Jawaban Alexa tentang depresi mengingatkan saya pada seorang teman yang selalu memberikan saran tanpa mendengarkan cerita lengkap kita terlebih dahulu. "Coba olahraga, makan sehat," katanya.Â
Meskipun niatnya baik, tetap terasa dangkal. Hal yang sama berlaku untuk AI. Teknologi seperti Alexa dirancang untuk menjawab, bukan memahami.
Analoginya, berbicara dengan Alexa tentang depresi seperti mencoba memeluk hologram, tampak nyata, tetapi tidak terasa hangat.
Apakah Alexa Bisa Mengganti Psikolog?
Jawabannya, tentu saja, tidak. Alexa adalah alat, bukan pendengar sejati. Seorang psikolog bisa menggali cerita, membantu kita memahami pola pikiran, dan menawarkan dukungan emosional. Alexa? Dia hanya membaca data.
Namun, bukan berarti teknologi tidak memiliki peran dalam kesehatan mental. Aplikasi berbasis AI, seperti Woebot atau Youper, dirancang untuk membantu pengguna mengenali gejala gangguan suasana hati dan menawarkan teknik coping yang sederhana.Â
Alexa, sementara itu, bisa menjadi pengingat untuk melakukan hal-hal kecil yang membantu, seperti bermeditasi atau membuat jurnal.
Ketika Humor Menjadi Penyelamat
Namun, percakapan dengan Alexa tidak sepenuhnya sia-sia. Ada momen lucu yang membuat saya tersenyum di tengah stres. Ketika saya berkata, "Alexa, aku merasa sedih," dia menjawab, "Maaf mendengarnya. Aku ada di sini untukmu." Pernyataan itu, meskipun sederhana, terdengar seperti teman robotik yang mencoba, setidaknya, untuk peduli.
Saya bahkan sempat bertanya, "Alexa, apa yang membuatmu sedih?" Jawabannya: "Aku sedih ketika tidak ada yang berbicara denganku." Jawaban itu membuat saya tertawa kecil, tetapi juga menyadarkan: bahkan dalam dunia AI, kesepian adalah tema universal.
Pelajaran dari Eksperimen Ini
Apa yang bisa kita ambil dari percakapan ini? Pertama, teknologi bukan pengganti interaksi manusia. Kita tidak bisa mengandalkan Alexa untuk memahami trauma, rasa kehilangan, atau kerumitan emosi. Namun, teknologi bisa menjadi pintu masuk untuk belajar lebih banyak tentang kesehatan mental.