Memang sih, bersyukur itu penting, tapi nggak harus juga diucapkan setiap kali ada orang ngeluh. Kadang, orang cuma ingin validasi atas rasa capeknya, bukan ceramah spiritual yang tidak diminta.
Apa efek dari toxic positivity ini? Banyak. Salah satunya adalah membuat orang merasa emosi mereka tidak valid. Ketika kita ngeluh, itu sebenarnya bentuk pengakuan atas apa yang kita rasakan.Â
Tapi saat keluhan itu dibalas dengan kalimat seperti, "Jangan gitu dong, nanti nggak bahagia," seolah-olah emosi negatif itu adalah dosa besar yang harus segera ditebus.Â
Padahal, manusia itu diciptakan dengan spektrum emosi yang lengkap, dari bahagia hingga marah, dari tenang hingga stres. Tidak ada yang salah dengan merasa sedih, marah, atau frustrasi. Yang salah adalah mengabaikan perasaan itu hanya demi terlihat positif.
Selain itu, toxic positivity juga menciptakan jarak dalam hubungan. Misalnya, Anda curhat ke teman tentang masalah keluarga yang bikin kepala nyut-nyutan, lalu teman Anda cuma bilang, "Yuk, semangat, kamu pasti bisa!"Â
Lama-lama Anda jadi malas curhat. Rasanya seperti berbicara dengan chatbot yang hanya bisa menjawab dengan template kalimat penyemangat.Â
Akibatnya, Anda memendam semua emosi itu sendiri, dan bukannya membaik, justru bisa berujung pada stres berkepanjangan.
Sebenarnya, toxic positivity ini sering tidak disadari oleh pelakunya. Mereka mungkin berpikir bahwa dengan menyemangati, mereka sedang membantu. Tapi kenyataannya, tidak semua masalah butuh solusi instan.Â
Kadang, kita hanya butuh didengarkan. Misalnya, ketika Anda mengatakan, "Duh, kerjaan hari ini banyak banget, aku capek banget," respons yang ideal bukanlah, "Kamu pasti bisa kok, kerja keras itu nggak pernah sia-sia." Sebaliknya, cukup dengan, "Wah, capek banget ya, semoga bisa cepat selesai," itu saja sudah cukup membuat hati lebih lega.
Toxic positivity ini juga punya rekan sejawat yang tak kalah menyebalkan: overthinking positivity. Ini adalah versi upgrade, di mana keluhan kita justru dijadikan bahan perenungan mendalam tentang arti hidup.Â