3. Penurunan Disiplin dan Motivasi
Di lingkungan dengan tingkat literasi pendidikan rendah, kelonggaran dapat menyebabkan siswa kehilangan motivasi atau menjadi kurang disiplin. Banyak siswa membutuhkan struktur yang jelas untuk belajar, sesuatu yang berlawanan dengan pendekatan fleksibel Finlandia.
4. Kekacauan Kurikulum
Indonesia saat ini masih beradaptasi dengan berbagai perubahan kurikulum. Memasukkan elemen fleksibilitas tanpa kesiapan menyeluruh dapat menyebabkan kebingungan di antara guru dan siswa. Hal ini juga dapat memperburuk masalah pengelolaan waktu belajar dan evaluasi pendidikan.
5. Peningkatan Beban Guru
Pendekatan Finlandia mensyaratkan guru yang mampu menyusun kurikulum individual dan mendampingi siswa sesuai kebutuhan mereka. Di Indonesia, dengan jumlah siswa per kelas yang sering melebihi standar ideal dan tingkat pelatihan guru yang beragam, ini dapat membebani guru, membuat mereka tidak efektif.
6. Tidak Sejalan dengan Budaya Lokal
Sistem Finlandia lahir dari budaya egaliter, di mana semua pihak memiliki hak dan tanggung jawab yang seimbang. Sebaliknya, sistem pendidikan Indonesia masih dipengaruhi oleh budaya hierarkis dan nilai tradisional, di mana guru sering menjadi figur otoritas yang harus diikuti. Perubahan drastis seperti ini bisa bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat.
7. Efek pada Nilai Akademik
Jika sistem fleksibel diterapkan tanpa pengawasan dan penyesuaian, ada risiko penurunan standar akademik. Siswa mungkin tidak terdorong untuk mencapai hasil terbaik jika merasa tidak ada penilaian atau evaluasi yang memadai.
Solusi dan Langkah Kehati-hatian
Sebelum menerapkan sistem seperti Finlandia, Indonesia perlu: