Menulis adalah perjalanan yang panjang, penuh liku, dan kadang diwarnai dengan banyak pertanyaan. Sejak pertama kali menulis di Kompasiana pada tahun 2021, saya tidak tahu bahwa perjalanan ini akan membawa saya pada dunia yang lebih luas, terutama dalam menulis buku fiksi dan non-fiksi yang berfokus pada kesehatan mental.Â
Kini, setelah tiga tahun berlalu, saya kembali menulis di sini, membawa 70 artikel sebagai pengingat perjalanan saya sendiri. Bukan hanya untuk saya, tetapi saya berharap bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Sebuah refleksi yang saya ingin bagikan kepada para pembaca, terutama para Kompasianer yang selalu mendukung.
Mengapa Kesehatan Mental Menjadi Fokus Saya?
Sebelum menulis di Kompasiana, saya sering menulis tentang berbagai topik, dari teknologi, hingga gaya hidup. Namun, setelah mengalami beberapa momen penting dalam hidup, saya mulai merasa bahwa kesehatan mental adalah sesuatu yang kurang dibahas secara mendalam.Â
Banyak orang yang mengalami gangguan mental, tetapi masih enggan untuk berbicara tentangnya secara terbuka. Dari sana, lahirlah keputusan saya untuk beralih fokus menulis tentang kesehatan mental.Â
Buku fiksi yang saya tulis berusaha menggambarkan bagaimana seseorang yang berjuang dengan mental illness, sambil menunjukkan harapan dan jalan keluar yang mungkin tidak terlihat.Â
Di sisi lain, saya juga menulis buku non-fiksi yang mencoba memberikan panduan praktis bagi orang yang ingin lebih memahami dan merawat kesehatan mental mereka sendiri.
Tahun 2024 adalah sebuah titik balik. Saya memutuskan untuk lebih banyak menulis di Kompasiana dengan tema kesehatan mental.Â
Dari sanalah banyak ide muncul, dan saya menemukan passion yang sebenarnya ada di dalam diri saya, untuk menyuarakan pentingnya pemahaman dan perhatian terhadap kesehatan mental.Â
Keputusan itu membuka banyak pintu, termasuk kesempatan untuk menulis lebih banyak di luar Kompasiana, termasuk buku-buku yang saya tulis hingga saat ini.
70 Artikel Sebagai Pengingat Diri
Setelah menulis tepat 70 artikel di Kompasiana, saya mulai menyadari betapa besar dampak menulis ini bagi diri saya. Tidak hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk diri saya sendiri.Â
Menulis tentang topik yang begitu dekat dengan hati saya, seperti kesehatan mental, adalah bentuk pengingat bagi diri sendiri untuk tetap menjaga keseimbangan mental, sekaligus memberikan perspektif kepada orang lain yang mungkin sedang berjuang dengan masalah yang serupa.
Saya melihat setiap artikel sebagai catatan kecil, sebuah cermin bagi perjalanan. Setiap tulisan, meskipun tampaknya sederhana, menyimpan pesan yang mendalam.Â
Saya percaya, setiap kata yang saya tulis bisa jadi punya kekuatan untuk menyentuh hidup seseorang, mungkin bukan sekarang, tetapi suatu saat nanti. Dan jika ada satu pembaca yang merasa lebih baik, lebih sadar, atau bahkan lebih memahami dirinya sendiri setelah membaca tulisan saya, saya sudah merasa bersyukur.
Apresiasi dari Kompasiana: 60 Artikel Pilihan dan 15 Artikel Utama
Tentu, ada rasa syukur yang mendalam saat Kompasiana memberi apresiasi terhadap tulisan saya. Dari 70 artikel yang saya hasilkan, 60 di antaranya masuk dalam artikel pilihan, dan 15 lainnya terpilih menjadi artikel utama.Â
Ini bukanlah pencapaian yang bisa saya capai sendirian, ini adalah hasil dari dukungan para pembaca yang setia mengikuti tulisan saya, serta masukan dan kritik yang membangun dari komunitas Kompasiana itu sendiri.
Keberhasilan ini mengingatkan saya bahwa menulis bukan hanya tentang siapa yang membaca, tetapi juga bagaimana proses tersebut mengubah diri saya sendiri.Â
Dulu saya menulis hanya untuk berbagi cerita, tetapi kini, saya menulis untuk lebih memahami dunia dan diri saya. Menulis di Kompasiana bukan hanya tentang menghasilkan kata-kata, tetapi tentang menciptakan sebuah perjalanan yang memberi dampak, baik bagi diri saya maupun orang lain.
Harapan untuk Masa Depan: Konsistensi dan Inspirasi
Seiring berjalannya waktu, saya belajar bahwa menulis adalah proses yang harus dijalani dengan hati dan ketekunan. Dan dengan semangat yang ada, saya berharap bisa lebih konsisten dalam menghasilkan karya.Â
Menulis bukanlah tentang seberapa banyak artikel yang diproduksi, tetapi tentang seberapa besar nilai yang dapat dibawa oleh setiap tulisan. Saya berharap bisa terus menginspirasi banyak orang, terutama di era yang penuh tantangan ini. Tidak hanya dalam kesehatan mental, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya.
Tentu, perjalanan ini tidak mudah. Akan ada masa-masa sulit dan kebuntuan. Tetapi saya percaya, setiap kata yang ditulis adalah bentuk usaha untuk tumbuh dan berbagi.Â
Kompasiana telah menjadi ruang yang tepat untuk berbagi ide, dan saya sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk terus menulis di platform ini.
Terima Kasih, Kompasiana!
Menutup tahun ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Kompasiana yang telah memberi ruang bagi saya untuk menulis dan berbagi. Terima kasih untuk setiap apresiasi yang datang, serta setiap komentar yang membuat saya semakin semangat untuk terus berkarya.Â
Bagi saya, menjadi bagian dari Kompasiana adalah sebuah kebanggaan, dan saya berharap bisa terus menginspirasi banyak orang.
Selamat tahun baru kepada para Kompasianer! Semoga tahun 2025 membawa kebahagiaan, kesuksesan, dan tentu saja, lebih banyak tulisan bermanfaat yang dapat kita ciptakan bersama.
Semangat untuk terus menulis, semangat untuk terus berbagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H