Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dermatillomania: Ketika Stress Muncul di Kulit Anda

30 November 2024   21:38 Diperbarui: 30 November 2024   20:47 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Beberapa penderita bahkan melaporkan bahwa aktivitas ini memberikan sensasi kontrol di tengah perasaan tak berdaya. “Ironisnya, apa yang mereka anggap sebagai solusi justru menjadi lingkaran setan yang semakin menghancurkan,” ungkap Dr. Indah.

Meskipun dermatillomania masih jarang dibicarakan secara terbuka, kasus ini tidak sedikit. Sebuah studi menunjukkan bahwa gangguan ini memengaruhi sekitar 1,4 persen populasi dunia, meski banyak yang tidak terdiagnosis karena rasa malu atau ketidaktahuan. 

Salah satu penderita yang tidak ingin disebutkan namanya berbagi, “Saya selalu memakai lengan panjang, bukan karena dingin, tetapi karena saya malu dengan bekas luka di tangan saya.”


Namun, ada harapan bagi mereka yang berjuang melawan dermatillomania. Terapi perilaku kognitif (cognitive-behavioral therapy, CBT) sering kali menjadi pendekatan utama dalam mengatasi gangguan ini. Terapi ini membantu penderita mengenali pola pikir dan perilaku yang memicu dorongan untuk memencet kulit, serta menggantinya dengan kebiasaan yang lebih sehat. 

Selain itu, pengelolaan stres melalui meditasi, olahraga, atau hobi kreatif dapat membantu mengurangi frekuensi episode picking.


Di sisi lain, penting bagi kita sebagai masyarakat untuk menjadi lebih peka terhadap kondisi ini. Jangan buru-buru menghakimi seseorang yang memiliki bekas luka di tubuhnya. 

Sebaliknya, cobalah untuk memberikan dukungan emosional. Terkadang, yang mereka butuhkan hanyalah seseorang yang mau mendengarkan tanpa menghakimi.


Dermatillomania mungkin meninggalkan bekas luka di kulit, tetapi lebih dari itu, ia juga meninggalkan luka di hati dan jiwa. Dalam era di mana kesehatan mental mulai mendapatkan perhatian lebih besar, penting bagi kita untuk mengenali bahwa tidak semua luka terlihat. Beberapa tersembunyi di balik senyum, di bawah lengan panjang, atau di hati yang tak pernah terucapkan.


Pada akhirnya, hidup bukan tentang kulit yang sempurna, tetapi tentang bagaimana kita merawat diri dan saling mendukung. Seperti kata pepatah, “Luka mungkin meninggalkan bekas, tetapi dari bekas itulah kita belajar menjadi lebih kuat.” 

Dermatillomania bukan akhir dari segalanya, tetapi awal dari perjalanan menuju pemahaman dan penerimaan diri yang lebih dalam.


Jika Anda atau orang terdekat Anda berjuang dengan gangguan ini, ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian. Ada bantuan di luar sana, dan tidak ada kata terlambat untuk memulai perjalanan penyembuhan. Anda layak untuk merasa damai, di kulit Anda, di hati Anda, dan di jiwa Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun