Salah satu temanku Rajiv. seorang warga Malaysia keturunan India kala itu menebak kalo diriku mengandung anak perempuan, ia sempat mengusulkan nama Aanjay yang artinya tak terkalahkan.Â
Saat itu istilah anjay belum dikenal luas di bumi pertiwi , dimana masyarakatnya terkenal ramah, Â santun dan berbudi pekerti luhur. Beum ada penghaluskan kata anjing menjadi anjay, ataupun pengunaan kata itu untuk menunjukkan kekaguman.
Tentu saja aku menolak. Meski aku menginginkan  nama  anak itu  terdengar unik tentu diriku tak ingin dari bahasa yang tidak terlalu familier. Di masa kehamilanku dulu, orang tua lebih memilih nama sangat Islami atau banyak huruf konsonan daripada huruf vokal, sehingga sulit diucapkan atau [un terdengar unik.
Tetapi karena ia sebut sanjai yang ditelingaku identik dengan keripik singkong dari Sumatera Barat, tentu saja nama itu kucoret. Mudah banget anak-anak nanti bully anakku nanti berdasarkan nama. Salah satu keputusan yang aku syukuri beberapa tahun kemudian. Bisa bayangkan jika nama jadi nama tengahnya.Â
Anjay, bisa rempong urusan ke Pengadilan Negeri demi mengganti nama tengahnya yang sekarang jadi kontroversi.Â
Apa kata komnas PA kalo aku jadi beri nama tengah anakku dengan nama Aanjay?. Pada saat itu, jika di-browsing nama itu begitu keren.Â
Bukan Darah  KacukÂ
Teman perjalanan Rajiv pun tertawa dan berkomentar yang kira-kira diterjemahkan  "Ah, bukan darah kacuk India juga, kenapa harus pake nama India".Â
Kontan saja buatku yang berbahasa Melayu Palembang sehari-hari langsung merah padam.  Jika padanan kata kacuk di KBBI adalah bingung atau kacau.  Kata ini sangat sensitif di Palembang. Padanannya kacak kac*k adalah f*ck, dan umpatan di Palembang "You Mother F*cker" adalah Kac*k Um*k atau  yang diucap "Kac*mak kau".Â
Umpatan yang memang seringkali diucapkan oleh orang-orang tertentu tetapi sangat kasar di kalangan umumnya. Mohon dengan sangat tidak mengucapkan umpatan ini jika di Palembang.  Masyarakatnya belum se-openminded seperti mengucap jancuk di Surabaya, meski beberapa golongan tua sepertinya masih sangat keberatan kata itu diucapkan.
Beda lubuk , beda ikan. Lain Padang, lain Belalang. Meski sama-sama rumpun Bahasa Melayu tentu beberapa istilah akan sangat berbeda di MAlaysia dengan Palembang. Toh di Sumsel sendiri sama-sama Melayu pun beda dialek dan beda istilah.Â