang menjadi "pakar" dalam segala hal, dari politik hingga pandemi, dari resep masakan hingga teori konspirasi. Informasi begitu mudah diakses, hanya dengan satu klik, tetapi akses ini sering kali lebih membingungkan daripada mencerahkan.Â
Misalnya, Anda hanya ingin tahu apakah kopi baik untuk kesehatan. Apa yang Anda dapatkan? Puluhan artikel yang bertentangan: kopi itu obat, kopi itu racun, kopi itu gaya hidup. Jadi, mana yang benar? Tidak ada yang tahu, termasuk mungkin si penulis artikel.
Ironisnya, overinformation ini membuat kita lebih rentan terhadap misinformasi. Dalam lautan data, berita palsu berselancar dengan mulus, menyusup ke timeline kita seperti tamu tak diundang di pesta pernikahan. Tak jarang, kita malah lebih percaya pada sesuatu yang viral, meskipun kebenarannya diragukan. Kita menganggap jumlah "likes" sebagai validasi kebenaran, padahal itu hanya indikator popularitas.
Mengapa Ini Terjadi?
Pertama, teknologi telah menciptakan dunia tanpa batas. Dulu, informasi datang dari buku, surat kabar, atau televisi. Sekarang, internet membuka keran yang tak pernah bisa dimatikan. Kedua, algoritma media sosial memanjakan kita dengan "filter bubble"---sebuah ekosistem di mana kita hanya disodori informasi yang ingin kita lihat, bukan yang perlu kita ketahui.
Ketiga, ada sisi manusiawi kita yang ikut bermain: ketakutan akan ketinggalan (fear of missing out). Kita selalu ingin tahu yang terbaru, tercepat, dan terbanyak. Namun, dalam perlombaan ini, kita sering kali lupa untuk berhenti dan berpikir.