Bakso Mewah
Di Palembang, ada satu warung bakso favorit saya sejak pertengahan tahun 90-an. Saya tidak tahu pasti kapan warung bakso ini ada. Dulu, ini tempat nongkrong anak-anak sekolah terelit di Palembang pada masa itu.
Ya, sekarang kayaknya gak lagi. Karena anak SMA elit nongkrongnya di cafe atau bahkan resto. Aih... setiap lihat pemandangan kayak gitu anak sekolah yang hasil beasiswa macem aku yang sampe sekarang kaum miskin kota selalu iri.Â
Wake up, Mak. Udah tua aja masih iri sama abege.
Kembali ke cerita bakso tadi.
Jika perbandingan harga sekarang, sebenarnya bakso ini bukan makanan mahal lagi. Tetapi jauh berbeda sebelum tahun 2000. Untuk menikmati semangkok bakso ini dapat mentraktir 8-9 teman lain bakso, lain. Ah... iya aku lupa perbandingannya dengan bakso gerobakan yang memang tidak apple to apple.
Bakso ini tentu tidak semahal bakso favoritku saat di Mall saat ke Batavia atau lagi di bandara yang baksonya gepeng itu. Lagian saya bukan pejabat partai yang bisa ngamukan  ngomong"bakso 3 biji aja harganya segini, gak apa-apalah, anggap lagi sedekah".
Saya bukan ahli perbaksoan yang dapat membedakan ciri khas Bakso dari daerah mana. Dari Solo atau Wonogiri, yang katanya penghasil pengerajin bakso seantero Nusantara atau membedakan dengan Bakso Malang. Â Tetapi memang merk dagang mereka Baso Solo Swalayan. Anggaplah bakso ini memang Bakso Solo.
Lokasinya di jalan Bangau, tetapi di setiap foodcourt di seluruh  mall-mall Palembang, bakso ini ada.Â
Keistimewaan bakso ini karena swalayan, tidak dijual per porsi. Dijual satuan, dan kita dapat bebas memilih dari berbagai varian bakso yang disediakan. Setelah ditaro di mangkok, Â l akan direbus sebentar dengan kuah kaldu tulang yang bening dan gurih. Â Â
Demikian juga penambahan condiment, bawang goreng dan seledri sesuka kita. Mau pakai mie kuning, bihun, keduanya atau justru tidak keduanya terserah pada selera customernya.