Setiap tahun, beberapa jemaat gereja sanjo ke rumah. Tetapi tahun ini, tetangga sebelah rumah kami tidak sanjo. Jangankan sanjo ke rumah kami. Kebaktian dan pendalaman alkitab sudah beberapa bulan ini tidak diselenggarakan di gereja, sama halnya dengan tidak diselenggarakannya shalat  jumat dan shalat tarawaih di masjid kami.
Lebaran Gak Ada Ahlak
Kesantunan saat meminta maaf saat lebaran itu sangat penting. Jika biasanya saya mendatangi kaum tua-tua di kampung untuk salim (mencium tangan) untuk meminta maaf. Tahun ini tidak kulakukan. Bahkan jika ada yang terlihat lewat dekat rumah, biasanya dipaksa mampir tahun ini malah cukup diteriakin  "Maaf lahir batin ya, Lek", tanpa salaman. Bener-bener terlihat gak ada akhlak.
Tetapi dalam kondisi sekarang ini sama-sama mahfum jika perimintaan maaf yang tulus tak harus dengan membungkukkan badan, mencium tangan, dan renedahkan suara seperti biasanya. Karena maaf itu berasal dari permintaan dan pemberian yang sama ikhlasnya.
Saya masih mengunjungi mertua yang rumahnya berjarak hanya 3 KM dari rumah kami. Dengan kebiasaan norak baru, datang langsung ke kamar mandinya. Juga sangat sering ke kemar mandi atau wastafel untuk cuci tangan. Benar-benar gak ada ahlak, sikap sama mertua kok gitu. tetapi situasi kali ini berbeda, sesuatu hal yang tampak anehpun sekarang menjadi sebuah kebiasaan baru.
Tahun ini juga instensitas menerima pesan lebaran lebih banyak dari sebelumnya. Efeknya kadang hanya baca sebentar dan dibalas dengan jawaban generic "Sama-sama, mkon maaf lahir batin, salam buat keluarga", gak ada sentuhan personal. Tambahan lagi deh tindakan gak ada ahlak.
Sarung Kaum Rebahan
Baru tahun ini benar-benar dapat pakai baju kebesaran di rumah. Kebesaran dalam makna sebenarnya, karena pakai sarung dengan kaus butut longgar buat santai, rebahan nonton acara tv kalo bosan lihat medsos dan nonton film atau seri secara streaming.
Kenikmatan luar biasa di hari lebaran buat kaum rebahan. Jika setiap tahun rempot sekali untuk mengurusi tamu yang tak henti, saat ini bisa rebahan dengan mewek.Â
Karena kerepotan setahun sekali itu sesuatu yang sangat dirindukan. Umpatan pada macetnya jalan Palembang di hari lebaran sesuatu yang diinginkan tahun ini. Merayakan lebaran dengan sukacita bersama bahkan dengan orang yang kita benci pun sesuatu yang sangat diinginkan tahun ini. Menggunakan gamis dengan rapi (meski terasa tersiksa saat di rumah) agar saat tamu datang kondisi siap menyambut  pun sesuatu yang dinantikan hari ini.
Semoga selesai di tahun ini saja, tidak akan pernah lagi dialami di tahun-tahun mendatang, diriku sudah bosan dengan kegabutan di lebaran tahun ini.
Selamat lebaran,Dunia. Â Maaf lahir batin. Salam kompal selalu. Tetap Bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H