Ketika pertama kali kami hadir dan melakukan padiatapa (persetujuan di awal tanpa paksaan), dengan antusias mereka menyusun rencana kerja mereka. Benar-benar di luar dugaan, sekali lagi bukan saya yang mengajari mereka. Mereka, para ibu yang memberi pengajaran penghidupan kepada saya.Â
Mulai dari persiapan lahan termasuk pemagaran dengan memanfaatkan pohon pinang yang tidak produktif lagi sebagai pagar. Dilanjutkan persiapan pupuk, pembenah tanah hingga pestisida, pembenihan, penyemaian, pemeliharaan semuanya dilakukan secara mandiri oleh ibu-ibu.Â
Saya sampai heran bagaimana cara mereka memanajemen tenaga mereka sehingga dapat selalu punya tenaga dan semangat luar biasa bekerja dari pagi hingga malam.Â
Jika ibu-ibu ini saja semangat untuk menjaga gambut mereka untuk tetap lestari, seharusnya kita juga punya semangat yang sama. Dimulai dari diri sendiri dari lingkungan sendiri. Tidak perlu muluk-muluk, mulai dari memperhatikan jejak karbon  kita sehari-hari dan mulai mereduksinya seefisien mungkin. Mulai hemat energi dengan mencari upaya yang solutif dan adaptif  mengurangi penggunaan energi fosil secara langsung. Seperti meminalisir penggunaan kendaraan pribadi, hemat listrik, hemat dalam penggunaan air termasuk juga mengurangi food wasting. Membiasakan diri mengkonsumsi produk eco friendly, termasuk mendukung pembelian produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat di lahan gambut.
Langkah sederhana untuk dunia dimulai dari kita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H