Martabak kuah kari itu makanan simpel tetapi cukup repot dengan berbagai persiapan dan tentu saja membutuhkan piranti masak yang tidak semua dapur ada.
Kulit martabak itu harus diuleni sampai kalis dan direndam minyak seharian. Agar dapat membuat kulit martabak yang super tipis tetapi tidak mudah koyak. Belum lagi proses penipisan adonan perlu meja marmer yang kokoh dan butuh keahlian yang perlu latihan berkali-kali. Gorengnya juga di wajan lebar dengan minyak khusus.
 Uh.... gak banget buat emak mageran kayak aku.Â
Bisa sih kalo pengen gantiin kulitnya dengan kulit lumpia. Tapi risiko bocor saat melipatnya dan rasa kulit lumpia yang terlalu garing setelah digoreng, Â menjadikannya bukan jadi pilihan tepat. Apalagi butuh waktu untuk membuatnya.
Cara paling praktis ya pergunakan bahan andalan anak bangsa, mi instan. Â Iya, bahan utama ini sering menjadi menu sahur dengan berbagai kreasi sahur mie instan. Karena praktis dan enak.
FYI, Indonesia adalah negara pengkonsumsi mi instan nomor 2 terbesar di dunia. Tentu lebih bangga lagi mi instan yang dikonsumsi adalah mi instan produk negeri sendiri.Â
Saya akan pergunakan salah satu mi instan legend di negeri ini. Â
Mi instan rasa kari yang berwarna kuning terang ini andalan banget saat musim hujan. Cukup tambahkan telur rebus setengah mateng ( poached egg). Kalo anak muda wibu sekarang lebih suka menyebutnya "telur onsen". Lengkapi dengan irisan kol, daun bawang, serta potongan cabe rawit dan taburan bawang merah goreng.Â
Aromanya selalu bisa memancing selera siapapun yang menciumnya. Apalagi mi ini dapat disesuaikan tingkat kekenyalannya sesuai selera.Â
Saya suka akali dengan menaburkan sedikit tepung beras untuk mendapat kekenyalan yang pas, dan pastikan diaduk saat merebusnya. Buang air rebusan dan ganti dengan air mendidih yang baru agar kuahnya tetap bening.
Lah.. jadi hampir lupa kalo kita mau bahas buat martabak mi kuah kari ya sebagai kreasi sahur mie instan pilihanku.