Padahal, menjadi superwoman adalah mitos yang melelahkan. Tidak sedikit wanita karier yang juga merasa kehilangan diri mereka di tengah tuntutan untuk menjadi sempurna di rumah dan di tempat kerja. Mereka akhirnya terjebak dalam lingkaran perfeksionisme yang membebani, sering kali mengabaikan kebutuhan emosional dan mental mereka sendiri.
Lalu, Apa Peran Suami di Sini?
Mari kita bicara fakta yang sering terabaikan: suami punya peran besar untuk memastikan istrinya tetap menjadi dirinya sendiri. Jangan lupa, wanita itu adalah manusia, bukan hanya pelengkap rumah tangga atau pelayan kebutuhan keluarga.
Suami bisa memulai dengan hal sederhana, misalnya:
1. Memberi Ruang:Â Beri waktu kepada istri untuk melakukan hal yang dia sukai, entah itu menonton drama Korea, melukis, atau sekadar ngopi sendirian di kafe favoritnya.
2. Bantu Pekerjaan Rumah: Ingat, mengurus rumah adalah tanggung jawab bersama, bukan tugas gender.
3. Dukung Mimpi Istri:Â Jangan remehkan ambisi dan keinginan istri. Jika dia ingin melanjutkan pendidikan atau mengembangkan karier, jadilah penyemangat, bukan penghalang.
Sederhana, bukan? Tapi sering kali hal-hal kecil seperti ini justru terabaikan karena budaya patriarki yang masih kental.
Bagaimana dengan Suami Sendiri?
Tentu saja, kita juga perlu bertanya: apakah suami benar-benar memahami dirinya sendiri? Banyak pria yang terjebak dalam pola pikir bahwa mereka harus menjadi "tulang punggung" keluarga tanpa memperhatikan kesehatan mental dan emosional mereka.
Tidak jarang, suami juga kehilangan dirinya dalam peran yang mereka jalani. Jadi, solusi ini bukan hanya soal istri menemukan kembali dirinya, tetapi juga soal suami dan istri saling mendukung untuk tetap menjadi individu yang utuh.