Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bulan Puasa Saatnya Tambah Skill Bangun Jannah di Rumah

15 April 2021   22:31 Diperbarui: 15 April 2021   23:06 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Allah akan mengangkat derajat orang beriman dan yang berilmu dengan beberapa derajat"(Q.S.Al Mujadalah :11)

Tahun ini kita masih berpuasa di tengah pandemi covid 19, sama seperti tahun sebelumnya. Meski telah ada kelonggaran dalam menjalankan aktifitas ibadah tahun, namun tetap menjaga protokol kesehatan. 

Di bulan ramadan, kita dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam beribadah. Memperbanyak shalat sunat, tadarus Al qur'an ataupun mengikuti beberapa kajian. Sayangnya di bulan ramadan ini kita masih belum dapat berkerumun dalam waktu yang lama. Ibadah rutin lebih terfokus di rumah saja ataupun dilakukan secara online  yang waktunya masih berbatas.

Ibadah itu pada prinsipnya tidak semata-mata menjalankan ritual agama yang telah disyariatkan. Bekerja, baik untuk mencari nafkah ataupun mengabdikan diri agar dapat berguna untuk orang banyak juga ibadah. Pun belajar, menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan. 

Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Mencari ilmu itu wajib bagi orang Islam laki-laki dan perempuan", Bahkan dalam sebuah riwayat hadits menuntut ilmu memiliki keutamaan dibanding ibadah.

Memanfaatkan Kemudahan Sarana Belajar

Sejak pandemi covid 19 berlangsung, ada banyak sekali media pembelajaran online yang open access. Bahkan ada banyak guru dan dosen yang membuka ruang belajar untuk umum, baik dengan interaksi langsung seperti melalui zoom, google meet, dll. Hingga video tutorial di berbagai platform media sosial dan aplikasi yang mudah diakses.

Bahkan karena begitu banyak pilihan, membuat kita kebingungan untuk mengikuti kelas yang mana. Baik upgrade keilmuan berdasarkan latar belakang pendidikan, keperluan kerja hingga untuk menyalurkan hobi atau bahkan hobi yang dibayar.

Di tengah kebingungan saya, ada satu keterampilan yang saya ingin saya asah. Ilmu berkebun di pekarangan secara organik. 

Home Garden sebagai Media Pendekatan kepada Ilahi

Aktifitas berkebun di rumah semakin menjadi pilihan para ibu. Terlebih trend penyuka tanaman hias semakin meningkat sejak tahun lalu. Pun semakin meningkat animo pemanfaatan pekarangan sebagai media tanam sayur mayur dan tanaman obat keluarga (toga). 

Selama ini saya masih kurang tertarik untuk mempelajari seluk beluk home garden.  Pertama, saya memang tidak berminat di aktifitas mengolah tanah, kedua. Tidak ada latar belakang pendidikan, pengalaman dan bidang pekerjaan saya yang terkait dengan pengolahan tanah terlebih home garden ini. Faktor ketiga, saya selalu merasa gagal dalam hal bercocok tanam. Tanaman yang saya tanam biasanya berakhir tragis, apapun bentuk tanamannya. 

Tak perlu dijelaskan toh, hal ini menunjukkan bahwa soal perawatan dan ketelatenan yang bersifat kontinum yang membutuhkan tingkat disiplin tinggi masih menjadi masalah terbesar dalam hidup saya. Jelas itu salah satu kezaliman saya sebagai hamba-NYA. 

Boleh jadi mulut merapalkan doa nabi Yunus A.S saat diperut ikan paus yang termaktub dalam QS al-Anbiyaa :87  " "Lailaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadhdhalimin ( Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim)". Namun terus saja diri ini berbuat zalim, bahkan kepada diri sendiri. 

Kezaliman ini harus dikikis, agar diri ini mampu menjadi makhluk  yang pandai bersyukur. 

Salah satu cara untuk melatih mendekatkan diri kepada Allah adalah mendekatkan diri dengan ciptaan-NYA, yang dapat dilakukan  dengan cara yang paling sederhana. Tidak perlu naik ke gunung tinggi untuk itu.

Untuk mendekatkan diri dengan ciptaanNYA dapat dimulai dari  yang ada di dekat kita. Tempat kita bernaung, dimana kita  menghabiskan waktu dari hari ke hari. Dari rumah kita sendiri, dari pekarangannya.

Nama lain surga adalah Jannah yang artinya kebun (yang ditanami berbagai macam buah-buahan). Boleh jadi tafsirku sangat remeh, tetapi mengapa tidak memahami esensi surga itu dari hal yang sangat sederhana, kebun yang mampu menyediakan kebutuhan kita sehari-hari?. 

Sebagai khalifah di muka bumi, manusia ditugaskan untuk beribadah kepada Tuhan, berbuat baik dengan sesama manusia dan turut menjaga kelestarian alam. 

Berkebun di rumah sendiri itu dapat menjadi jalan sederhana untuk ikut serta menjaga kelestarian alam. Berkebun di rumah akan memberikan motivasi luar biasa kepada saya untuk lebih eco lifestyle secara bertanggung jawab. 

Pupuk, pestisida alami hingga bahan pembenah tanah dapat memanfaatkan sampah organik  sehari-hari. Tentu saja hal ini memerlukan peningkatan skill, baik belajar on line, membaca buku, bertanya dengan para ahli dan paling penting mempraktikkannya.

Saya tahu itu tidak mudah, tetapi  bukan berarti tidak mungkin bukan?, doakan saja saya istiqomah menambah skill ini. Meski mungkin tidak praktik tetapi boleh jadi akan diamalkan ditempat lain. Semoga Allah meridhoi. "Ya Rabbku, tambahkanlah imu kepadaku"( At Thaha :114). Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun